Oleh: Bagas Pujilaksono, Akademisi Universitas Gadjah Mada
Saya mendukung Jokowi sejak 2014, hingga hari ini. Dukungan saya ke Jokowi obyektif dan kritis. Jokowi benar, saya bela. Jokowi salah, saya kritik habis-habisan.
Dengan segala dinamikanya, saya jatuh bangun, dalam mendukung Jokowi.
Ekstrimnya, saya pernah bermasalah secara hukum di tahun 2020, gara-gara bela Jokowi. Disapa saja tidak, apalagi diberi bantuan hukum yang proporsional dan wajar dari Jokowi.
Bagi saya, Jokowi adalah sosok yang tidak pandai berterima kasih.
Saya tidak masalah dengan karakter dan perilaku Jokowi, karena sbb:
1. Dukungan saya ke Jokowi selama ini, demi bangsa dan negara
2. Saya patuh pada perintah ibu Ketum PDI Perjuangan, Yth. Ibu Megawati Soekarnoputri. Dimana, tahun 2014 dan 2019, PDI Perjuangan mendukung Jokowi.
Dengan segala dinamikanya, saya jatuh bangun, dalam mendukung Jokowi.
Hanya karena kedua hal diatas, hingga hari ini, saya tetap bertahan mendukung Jokowi.
Jadi, dukungan saya ke Jokowi bukan karena uang atau jabatan. Tidak perlu menjilat-jilat atau cari muka ke Jokowi, untuk apa? Saya sudah punya muka!
Perkembangan dinamika politik di tanah air saat ini, membuat saya tidak nyaman/ nggregesi/ gerah/ lungkrah/ grumpy dalam memberikan dukungan ke Jokowi, karena pertimbangan etika dan moral, dan harga diri dan kehormatan saya, yang selama ini saya jaga dan saya banggakan sebagai ilmuwan.
Mulai hari ini, 27 Oktober 2023 jam 11:35 WIB, atas pertimbangan pribadi, tanpa perintah atau tekanan dari siapapun, saya cabut dukungan politik saya ke Jokowi. Goodbye Jokowi!.
Dukungan politik saya sangat konsisten, berintegritas dalam memegang komitmen, dan sekarang saya berikan ke Ganjar-Mahfud dan tetap setia di haluan politik PDI Perjuangan.
Apapun taruhannya, tidak takut, sekalipun harus head to head dengan Jokowi, di Pilpres dan Pileg 2024, tetap berjuang bersama teman-teman, memenangkan paslon Ganjar-Mahfud satu putaran, 57%. Dan, PDI Perjuangan menang di angka 34%.
Biarlah sejarah mencatat dengan rapi, lugu-lugas apa adanya, segala sesuatu yang memang bersejarah/monumental bagi bangsa ini.
Bersama tulisan ini, saya mengajak teman-teman saya seperjuangan untuk tidak pernah lelah mencintai negeri ini dan tetap tekun berintegritas menjaga komitmen kebangsaan kita.
Idealisme adalah sebuah value yang harus tetap dijaga, sebagai harga diri dan kehormatan sebagai manusia, yang membedakan manusia, apakah sebagai seorang petarung sejati (risk taker) atau hanyalah pecundang tukang menthil (safe player).
Perjuangan saya dengan teman-teman efektif-efisien, bebas dari segala intrik politik yang membohongi dan menyesatkan rakyat.
Kami tidak punya beban sejarah, dosa-dosa masalalu.
Rahayu. Terima kasih. []