Markus Makur Jurnalis Berhati Emas di Manggarai NTT

Markus Makur bukan jurnalis biasa. Wartawan Manggarai Timur, NTT ini mengabdikan dirinya untuk membantu orang dengan gangguan jiwa (ODGJ).
Markus Makur, jurnalis Manggarai Timur, NTT tengah membantu ODGJ berpakaian, belum lama ini. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Manggarai Timur - Markus Makur 43 tahun, jurnalis yang bertugas di wilayah Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Banyak karya nyata yang ditorehkan untuk warga Flores hingga membuat teman-teman sejawatnya menjuluki dengan sebutan jurnalis berhati emas. 

Markus, demikian biasa ia disapa, merupakan jurnalis online dan media cetak yang berkantor pusat di Jakarta. Ia tinggal di Waelengga, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur. Sudah cukup lama ia menjadi juru warta, sekitar 15 tahun.

Pria asal Desa Wajur, Kecamatan Kuwus Barat, Manggarai Barat tersebut pertama kali menjadi jurnalis pada 2004. Tidak di tanah tempatnya lahir tapi bekerja di media lokal, Papua, area peliputan di Kota Merauke. 

Masih di Papua, setahun kemudian ia resign dan pindah ke sebuah media cetak nasional berbasis bahasa Inggris. Baru pada tahun 2012 Markus pindah ke bumi Flores, wilayah peliputan Manggarai Timur. Tak lama ia juga dipercaya untuk merangkap kontributor media online nasional sampai sekarang. 

Sebenarnya ayah dua putera ini tidak memiliki rekam jejak pendidikan jurnalis. Namun pergaulan membuatnya tersesat di jalan yang benar. Ketekunannya berujung pada sebuah profesi yang kala itu jarang diminati pemuda Flores, wartawan. 

Ya, dunia jurnalis mengantar Markus pada gerbang aksi sosial untuk masyarakat tak mampu yang terbelit persoalan gangguan kejiwaan. Fakta-fakta yang selalu tersaji di depan mata memanggil nuraninya untuk jadi relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Ia menjelma layaknya keping koin. Di satu sisi, lewat karya jurnalistik menyuarakan keprihatinan dan mengetuk kepedulian dunia luar terhadap nasib ODGJ. Di sisi lain, bertindak nyata melayani ODGJ dan keluarganya. Dua hal yang butuh energi beda namun mampu dikombinasikan dalam bingkai ibadah.

"Pekerjaan utama sebagai wartawan tetap saya jalankan. Saya bagi waktu antara pekerjaan utama dengan mengunjungi pasien gangguan jiwa yang dipasung," kata dia kepada Tagar, Senin, 18 November 2019.

Semua bermula di tahun 2016. Berawal dari membaca postingan berita di media sosial yang memuat aktivitas salah satu imam Katolik di Flores, Pastor Pater Avent Saur, SVD. Hatinya tersentuh oleh kisah perjuangan sang pastor.

Pertanyaan awalnya apakah hasil jurnalistik saya ini bisa menggugah orang lain? mungkin belum tentu.

Markus 2Markus Makur bersama ODGJ dipasung yang dibantunya. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Penasaran, ia mencari dan terus mencari kisah-kisah dari Pater Avent. Makin banyak postingan imam di media sosial yang ia baca, Maskur makin gelisah. Kebekuan nurani tersentak. 

Ia merasa karya tulis yang pernah dibikin soal kemiskinan, desa yang terpinggirkan pembangunan, ketidakadilan sosial sampai mengangkat tema seni budaya, tidak ada seujung kuku dibanding apa yang dilakukan Pater Avent. 

Alam bawah sadarnya akhirnya menuntun pada peliputan nasib ODGJ yang terabaikan oleh lingkungan, pemerintah bahkan keluarganya sendiri. Pelan namun pasti, ia mulai mencari ODGJ di daerah tugasnya. Awalnya ia fokus di peliputan. Namun seiring waktu, ia merasa apa yang dilakukannya belum maksimal. 

"Pertanyaan awalnya apakah hasil jurnalistik saya ini bisa menggugah orang lain? mungkin belum tentu. Karena banyak hasil liputan hanya memenuhi ruang media digital, belum ada perubahan siginifikan atas nasib mereka. Ataukah karena para pembaca hanya baca sambil lalu saja," beber dia. 

Pada 2016, mulai lah Markus terlibat nyata pada aksi nyata kepedulian terhadap ODGJ. Karya-karya tulisannya mengenalkan pada sejumlah aktivis. 

"Saya mendampingi seorang peneliti dan biarawati dari Kongregari Biara Karya Kesehatan Indonesia yang melakukan penelitian akademis di Pulau Flores," kata dia.

Berjalan bersama waktu, ia juga pernah mendampingi seorang perawat Jerman yang punya pengalaman menangani orang gangguan jiwa di negaranya. Kemudian karya kemanusiaan itu berlanjut dengan mengumpulkan data pasien ODGJ di Manggarai Timur.

"Lalu, saya bergabung menjadi relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) di Manggarai Timur pada 2017. Saya ajak sejumlah wartawan di Manggarai Timur serta sejumlah pemuda di Manggarai Timur untuk bergabung di KKI," katanya seraya mengatakan saat ini dipercaya sebagai Koordinator KKI Peduli ODGJ di Manggarai Timur.

Dan di tahun 2017 itu, takdir mempertemukan Markus pada tokoh yang telah membuatnya bermimpi. Ia bertatap langsung dengan Pater Avent Saur, bersama relawan KKI, di Kota Borong. 

Kala itu Pater usai mengantar pasien gangguan jiwa dari Kabupaten Ende yang akan dirawat di Panti Renceng Mose, Ruteng, Manggarai. Dari diskusi dengan Pater dan sejumlah wartawan lain yang setali tiga uang, makin mantap Markus untuk mendarmabaktikan kasihnya bagi ODGJ. 

"Sesudah itu saya meliput kisah orang gangguan jiwa yang pulih sesudah dirawat di Panti Renceng Mose asal Waerana, Kecamatan Kota Komba. Setelah pemberitaan itu, banyak masyarakat memberi informasi tentang ODGJ yang dipasung," terang dia.

ODGJ Dipasung

Satu hal yang selalu membuatnya mengelus dada dan merasa bagai sembilu menyayat hati adalah takala melihat dengan mata kepala sendiri ODGJ dipasung. 

Pertengahan 2017, ia tengah melakukan peliputan di Kampung Bukit Weong, Desa Rana Gapang, Kecamatan Elar. Jaraknya belasan kilometer dari Elar, pusat kota kecamatan. Akses transportasi menuju desa itu juga memprihatinkan. Membuat Markus harus jalan kaki dengan sejumlah keluarga yang satu tujuan. 

Markus 3Markus Makur bercanda dengan ODGJ yang dibantunya. (Foto: Tagar/Yos Syukur)

Mengisi waktu sambil berjalan, kisah tentang ODGJ yang dapat sembuh setelah dirawat di Panti Renceng Mose diceritakan. Tak dinyana seorang salah satu warga menginformasi ada tetangganya di Bukit Weong yang di pasung di belakang rumahnya. 

"Saya menuju ke rumah orang tua dari pasien yang dipasung. Saat itu saya melihat kondisi pasien itu sangat memprihatinkan," ujar anak kedelapan dari sembilan bersaudara ini. 

Pernah juga mengunjungi ODGJ perempuan di Kampung Lembah Deruk, Kecamatan ELar Selatan. Perempuan malang itu dipasung di samping rumah. Kemudian mengunjungi sejumlah ODGJ yang tersebar di Kecamatan Kota Komba. Seperti di Desa Lembur, Desa Mbengan, Desa Ruan, Desa Bamo. Dan di sejumlah kampung lain di Manggarai Timur.

Tidak hanya mengangkat derita mereka ke dunia luar tapi kesempatan itu juga digunakan Markus untuk memberi penyadaran ke  keluarga ODGJ. Bahwa gangguan jiwa bisa disembuhkan dengan penanganan yang tepat. Bahwa memasung ODGJ hanya akan memperparah kondisi kejiwaannya. 

Sekaligus mengupayakan bantuan pengobatan bagi ODGJ. Jika memang dibutuhkan maka bersama relawan lain dari KKI akan memboyong ODGJ ke klinik atau panti kejiwaan untuk mendapat perawatan. Setidaknya memberi pemahaman ke keluarga tentang cara menangani ODGJ. 

"Ini hanya karena kerelaan hati dan terpanggil untuk mengangkat martabat orang sakit karena mereka juga memiliki hak yang sama untuk sembuh," ucap dia.

Selalu Bawa Gunting

Seperti sudah menjadi menjadi kebiasaan, hunting berita dan membantu ODGJ, Markus terus berkiprah atas nama kemanusiaan. Tidak ada pertentangan dari keluarganya. Bahkan sang isteri, seorang pegawai negeri sipil (PNS) di Kabupaten Manggarai Timur, sangat mendukung aksi sosialnya itu. 

Tak peduli cuaca dan topografi Manggarai Timur yang sangat berat, Markus dan relawan KKI selalu mengunjungi ODGJ yang diketahui. Jika memungkinkan pakai sepeda motor maka akan dilakukan meski harus menerobos lembah dan bukit. 

Tak jarang, ia dan kawan-kawannya harus jalan kaki menuju perkampungan yang berada di pegunungan seperti yang pernah dilakukan ketika membantu ODGJ di Kampung Bukit Weong.

Ini hanya karena kerelaan hati dan terpanggil untuk mengangkat martabat orang sakit karena mereka juga memiliki hak yang sama untuk sembuh.

Kerap pula harus menyewa kendaraan besar atau menumpang dump truck untuk bisa tiba di rumah ODGJ di pedalaman Manggarai Timur. Motor menjadi barang yang tak berharga ketika menghadapi alam, menyeberang sungai besar yang belum memiliki jembatan permanen.

Satu hal yang menjadi sebuah kebiasaan dari Markus ketika melaksanakan aktivitas meliputnya saat ini adalah selalu membawa gunting kuku. Dengan alat itu, ia akan selalu menggunting kuku kaki dan kuku tangan mereka yang panjang dengan penuh persaudaraan.

Tanpa merasa jijik, Markus pun kerap memandikan pasien ODGJ yang dikunjungi maupun yang ditemuinya di tengah jalan. Tidak heran, selain gunting kuku, sabun mandi, detergen, sikat gigi dan pasta gigi juga siap di tasnya.   

Markus juga selalu bersedia membelikan makanan takala melihat ODGJ tengah mengais sampah untuk mengisi perut. Di saat Natal, ia ajak kawan-kawannya mengunjungi ODGJ dan memberi bantuan sembako. Semua biaya itu bersumber dari profesinya sebagai jurnalis. 

Ini lah sekelumit kisah Markus Makur. Seorang jurnalis di salah satu wilayah timur Indonesia yang menasbihkan diri untuk menolong mereka yang dianggap tak berguna. Ia memang beda dengan wartawan pada umumnya. Karena ia adalah jurnalis kemanusiaan yang berpihak pada penderita gangguan jiwa.

Salam Sehat Jiwa. Mari berbagi peduli dengan ODGJ. Demikian slogan yang selalu ia perjuangkan.

Baca juga:

Lihat lainnya:








 





















Berita terkait
Pria Manggarai Flores Tewas Tertimbun Pasir
Seorang penambang pasir di Manggarai Flores NTT meninggal dunia usai tebing tambang pasir menimpa dirinya saat sedang beristirahat.
Pasar Inpres Manggarai Timur yang Mendadak Mencekam
Suasana ramai di Pasar Inpres Borong berubah mencekam setelah petugas Satpol PP Manggarai Timur datang. Petugas membongkar lapak PKL.
Wamen PUPR John Wempi Wetipo Fokus Membangun NTT
Wamen PUPR John Wempi Wetipo mengatakan pembangunan infrastruktur yang menjadi fokus pemerintah tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.