Konflik Manusia dengan Gajah di Aceh Terus Meningkat

Konflik gajah di Provinsi Aceh sejak lima tahun terakhir mengalami peningkatan.
Kondisi rumah milik Baka Gapui di Desa Bangkeh, Kecamatan Geumpang, Kabupaten Pidie, Aceh, usai dimasuki gajah liar pada Sabtu 30 November 2019 dini hari sekira pukul 01.00 WIB. (Foto: Tagar/Istimewa)

Banda Aceh - Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto menyebutkan, konflik gajah di provinsi tersebut sejak lima tahun terakhir mengalami peningkatan. Pada 2015 lalu, konflik gajah terjadi 39 kali, kemudian 2016 naik menjadi 44 kali.

Selanjutnya, peningkatan terus terjadi pada 2017 yang menjadi 103 kasus, meskipun terjadi penurunan pada 2018 hanya 73 kasus. Tetapi kembali meningkat pada 2017 sebanyak 107 kasus.

“Konflik satwa semakin meningkat selama 5 tahun terakhir. Meningkat ini juga ditambah tidak ada strategi khusus penanganan konflik,” kata Agus kepada wartawan di Banda Aceh, Kamis, 16 Januari 2020.

Sedangkan angka kematian gajah, kata Agus, dalam kurun waktu tahun 2016 hingga 2020 ada 38 gajah mati. Penyebab kematian gajah 74 persen karena konflik, 14 persen perburuan dan 12 persen mati alami.

“Harapan saya kedepan dapat kita sosialisasikan agar dapat meminimalisir konflik gajah,” katanya.

Agus menjelaskan, konflik satwa gajah dengan manusia tidak terlepas habitatnya sudah terganggu. Habitat gajah semakin berkurang dan telah terfragmentasi dan 85 persen populasinya berada di luar Kawasan konservasi, bahkan sudah berada di luar Kawasan hutan.

“Konflik satwa tidak terlepas habitat sudah terganggu,” ujar Agus.

Konflik satwa semakin meningkat selama 5 tahun terakhir. Meningkat ini juga ditambah tidak ada strategi khusus penanganan konflik.

Kata Agus, terkait kematian lima ekor gajah di Kabupaten Aceh Jaya beberapa waktu lalu, pihaknya menyerahkan sepenuhnya proses hukum ke pihak kepolisian. Ia yakin, aparat penegak hukum akan mengusut kasus tersebut dengan baik.

Kepala (BKSDA) Aceh, Agus Arianto.Kepala Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

“Saat ini (proses hukum) sudah berjalan jadi kita tunggu saja bagaimana perkembangan penanganan oleh teman-teman Polres Aceh Jaya. Artinya kami yakin bahwasanya teman-teman dari Polres Aceh Jaya itu akan melakukan kegiatan penanganan itu dengan baik,” kata Agus.

Agus menuturkan, hingga pertengahan Januari 2020 sudah ada enam ekor gajah yang mati. Jumlah tersebut terdiri dari lima ekor di Kabupaten Aceh Jaya dan satu ekor di Kabupaten Aceh Utara.

“Kematian gajah pada 2020 totalnya ada enam ekor, lima di Aceh Jaya dan baru-baru satu di Aceh Utara Cot Girek seekor anak bayi gajah,” katanya.

Sementara, Kabid Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Aceh, Muhammad Daud mengatakan, dalam melindungi gajah pihaknya saat ini sudah membuat sejumlah regulasi, termasuk qanun Pengelolaan Satwa Liar. Saat ini, qanun tersebut masih menunggu penomoran dari Kemendagri.

“Pemerintah sangat berkomitmen untuk terus menjaga hutan seluas 3,5 juta hektar. Dengan menjaga hutan, bisa mencegah terjadinya konflik satwa dilindungi di Aceh,” ujarnya. []

Baca Juga: 

Berita terkait
Polisi Kantongi Pelaku Terkait 5 Gajah Mati di Aceh
Lima ekor gajah mati di Desa Tuwi Priya, Kecamatan Pasie Raya, Kabupaten Aceh Jaya, Aceh pada awal Januari 2020 lalu ditemukan secara terpisah.
Pembunuh Sopir Travel Aceh Singkil Dihukum Mati
Terdakwa pembunuh sopir travel di Aceh Singkil, Aceh menjalani sidang lanjutan dengan agenda mendengarkan Penyampaian Pembelaan (pledoi).
Aceh Termiskin di Sumatera, Ini Alasannya
Faktor utama penyebab Aceh menjadi provinsi termiskin di Pulau Sumatera akibat tidak meratanya dana desa maupun otonomi khusus (otsus).