Semarang - Berawal dari makan pecel, tiga mahasiswa Universitas Semarang (USM), Kota Semarang, Jawa Tengah berhasil melahirkan inovasi bidang pangan pertanian. Mereka sukses mengubah tanaman krokot menjadi permen menyehatkan.
Ketiga mahasiswa itu adalah Anandya Selfana Prastikasari, Aulia Rifan Putra Nugraha dan Joko Rusmianto. Mereka tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian (FTP). "Kami lakukan penelitian untuk tugas skripsi mulai bulan Oktober 2019 hingga Januari 2020," tutur Anandya, Kamis, 12 Maret 2020.
Menurut Anandya, krokot selama ini dikenal sebagai tanaman gulma atau tumbuhan pengganggu tanaman lain. Tanaman ini mudah ditemui di pinggir jalan, pekarangan rumah, dan sawah. Padahal berdasar sejumlah riset, krokot kaya akan vitamin, mineral, dan zat gizi lain yang sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh manusia. WHO dan sejumlah jurnal kesehatan menyebut krokot juga mampu mencegah penyakit, seperti kanker, diabetes, jantung dan asam urat.
Tanaman ini mengandung beta karoten tujuh kali lebih banyak dibanding wortel.
Ide krokot dijadikan obyek penelitian skripsi muncul ketika ia dan dua kawannya makan pecel dan mendapatkan sayur berupa krokot tersebut. Rasanya yang unik yang tidak pernah ditemui di umumnya kuliner pecel membuat ketiganya penasaran akan tanaman krokot.
Lantas ketiganya melakukan riset data soal kandungan krokot. Dan setelah mengetahui kandungan gizinya, maka Anandya, Aulia, dan Joko sepakat mengubah krokot menjadi makanan siap konsumsi bentuk lain.
"Krokot yang kami gunakan adalah jenis dengan nama latin portulaca oleracea. Tanaman ini mengandung beta karoten tujuh kali lebih banyak dibanding wortel. Beta karoten dapat diubah tubuh menjadi vitamin A, vitamin C, kadar serat, omega tiga dan antioksidan sehingga sangat baik untuk kesehatan," ucap dia.
Krokot diubah dengan cara dibuburkan dan dikeringkan, kemudian diolah menjadi lembaran-lembaran permen siap konsumsi. Orang awam biasa menyebut lembaran fruits leather like itu dengan sebutan manisan. Penelitian lanjutkan memperlihatkan permen tersebut masih mengandung beta karoten sebesar 40.000 mikrogram per 100 gram, vitamin C 21 mikrogram per 100 gram, kadar serat 1,88 %, kadar air 14 %, kadar abu 4 %.
“Saat ini banyak anak susah dalam makan buah dan sayur, sehingga untuk meningkatkan konsumsi buah dan sayur salah satunya menjadikan rumput yang kaya akan manfaat ini sebagai permen," ujarnya.
Aulia menambahkan cara pembuatan permen krokot sangat mudah dan tidak menggunakan banyak bahan."Bahan yang diperlukan hanya krokot yang telah dihaluskan dan dicampur dengan gula halus, karagenan atau bubuk rumput laut, dan sedikit blimbing wuluh atau asam sitrat kemudian dibuburkan dan dikeringkan dengan sinar matahari," katanya.
Sementara Joko tidak menampik sejumlah kendala dalam proses inovasi permen krokot. Di antaranya, peralat yang digunakan sangat terbatas dan hanya bisa dijumpai di laboratorium. Ia dan dua kawannya juga harus berulang kali melakukan prapenelitian untuk mendapatkan lama pengeringan yang terbaik.
"Kami sebenarnya ingin memproduksi dalam jumlah banyak dan kalau ada rezeki pasti ingin mendaftarkan untuk hak paten. Dengan demikian masyarakat luas dapat menikmati permen sehat ini,” katanya. []
Baca juga:
- Pesan Menteri Basuki untuk Mahasiswa Teknik Unsrat
- Mahasiswa UNS Ciptakan Robot Pencari Korban Bencana
- Sibowo, Aplikasi Belajar Bahasa Jawa untuk Milenial