Kisah Wanita Korban Mutilasi Malang

Potongan kaki dan tangan wanita ini ditemukan di antara sampah di Pasar Besar Kota Malang Jawa Timur.
Ilustrasi pembunuhan (Foto: antaranews)

Jakarta - Seorang wanita asal Maluku yang belum diketahui identitasnya menjadi korban mutilasi di Kota Malang, Jawa Timur. Pelakunya adalah Sugeng Angga Santoso menggunakan gunting, memotong-motong tubuh korban menjadi enam bagian.

Kasus ini terungkap ketika seorang warga bernama Chilman (48) mencium bau busuk di area lokasi dia berjualan di Pasar Besar. Ia kemudian meminta bantuan sekuriti pasar untuk menelusuri asal bau tak sedap itu.

Dimutilasi karena bisikan gaib dan pesan korban sebelum meninggal.

Ketika mencarinya di antara sampah yang berserakan, mereka dikejutkan potongan kaki dan tangan. Penemuan mereka itu langsung dilaporkan kepada polisi, Selasa siang 14 Mei 2019.

Selain itu ditemukan juga bagian tubuh lain di lokasi berbeda yakni kepalanya dibungkus dalam plastik dan bagian tubuh lain di kloset kamar mandi.

Setelah dilakukan penyelidikan oleh kepolisian, diketahui korban dimutilasi tiga hari setelah meninggal. Jarak waktu kematian korban dengan ditemukan adalah 9 hari.

"Baru tiga hari setelah itu pelaku memutilasi korban. Kematian korban dikatakan karena sakit yang dikeluhkan, yakni di bagian kelamin. Tapi kita masih dalami dan menunggu hasil autopsi, apakah benar keterangan dari pelaku," ujar Kapolres Malang Kota AKBP Asfuri di Mapolres Jalan Jaksa Agung Suprapto, Rabu malam 15 Mei 2019.

Dari keterangan pelaku, mutilasi dilakukan atas permintaan korban sebelum meninggal serta bisikan gaib yang diterima pelaku.

"Dimutilasi karena bisikan gaib dan pesan korban sebelum meninggal," sambung Asfuri.

Sosok Sugeng Pelaku Mutilasi

Pelaku pembunuhan diduga Sugeng. Hal ini diperkuat tulisan nama Sugeng di bagian tubuh korban.

"Setelah kami fix-kan nama Sugeng, sejak Selasa 14 Mei 2019 malam tim kami bergerak untuk menyisir orang-orang yang bernama Sugeng," ucap Asfuri.

Mendapat petunjuk itu pihak kepolisian Kota Malang mengumpulkan orang-orang yang bernama Sugeng di sekitar peristiwa. Tidak butuh waktu lama, anjing pelacak menemukan terduga pelaku, Sugeng Angga Santoso di Jalan Laksamana Martadinata.

Sugeng ini kalau berbicara sama orang normal modelnya seperti orang gila. Tapi, kalau pihak Rumah Sakit Jiwa yang mengajak berbicara dia kayak orang normal.

Menurut pengakuan seorang yang pernah bertetangga dengan Sugeng, 

Narko (51) seorang yang pernah menjadi tetangga Sugeng di wilayah Jodipan Gang III RT 04 RW 06 Kota Malang, mengatakan Sugeng dikenal sebagai seorang yang memiliki gangguan jiwa.

Cerita Narko, Sugeng pernah membakar rumahnya sewaktu masih di Jodipan, Selain itu, ia juga pernah memotong lidah kekasihnya dan memukul kepala ayahnya dengan menggunakan palu.

"Sugeng ini dari dulu selalu bikin gempar warga. Bahkan, Sugeng juga pernah diusir dari sini (Jodipan) sekitar 7 atau 8 tahun lalu," ujarnya pada Kamis 16 Mei 2019.

Narko mengatakan dalam keluarga Sugeng dari dulu memiliki kelainan, tidak seperti orang biasa pada umumnya. Tak hanya Sugeng, beberapa keluarganya memiliki sifat aneh seperti dirinya.

"Amit sewu (mohon maaf), sepertinya gangguan ini sudah menggaris di keluarganya. Buktinya keluarganya saja sudah tidak tahu-menahu," ucapnya.

Narko menuturkan, Sugeng pernah masuk rumah sakit jiwa (RSJ) Lawang.

"Sugeng ini kalau berbicara sama orang normal modelnya seperti orang gila. Tapi, kalau pihak Rumah Sakit Jiwa yang mengajak berbicara dia kayak orang normal. Itu yang membuat RSJ tidak membawanya," terang Narko.

Ia menambahkan Sugeng kerap mondar-mandir di lokasi pemukiman warga. Namun, dalam beberapa waktu belakangan wajahnya tak terlihat.

Ketua RW 06 Kelurahan Jodipan, Kota Malang, Muhammad Luthfi mengatakan Sugeng pernah tinggal di Jodiopan bersama kedua orangtuanya.

"Sekitar 7-8 tahun lalu, rumahnya Sugeng dibeli ayah saya. Saya juga tidak tahu, kenapa rumah itu sampai dibeli. Setelah itu, keluarga Sugeng entah tinggal di mana," ucapnya.

Luthfi mengenang, pernah melihat Sugeng tidur di samping rumah kosong di Jalan Jodipan Weta. Di dalam rumah itu Sugeng menulis beberapa tulisan aneh, termasuk menyebut nama Tuhan dan nama beberapa keluarganya.

"Keluarga Sugeng ini banyak, namun kebanyakan ya amit sewu, memiliki kelainan juga. Seperti yang dialami Sutoyo, kakak Sugeng yang sudah tidak mau tahu tetangga kanan kiri," tutur Luthfi.

Luthfi masih ingat, Sugeng membuat coret-coretan di tembok, tulisan dengan kata-kata dendam, entah dendam kepada keluarga atau warga sekitar karena ia sering dikucilkan.

"Entah itu dendam pada warga, keluarganya, atau merasa seperti dikucilkan setelah diusir oleh warga," terangnya. []

Baca juga:

Berita terkait