Masyarakat Terjebak Ilusi Keraton Agung Sejagat

Keraton masih dianggap sebagai pengayom bagi masyarakat. Sehingga para peikutnya rela berkorban untuk mendapat hidup yang lebih baik.
Dua orang yang mengaku Raja Keraton Agung Sejagat Toto Santoso dan Permaisuri Fanni Aminadia duduk di singgasana. (Foto: Grup Facebook/Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Semarang - Keraton Agung Sejagat di Purworejo pimpinan Toto Santoso dan Fanni Aminadia menyita perhatian masyarakat. Tidak hanya karena menimbulkan keresahan tapi juga lantaran pengikut dari kerajaan abal-abal ini mencapai ratusan.

Dari sisi psikologi sosial, hal itu bisa terjadi karena keraton, dengan raja dan ratunya, sampai hari ini masih dianggap sebagai sosok pengayom oleh masyarakat. Sehingga mereka yang jadi anggota keraton tak sadar terjebak dalam ilusi yang digelar Toto dan Fanni.

“Keraton dianggap sebagai pengayom, sehingga menimbulkan perasaan aman dan terlindungi yang membuat mereka percaya dengan ilusi dari pelaku itu,” kata psikolog Maharani M.Psi kepada Tagar melalui pesan WhatsApp, Rabu malam, 16 Juni 2020.

Diketahui, deklarasi Keraton Agung Sejagat melibatkan sekitar 500 orang dengan latar belakang berbeda. Banyaknya orang di wilujengan keraton yang digelar akhir pekan lalu mengindikasikan adanya usaha untuk mewujudkan peristiwa itu secara bersama-sama.

Mereka rela menjadi pengikut dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit agar hidupnya berubah lebih baik.

Menurut psikolog lulusan Unika Soegjapranata itu, masyarakat Jawa memandang keraton sebagai lambang budaya yang cukup mengakar dan sangat khas ketimuran sekali. Ditambah harapan baru yang dijanjikan, membuat masyarakat mudah percaya dengan mitos kerajaan di Purworejo itu.

“Hal itu menjadi angin segar di tengah kondisi ekonomi dan politik Indonesia, di antaranya adalah janji-janji untuk membawa masa depan cerah dan lebih baik bagi masyarakat,” katanya

Psikolog yang membuka praktek di Plombokan, Semarang menambahkan pengaruh sugesti kuat serta mimpi tersebut akhirnya membuat masyarakat, khususnya yang jadi anggota, rela berkorban untuk keraton.

“Mereka rela menjadi pengikut dan mengeluarkan uang yang tidak sedikit agar hidupnya berubah lebih baik,” ujar Maharani.

Diberitakan sebelumnya, Keraton Agung Sejagat setidaknya mempunyai anggota sekitar 400 orang. Mereka tak hanya berasal dari Jawa Tengah, sebagian ada yang datang dari luar Jawa. Ratusan pengikut keraton ini rela mengeluarkan uang jutaan rupiah untuk bisa masuk jadi anggota kerajaan. []

Baca juga: 

Berita terkait
Menguak Motif Keraton Agung Sejagat di Purworejo
Kepolisian hingga kini masih mendalami motif di balik berdirinya Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo.
Sisi Supranatural Keraton Agung Sejagat di Purworejo
Klaim Keraton Agung Sejagat di Purworejo, Jawa Tengah, dinilai oleh Sosiolog Universitas Indonesia membawa sisi supranatural.
Jadi Anggota Keraton Agung Sejagat Bayar Rp 3 Juta
Anggota Kerajaan Agung Sejagat Purworejo mencapai sekitar 400 orang. Mereka dimintai uang Rp 2-3 juta untuk bisa jadi anggota.