Nasib Kuliner Seafood Saat Pandemi Corona di Bantul

Warung kuliner seafood di Depok, Bantul, Yogyakarta, sepi. Sebagian pedagang dan pelayannya beralih profesi sebagai nelayan.
Monumen Pantai Depok, Bantul, Yogyakarta. (Foto: jogjatravelling.com)

Bantul – Wabah Covid-19 nampaknya membuat warga kehilangan penghasilan, mulai dari PHK atau pegawai yang dirumahkan. Tidak jarang mereka beralih profesi agar dapur tetap mengebul.

Juragan pun ikut terdampak. Seperti seorang pedagang seafood di Bantul. Mereka banyak yang berganti profesi menjadi nelayan karena sepi pengunjung.

Dardi Nugroho, penjual seafood mengaku terpaksa beralih profesi untuk bertahan hidup di tengah pandemi ini. Dia juga mengaku sebelum membuka warung seafood, juga pernah menjadi nelayan. Ibaratnya kembali ke habitat awal, kembali menjadi nelayan.

Awalnya, atau pria yang akrab disapa Dargon ini sebagai nelayan warung seafood, kemudian membuka warung seafood. Akibat pandemi pengunjung pantai Depok, Bantul sangat sepi bahkan tidak ada. "Warung seafood saya tidak ada pemasukan jadi ganti profesi untuk menyambung hidup,” katanya ketika dihubungi pada Rabu 13 Mei 2020.

Ia juga mengatakan bahwa sebagian besar pemilik warung seafood di kawasan pantai ini dulunya memang sebagai nelayan. Namun seiring berjalannya waktu kapal-kapal nelayan tersebut dijual dan dijadikan modal untuk membuka warung.

“Karena dulu menurut kebanyakan nelayan usaha warung makan lebih menguntungkan lalu kapalnya dijual sebagai modal, tapi sekarang ada yang seperti saya juga kembali jadi nelayan karena tidak ada pengunjung,” ungkapnya.

Warung seafood saya tidak ada pemasukan jadi ganti profesi untuk menyambung hidup.

Dalam kondisi normal, kapal dijalankan oleh tekong dan Anak Buah Kapal (ABK). Pembagian hasil antara tekong dan ABK dipukul rata. Sekarang Dargon pun menjadi ABK dari salah satu juragan yang bergerak di dunia perikanan.

"Sekarang untuk pembagian hasil tangkapan ikan antara tekong dan ABK sama saja, dengan perincian penjualan hasil tangkapan dikurangi biaya operasional. Kemudian sisanya dibagi 50 persen untuk juragan perahu dan 50 persen dibagi berdua atau bertiga untuk tekong adan ABK-nya," ucapnya.

Menurut Dargon, hasil tangkapan ikan beberapa hari sebelumnya terbilang bagus. Nelayan berhasil menangkap ikan bawal super yang dihargai di atas Rp 200 ribu per kilogram. Sedangkan ikan bawal kualitas rendah dihargai Rp 100 ribu per kilogram.

"Ikan tidak dijual ke pasar ikan di Pantai Depok, karena pasar ikan juga sepi pengunjung. Tapi ada pedagang ikan yang datang membeli ikan bawal hasil tangkapan nelayan jadi hasilnya bisa dibilang lumayan untuk menyambung hidup," ucapnya.

Meskipun penghasilan sebagai nelayan tidak sebanyak warung makan seafood, Dargon tetap mensyukuri apa yang telah diberikan Tuhan kepadanya. Meskipun sedikit, setidaknya bisa mencukupi keperluan sehari-hari.

“Menjadi nelayan itu tidak bisa ditarget berapa penghasilannya tapi setidaknya bisa saya gunakan untuk menyambung hidup di tengah-tengah kondisi sulit ini. Saya berharap wabah ini segera berakhir dan keadaan kembali normal semua,” harapnya.

Tapi saat ini kondisi ombak pantai Depok kurang bersahabat. Alhasil dirinya tidak melaut. Waktu luang digunakan untuk memperbaiki jaring. []

Baca Juga:

Berita terkait
Nasib Kicak, Kuliner Jogja Khas Ramadan Saat Corona
Kicak, kukiner khas Yogyakarta yang hanya muncul saat Ramadan, sepi diburu warga karena pandemi Corona.
Nasib Kuliner Ekstrem Gunungkidul Saat Wabah Corona
Pedagang kuliner ekstrem di Gunungkidul berupa belalang goreng sepi pembeli saat pandemi Corona.
Burger Monalisa Yogyakarta dari Krismon ke Pandemi
Hamburger Monalisa Yogyakarta, kokoh dihantam krismon. Kini ikut terdampak saat pandemi Covid-19.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.