Oleh: Siti Afifiyah
Banyak yang heran bukan kepalang. Bagaimana bisa seorang istri anggota TNI bersikap tidak hormat kepada atasan suami. Tanpa rasa takut atau malu, mempertontonkan sikap yang tidak empatik dalam status Facebook.
Irma Nasutian istri Dandim Kendari Kolonel Hendi Suhendi bisa jadi hanyalah pucuk gunung es. Tulisannya di Facebook dengan emoticon tertawa-tawa ditujukan kepada Menko Polhukam Wiranto: "Jangan cemen pak,.... Kejadianmu tak sebanding dengan berjuta nyawa yg melayang."
Tidak mencerminkan prototipe seorang istri prajurit. Justru menyerupai buzzer radikalisme yang bersorak kegirangan. Radikalisme yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sesuatu yang harus dijaga oleh suaminya sebagai seorang anggota TNI. Juga oleh dirinya yang melekat sebagai keluarga TNI.
Irma Nasution bukan satu-satunya. Pada saat nyaris bersamaan ada beberapa istri anggota TNI melakukan hal serupa.
Seorang perempuan berinisial FS istri Pembantu Letnan Satu (Peltu) YNS, menulis di Facebook: "Jangan-jangan ini cuma dramanya si wir (Wiranto)...Tapi kalo memang benar ada penusukan, mudah-mudahan si penusuk baik-baik aja dan selamat dari amukan polisi, buat yang ditusuk semoga lancar kematiannya."
Menko Polhukam Wiranto menjadi korban teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok yang berjejaring dengan ISIS.
Tersangka pelaku penusukan Wiranto, Syahril Alamsyah alias Abu Rara adalah anggota JAD Bekasi dan bekas anggota JAD Kediri di Jawa Timur.
JAD adalah organisasi Islam yang secara de jure telah dibubarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2018. Akan tetapi, berkaca dari aksi teror terhadap Wiranto, pembubaran JAD serta penahanan sejumlah pemimpinnya terbukti tidak melumpuhkan aktivitas para anggotanya yang tersebar di penjuru negeri.
Bagaimana mau menjaga ideologi negara kalau keluarga anggota TNI sendiri kesurupan radikalisme.
Irma Nasution dan FS merupakan indikasi ada sesuatu yang tidak beres dalam tubuh TNI. Sesuatu yang serius. Sinyal yang menguatkan penelitian bahwa terdapat 3 persen anggota TNI terpapar radikalisme.
Para ibu ini sepintas tampak berpendidikan. Ada apa dengan mereka? Dalam satu sisi, mereka adalah potret kegagalan pembinaan dalam tubuh TNI, institusi yang wajib menjaga ideologi negara. Pada sisi lain, mereka adalah korban hoaks yang bertebaran bebas di media sosial. Campuran kampanye hitam dalam pemilihan presiden dan kampanye khilafah yang disampaikan secara terselubung di ruang-ruang tertutup maupun di ruang terang benderang.
Irma Nasution di Kendari dan FS di Sidoarjo hanyalah yang terlihat. Yang mencuat ke permukaan. Bagaimana dengan yang tidak terlihat? Bisa jadi lebih banyak lagi. Ini pekerjaan luar biasa besar bagi institusi TNI. Mengerikan membayangkan TNI dipenuhi orang-orang yang terpapar radikalisme. Kalau tidak diberesi sejak awal, bisa menjadi bom waktu yang akan meluluhlantakkan negara ini.
Mereka adalah istri anggota TNI yang... mana lebih tepat, tergelincir atau durhaka? Tidak hormat kepada orang tua yaitu atasan suami yang adalah kepanjangan tangan para pendiri Republik ini. Para pendiri bangsa ini sepakat bahwa Indonesia adalah Pancasila, UUD 1945, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Bukan yang lain.
Mereka yang harusnya mengabdi kepada ibu pertiwi, justru menunjukkan sikap antipati. Duri dalam daging. Seperti musuh dalam selimut. Sepertinya doktrin tertentu yang berbahaya telah mencuci otak mereka, menghapus kesakralan sumpah prajurit.
Sudah tepat apa yang dilakukan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Andika Perkasa. Menerapkan Hukum Disiplin Militer pada para anggota TNI yang gagal mendidik istri-istrinya. Sangat membahayakan membiarkan bibit-bibit radikalisme tumbuh dalam tubuh TNI. Dalam jangka panjang bisa terjadi kudeta. NKRI tinggal sejarah.
Tugas berikutnya adalah mengungkap rahasia tersembunyi di balik pucuk gunung es itu. Meneliti satu demi satu anggota TNI dan keluarga. Melakukan pembinaan terus menerus berkelanjutan. Memastikan semua bersih. Tidak ada yang terpapar radikalisme.
Bagaimana mau menjaga ideologi negara kalau keluarga anggota TNI sendiri kesurupan radikalisme.
*Penulis adalah Jurnalis Tagar
Baca juga:
- Pengakuan Dandim Kendari Suami Irma Nasution
- Irma Nasution Istri Dandim Kendari dan Sumpah TNI
- Kolonel Hendi Suhendi dan Hukum Disiplin Militer