Kambing Hitam Nadiem Makarim

Jangan suka cari kambing hitam, Nadiem Makarim, kambing hitam sudah habis di-booked untuk perayaan Idul Adha tahun ini. Tulisan akademisi UGM.
Nadiem Makarim. (Foto: Antara/Fakhri Hermansyah)

Kampus Merdeka: Merdeka Belajar Ala Nadiem Makarim

Kepada yang terhormat Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nadiem Makarim, di Jakarta. Dengan hormat. Judulnya heboh, sayangnya bukan barang baru. Kampus Merdeka: Merdeka belajar.

Saya sudah baca draft tulisan tersebut. Saya mendapat kiriman resmi dari pejabat di UGM. Saya baca menyeluruh. Jujur saya sebenarnya sudah bosan mendengar kebijakan-kebijakan Anda, Pak Menteri, karena, mohon maaf, tidak bermutu sama sekali. Ibaratnya Anda mencabut akar keIndonesiaan, menjiplak konsep barat, dan menjiplaknya saja tidak benar. Menjiplak sesuatu dan menerapkan pada sistem Indonesia yang kondisinya beda jauh. Kacau balau.

Biarlah Indonesia menjadi Indonesia, tumbuh kembang dengan jati diri keIndonesian.

Roh perguruan tinggi itu adalah Rasionality and Freedom. Kalau sekarang Anda bicara Kampus Merdeka: Merdeka belajar, itu hanya daur ulang konsep lama. Sejak saya masih jadi mahasiswa di Jurusan Teknik Nuklir, Fakultas Teknik, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, antara 1984-1988, saya bicara di depan teman-teman saya soal Rasionality and Freedom di dunia kampus. Pada era itu, radikalisme di kehidupan kampus mulai muncul, walau masih di Era Soeharto yang sangat represif.

Bukan barang baru. Hanya konsep lama yang didaur ulang dengan pernak-pernik politik agar kelihatan baru.

Jangan suka cari kambing hitam, Pak Nadiem, kambing hitam sudah habis di-booked untuk perayaan Idul Adha tahun ini.

Setingkat Menteri mestinya bicara konsep baru, bukan mendaur ulang konsep lama.

Dari tulisan itu, kelihatan jelas, Anda tidak paham akar masalahnya. Anda lari dari permasalahan sesungguhnya, dengan mencari kambing hitam. Kurikulum dan mekanisme administrasi akademik di perguruan tinggi Anda jadikan objek kajian Merdeka Belajar: Kampus Merdeka. Anda jelas salah pandang dan salah langkah.

Gagal melihat permasalahan secara utuh, gagal membangun sistem yang koordinatif dan gagal menciptakan sistem yang sustainable.

Pak Nadiem, Anda harus paham, mangapa kampus-kampus di Indonesia susah berkembang? Karena iklim akademiknya belum sepenuhnya terwujud. Rasionalitas dan kebebasan akademik dipolitisir untuk hegemoni kelompok orang yang hobi berkedok-kedok agama untuk memberangus rasionalitas dan kebebasan akademik itu sendiri. Saat ini, radikalisme di kampus adalah biang kerok dari munculnya ide Anda itu Merdeka Belajar: Kampus Merdeka. Masalahnya di situ, bukan di kurikulum atau mekanisme administrasi akademik.

Jangan suka cari kambing hitam, Pak Nadiem, kambing hitam sudah habis di-booked untuk perayaan Idul Adha tahun ini.

Jujur saya malas baca tulisan Anda, karena tidak bermutu sama sekali.

Cobalah Anda datang ke salah satu kampus negeri di Indonesia. Anda akan melihat nyata banyak rumah ibadah dibangun untuk kelompok agama tertentu, namun tidak ada satupun rumah ibadah bagi agama lain. Apa artinya? Artinya telah terjadi diskriminasi dalam kehidupan akademik di kampus. Dengan mental seperti itu, Anda berharap Merdeka Belajar: Kampus Merdeka? Omong kosong.

Insan akademik itu mestinya berpikir terbuka, kritis, bisa melihat kebenaran secara objektif dan jujur. Faktanya, insan akademik dicekoki dogma-dogma politisasi agama, kebohongan akademik ada di mana-mana. Anda jangan kaget, penjiplakan karya akademik banyak terjadi di dunia kampus, tidak ada tindakan tegas atau mungkin malah dianggap lumrah? Padahal pinjiplakan karya akademik adalah kejahatan akadamik yang tidak pernah bisa ditolerir di dunia kampus. Anda berpikir kondisi ini bisa Anda jadikan starting point membangun Merdeka Belajar: Kampus Merdeka? Omong kosong.

Rohnya saja tidak ada, bagaimana bisa membangun birahinya. Omong kosong.

Benahi dahulu iklim akademiknya agar kondusif, egaliter, bebas dari diskriminasi agama, dan kejujuran menjadi panglimanya. Jangan sentuh kurikulum dan administrasi akademik, sebelum Anda tuntas membenahi permasalahan mental akademik. Otherwise, Ada hanya akan menjadi katastofa bagi kehidupan kampus Indonesia.

Berpikir jernih dan jujur mengakui ketidakmampuan.

*Akademisi Universitas Gadjah Mada

Baca juga:

Berita terkait
Nadiem Belum Tahu Anggaran Asesmen Pengganti UN
Nadiem Makarim mengaku belum mengetahui anggaran pengganti Ujian Nasional (UN), Asesmen Kompetensi Minimum.
DPR Soroti Program Nadiem Makarim Hapus UN
Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian menyoroti program penggantian Ujian Nasional (UN) yang digagas Nadiem Makarim.
Nadiem Makarim Sebut Guru Honorer Kewenangan Pemda
Jujur saya terkejut bagaikan disambar petir, mendengar Mendikbud Nadiem Makarim bilang guru honorer kewenangan Pemda. Masalahnya bukan di situ.
0
Pengamat Nilai KPK Beri Harapan Tindak Lanjuti Penyelidikan Formula E
Gengan diperiksanya Gatot juga bisa memberikan informasi yang berarti dalam penyelidikan dugaan korupsi penyelenggaraan Formula E.