Jalan Sunyi Sang Pemula, Penghormatan Pers Banten

Komunitas Journalist Lecture menggelar haul tokoh pers nasional Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo, Sabtu malam, 7 Desember 2019.
Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo. (Wikimedia)

SERANG - Komunitas Journalist Lecture siap menggelar haul tokoh pers nasional Raden Mas Djokomono Tirto Adhi Soerjo yang ke 101. Kegiatan bertema Jalan Sunyi Sang Pemula ini akan digelar di halaman kantor Perpustakaan Daerah (Perpusda) Banten, Sabtu malam, 7 Desember 2019. 

Peringatan wafatnya Sang Pemula yang pertama kalinya diadakan di Banten itu sebagai bentuk penghargaan wartawan Banten kepada tokoh pers yang telah mempelopori jurnalistik di Indonesia. Tirto juga dikenal sebagai orang Indonesia pertama yang menggunakan media massa sebagai alat perjuangan.

"Tirto adalah seorang jurnalis yang dengan tulisannya beliau banyak mengkritik kolonial Belanda yang dianggap telah mencederai nilai kemanusiaan. Selaku insan pers, tentu sudah sepantasnya kita memberikan penghargaan tinggi kepadanya," kata koordinator Journalist Lecture, Ken Supriyono kepada Tagar Jumat, 6 Desember 2019. 

Tirto adalah seorang jurnalis yang dengan tulisannya beliau banyak mengkritik kolonial Belanda yang dianggap telah mencederai nilai kemanusiaan.

Diadakannya haul ini, kata Supriyono, diharapkan para jurnalis di Banten dapat mengingat kembali dan mengenal lebih jauh lagi terhadap sosok Tirto. Sehingga perjuangan Tirto bisa mengilhami dan bisa ditauladani oleh para generasi jurnalis yang ada saat ini.

"Jika melihat dari apa yang telah diperbuat Tirto, jurnalis itu bukan hanya sekedar tukang tulis, tetapi juga bisa mendeskripsikan dalam menjaga marwah kemanusiaan. Apalagi kita menyadari betul bahwa pers adalah pilar keempat demokrasi," paparnya.

Ketua Pelaksana Jalan Sunyi Sang Pemula Abdul Rosyid menambahkan acara haul ke 101 bapak pers nasional ini akan diisi dengan beberapa rangkaian acara. Selain pembacaan hikayat Tirto, juga akan diisi dengan orasi kebudayaan oleh dua pembicara, yaitu Okky Tirto yang merupakan cicit dari Tirto Adhi Soerjo dan penulis sejarah Muhidin M Dahlan.

"Dua pembicara ini sangat kompeten untuk membicarakan secara komprehensif tentang jejak dan pikiran Pak Tirto. Kami juga mengundang penyair muda Banten Rois Rinaldi. Ada juga teater monolog, pembacaan puisi oleh para tokoh Banten dan pentas musik akustik kawan-kawan Sandekla Band," katanya.

Untuk diketahui, Tirto Adhi Soerjo lahir di Blora, Hindia Belanda pada 1880 dan meninggal dunia di Batavia pada 7 Desember 1918. Semasa hidupnya, Tirto berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial Belanda. Sempat ditangkap dan disingkirkan dari Pulau Jawa dan dibuang ke Pulau Bacan, dekat Halmahera. []

 Baca juga: 

Berita terkait
Menelusuri Jejak Masjid Paling Kuno di Banten
Tidak banyak tahu kapan Masjid Baitul Arsy di Pandeglang dibangun. Tapi masjid yang dianggap keramat ini sering dikunjungi wisatawan luar daerah.
Kronologi Perampokan di Kantor EJM di Lebak Banten
Kasus perampokan di Kantor EJM masih dalam penyelidikan kepolisian Lebak, Banten. Pelaku diduga berjumlah lima orang.
Usaha Emak-emak Banten Mendapatkan LPG 3 Kg
Warga Kampung Kanaga Jati, Desa Warunggunung, Kecamatan Warunggung, Lebak harus berjuang untuk mendapatkan LPG 3 Kg yang mulai langka.