Semarang - Pemprov Jawa Tengah (Jateng) memberlakukan pembatasan operasional mobil angkutan barang pada perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kebijakan ini untuk memberikan kesempatan pada masyarakat yang ingin merayakan dan berlibur di masa Nataru.
"Pembatasan operasional mobil angkutan barang akan dilakukan dua tahap, yakni saat perayaan Natal tahun 2019 dan Tahun Baru 2020," kata Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Jateng, Satriyo Hidayat kepada Tagar, Rabu 18 Desember 2019.
Kendaraan yang dibatasi adalah angkutan barang bersumbu tiga atau lebih. Selain itu, angkutan barang yang memiliki gandengan dan kendaraan yang digunakan untuk mengangkut bahan galian seperti tanah, pasir, batu, bahan tambang dan bahan bangunan.
"Pembatasan operasional akan kami berlakukan di ruas jalan tol Semarang-Solo, ruas jalan nasional Yogya-Magelang-Bawen, Yogya-Klaten-Solo dan ruas jalan Tegal-Purwokerto," jelasnya.
Terkait ketersediaan angkutan, Satriyo mengatakan ada lima alternatif moda transportasi yang telah disediakan. Transportasi darat sebanyak 27.223 unit angkutan dengan kapasitas 837.240 tempat duduk, kereta api sebanyak 143 perjalanan dengan kapasitas penumpang 52.150.
Pembatasan operasional mobil angkutan barang akan dilakukan dua tahap, yakni saat perayaan Natal tahun 2019 dan Tahun Baru 2020.
Kemudian transportasi udara sebanyak 127 penerbangan dengan kapasitas penumpang 13.920. Dan transportasi laut, delapan kapal laut dengan kapasitas 4.807 penumpang.
"Ada pula program mudik gratis dari Kementerian Perhubungan tujuan Jateng yang berangkat 21 Desember, sebanyak 33 kendaraan dengan kapasitas 1.475 penumpang. Terminal Solo, Purwokerto, Tegal dan Wonogiri," ucapnya.
Satriyo memprediksi terjadi penurunan penumpang udara pada Nataru tahun ini sebesar 7%. Menyusul sejumlah maskapai yang tidak mendapat izin terbang. Kenaikan penumpang diprediksikan terjadi pada moda transportasi kereta api sebesar 10%.
"Untuk kendaraan pribadi, dibanding Lebaran kemarin, Nataru ini diprediksikan mengalami penurunan. Lebaran lalu ada 532.000 mobil pribadi, dan Nataru ini kami prediksikan hanya ada 399.000 mobil pribadi saja. Puncak arus mudik diprediksikan terjadi pada 20-21 dan 28-29 Desember," terang dia.
Untuk antisipasi kemacetan, Pemprov Jateng sudah berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan untuk membuat posko terpadu. Disiapkan dua posko di Jateng, yakni di Gerbang Tol Pejagan dan Gerbang Tol Kalikangkung.
"Apabila terjadi penumpukan kendaraan, antisipasi-antisipasi telah kami perhitungkan, termasuk kemungkinan menerapkan jalur searah dan juga pemanfaatan jalur-jalur alternatif," kata dia.
Potensi kemacetan, berdasar pengalaman Lebaran lalu, titik macet terjadi di Jatinom, Purbalingga Belik sampai Bayeman, Bawen, Sokaraja, Sumpyuh, Bobotsari sampai Pemalang.
"Nanti akan kami tempatkan petugas khusus di titik-titik rawan itu. Sejak tanggal 19 Desember sudah kami kerahkan," ujar Satriyo.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Cipta Karya Jateng AR Hanung Triyono menambahkan, dari sisi infrastruktur, Provinsi Jateng siap menyambut pemudik Nataru.
Semua jalan yang ada di Jawa Tengah, baik jalan tol, jalan nasional, jalan provinsi hingga jalur alternatif dipastikan dalam kondisi baik.
"Mulai jalan tol, jalur lintas Pantura, jalur lintas tengah, jalur lintas selatan sampai jalur lintas pantai selatan, semuanya dalam kondisi baik," katanya.
Kondisi jalan baik juga ada di jalur alternatif yang tersebar di berbagai daerah. Jalur tersebut nantinya dapat digunakan untuk pengalihan arus apabila terjadi penumpukan kendaraan, baik di jalur tol maupun jalur utama di Pantura.
"Jalur alternatif Pejagan-Brebes, Tegal, Pemalang, Batang, Semarang semuanya sudah disiapkan sebagai antisipasi pengalihan arus jika terjadi kemacetan di jalan tol dan jalur utama Pantura. Jalur lain seperti Grobogan dan lainnya juga sudah siap dan dalam kondisi baik," tutur Hanung. []
Baca juga:
- Negeri di Atas Awan Lebak Ditutup untuk Tahun Baru
- Bus di Cirebon Diperiksa, Sopirnya Dites Urine
- Memburu Sunset di Taman Tebing Breksi Sleman