Nasib Kicak, Kuliner Jogja Khas Ramadan Saat Corona

Kicak, kukiner khas Yogyakarta yang hanya muncul saat Ramadan, sepi diburu warga karena pandemi Corona.
Siti Nurjanah seorang pedagang makanan di wilayah Kauman saat Ramadan (Foto: Tagar/Evi Nur Afiah)

Yogyakarta - Siti Nurjanah, seorang pedagang makanan di wilayah Kauman, Kota Yogyakarta ini, merupakan pembuat makanan khas Ramadan. Nama makanan ini kicak, yang kerap dijadikan menu berbuka puasa saat Ramadan.

Wanita paruh baya ini saat ditemui, tengah menata bungkusan berupa mika ke dalam kresek putih. Gerakan tangan Siti juga mampu melayani permintaan pembeli di Jalan Kauman, Kelurahan Ngupasan, Kecamatan Gondomanan, Kota Yogyakarta. Dengan kemampuan public speaking-nya, Siti juga terus-terusan menawarkan makanan lain kepada pembeli yang datang ke lapaknya.

Di sela-sela kesibukannya berjualan, Siti bercerita bahwa menu makanan kicak ini sudah ada dari puluhan tahun lalu. Kicak menjadi makanan khas di kampung Kauman. "Bisa dibilang ini sudah menjadi tradisi, karena saat Ramadan makanan ini lebih sering ditemukan," katanya saat ditemui di Jalan Kauman, Kota Yogayakarta, Kamis, 7 Mei 2020.

Kicak merupakan makanan yang terbuat dari jadah atau ketan yang dipadatkan, yang dicampur parutan kelapa dengan tambahan buah nangka. Dalam proses pembuatannya juga ditambah sedikit gula pasir untuk menambah rasa manis. "Cara pembuatannya pun terbilang cukup mudah. Jadah tersebut dipanasi di atas wajan lalu dicampur dengan kelapa serta gula," ucapnya.

Kicak adalah dagangan yang diturunkan oleh almarhumah ibunya. Sehingga, makanan kicak bagi Siti ibaratnya sudah melekat di keluarganya. Kicak selalu ada saat bulan puasa seperti ini.

Makanan kicak sudah eksis di kampung Kauman lebih dari 30 tahun. Harapannya, kicak tidak akan lekang oleh waktu. "Setelah saya, resep ini akan diturunkan juga kepada anak saya. Di kampung Kauman ini sudah menjadi makanan khas yang selalu ada saat Ramadan," katanya.

Untuk bisa mencicipi makana khas Kauman ini, juga sangat ekonomis. Satu bungkus kicak dihargai Rp 3.000. Alasan makanan kicak dijual murah agar setiap orang bisa merasakannya.

Ya memang tidak boleh berkerumun tapi untuk menjaga tradisi makanan kicak ini saya tetap berjualan.

Namun di tengah pandemi Corona seperti ini dirinya mengaku merasakan suasana yang berbeda. Biasanya setiap pukul 17.00 WIB Jalan Kauman selalu ramai orang berbelanja karena ada pasar sore yang berjejer di sepanjang jalan.

Berbeda dengan ramadan saat ini, hanya beberapa warga yang masih berjualan di tempat sekitar. "Ya memang tidak boleh berkerumun tapi untuk menjaga tradisi makanan kicak ini saya tetap berjualan. Tidak masalah tidak banyak yang laku, tapi lebih penting suasana Ramadan dengan makanan kicak ini selalu ada," ucapnya.

Sedari dulu, Siti mengaku tak pernah terbersit untuk mengubah bahan utama. Sehinga rasanya selalu dirindukan siapa saja yang pernah mencicipinya. "Ya kalo diubah nanti tradisinya bisa hilang, sampai sekarang saya tidak pernah mengganti bahan-bahan itu. Kalau pelanggan pasti tahu kalau rasanya berbeda dari sebelumnya," kata dia.

Seorang pedagang lainnya, Suhesti, 45 tahun yang juga menjual makanan berbuka puasa mengatakan, selain kicak yang dijual, warga Kauman juga menjual makanan lain seperti carang gesing dan pis roti.

Warga Kauman biasanya menjual tiga makanan khas, pertama kicak, pis roti dan carang gesing. Memang bisa ditemukan di luar wilayah Kauman, tapi ketika Ramadan seperti sekarang suasana berbeda, banyak orang yang mencari ke Kauman.

Suhesti juga pembuat kicak, Ramadan kali ini Suhesti hanya menjajakan 40-50 bungkus. Hal itu mengingat jumlah pembeli yang menurun dari tahun sebelumnya. "Beberapa hari puasa ini tidak banyak yang terjual, mungkin sekitar 20 bungkus. Jika tahun sebelumya saya menyiapkan sampai 100 bungkus dan selalu habis," ungkapnya. []

Berita terkait
Ie Bu Peudah, Tradisi Merawat Kuliner Leluhur Aceh
Tradisi memasak ie bu peudah sudah ada sejak masa kesultanan Aceh atau tepatnya pada abat ke-15 masehi.
Pedagang Takjil di Cianjur Pakai Physical Distancing
Untuk hindari kontak langsung dengan pembeli, pedagang takjil di Cianjur, Jabar, pasang plastik penghalang, pakai masker, siapkan hand sanitizer
Gorengan, Takjil Favorit di Tengah Pandemi Corona
Penjual takjil gorengan di Semarang optimis menyongsong Ramadan di tengah pandemi virus corona.