Wiranto dan Daftar Pejabat Negara Korban Teror

Wiranto pejabat Indonesia menjadi korban teror. Sejarah mencatat hal serupa dengan berbagai motif terjadi termasuk di beberapa negara.
Wiranto (tengah). (Foto: Instagram/Wiranto Official)

Jakarta - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menjadi korban teror. Sejarah mencatat pejabat negara di Indonesia dan negara lain juga menjadi korban teror. Latar belakang beragam di antaranya balas dendam dan ideologi.

Sejarah mencatat serangan terhadap pejabat negara seperti menteri, ketua parlemen, bahkan presiden dilatari sejumlah motif. Antara lain protes terhadap kebijakan, sikap politik atau ideologi kelompok, dan balas dendam atau retaliasi terhadap kebijakan institusi negara ataupun perbuatan individu tertentu.

Dalam kasus Indonesia misalnya, aksi teror dan kekerasan terhadap pejabat negara telah dialami sejak masa pendiri negeri, Presiden Soekarno hingga hari ini Menko Polhukam Wiranto. Walaupun demikian, tidak semua teror dilatari paham radikal.

Berikut kasus teror dialami Wiranto dan beberapa pejabat di Indonesia dan negara lain.

1. Menko Polhukam Wiranto

WirantoMenko Polhukam Wiranto nyaris terkena tusukan oleh seorang pria saat berkunjung ke Pandeglang, Banten. (Foto: Istimewa)

Menko Polhukam Wiranto barangkali menempati daftar pejabat negara pertama yang menjadi korban teror Jamaah Ansharut Daulah (JAD), kelompok yang berjejaring dengan ISIS.

Tersangka pelaku penusukan Wiranto, Syahril Alamsyah alias Abu Rara adalah anggota JAD Bekasi dan bekas anggota JAD Kediri di Jawa Timur. 

JAD adalah organisasi Islam yang secara de jure telah dibubarkan oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 2018. Akan tetapi, berkaca dari aksi teror terhadap Wiranto, pembubaran JAD serta penahanan sejumlah pemimpinnya terbukti tidak melumpuhkan aktivitas para anggotanya yang tersebar di penjuru negeri.

Beberapa jam setelah aksi teror berlangsung, Badan Intelijen Negara (BIN) seperti diberitakan Antara di Jakarta mengungkap bahwa lembaga tersebut telah memantau gerak-gerik Syahril Alamsyah 31 tahun, dan istrinya, Fitri Andriana 21 tahun, sejak tiga bulan lalu. 

Syahril bersama anggota JAD Bekasi lain diduga akan melancarkan aksi teror pada pelantikan Presiden Jokowi pada 20 Oktober 2019. Namun, serangan itu ternyata diluncurkan ke Wiranto di tengah kunjungannya ke Menes, kecamatan di Pandeglang, Banten pada Kamis siang, 10 Oktober 2019, atau 10 hari sebelum pelantikan berlangsung.

Banyak faktor yang membuat penyerangan terhadap Wiranto menjadi cukup mudah dilakukan, salah satunya penjagaan yang kurang ketat mengingat Menko Polhukam saat itu diagendakan untuk menyapa warga Menes dan meresmikan pendirian gedung perkuliahan milik Universitas Mathla'ul Anwar (Unma) Banten.

Dari tayangan video detik-detik penikaman Wiranto, terlihat Syahril dapat dengan mudah berlari menerobos penjaga dan langsung menusuk perut kiri Wiranto dengan kunai. Ajudan Wiranto, Fuad dan Kapolsek Menes, Kompol Dariyanto sempat mencoba menghalau Syahril, tetapi keduanya gagal. Wiranto terlanjur tertusuk hingga tersungkur jatuh. Tak lama, Syahril bersama Fitri langsung diringkus petugas, dan diamankan petugas polisi.

Wiranto selamat dan operasi di perut kirinya berjalan lancar, pelaku juga telah ditangkap. Namun "pesan" Syahril barangkali tersampaikan dengan terang bahwa ancaman teror tidak hanya ditujukan kepada masyarakat secara umum, ataupun kelompok yang secara keyakinan berbeda, tetapi juga pejabat pemerintah beserta institusi yang menjadi simbol negara.

2. Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita

Hakim Agung Syafiuddin KartasasmitaHakim Agung Syafiuddin Kartasasmita, lahir 5 Desember 1940, wafat 26 Juli 2001. (Foto: Istimewa)

Sebagai contoh, Hakim Agung Syafiuddin Kartasasmita ditembak mati oleh pria tak dikenal pada 26 Juli 2001, kemudian diketahui di pengadilan otak pembunuhan adalah putra Presiden RI ke-2, Tommy Soeharto. 

Motif pembunuhan Syafiuddin barangkali jauh dari paham radikal, tetapi lebih didorong aksi balas dendam karena 10 bulan sebelum hakim itu tewas, ia memvonis hukuman 18 bulan penjara serta denda Rp 30,6 miliar terhadap Tommy dalam kasasi perkara tukar guling tanah milik Bulog dengan PT Goro Batara Sakti.

3. Mantan Wakil Ketua MPR Matori Abdul Djalil

Matori Abdul JalilMatori Abdul Jalil. (Foto: Media Indonesia)

Apa yang dialami Matori Abdul Djalil lebih punya kemiripan dengan insiden penikaman Wiranto, karena aksi teror dilatari paham radikal. 

Matori Abdul Djalil, wakil ketua MPR dan menteri pertahanan periode 2001-2004, merupakan korban pembacokan oleh Tanzul Arifin alias Sabar, anggota Mujahidin Islam Nusantara, pada 2000. 

Pembacokan itu dilakukan Sabar didorong dari keinginan mewujudkan keinginan guru ngajinya, Zulfikar. Dari keterangan Sabar, Zulfikar ingin membunuh dan melukai Matori karena ketua umum PKB itu dinilai telah menyimpang dari ajaran agama Islam. Matori saat itu berhasil diselamatkan, dan pelaku divonis sembilan tahun penjara.

Kasus di Negara Lain

Beberapa kasus di negara lain juga menunjukkan aksi penyerangan terhadap pejabat negara dapat juga dilatari motif protes atau ketidaksukaan terhadap pandangan politik. 

1. Presiden Brasil Jair Bolsonaro

Jair BolsonaroJair Bolsonaro (Foto: Pleno.news)

Presiden Brasil Jair Bolsonaro pada 7 September 2018 ditikam sebanyak tiga kali oleh orang tak dikenal saat ia tengah berkampanye untuk pencalonannya sebagai orang nomor satu di negerinya. 

Penikaman terhadap Bolsonaro diduga dilakukan orang yang memprotes pandangan politik Presiden Brasil itu, khususnya karena dukungannya terhadap kepemilikan senjata dan militerisme.

2. Presiden Venezuela Nicolas Maduro

Presiden Venezuela Nicolas MaduroPresiden Venezuela Nicolas Maduro. (Foto:Ist)

Tidak hanya Bolsonaro yang menjadi korban teror karena sikap politik kontroversialnya. Presiden Venezuela Nicolas Maduro juga pernah menerima serangan bom dari dua drone yang diterbangkan saat ia berpidato di Caracas pada 4 Agustus 2018. 

Pemerintah Venezuela saat itu menilai serangan berasal dari oposisi sayap kanan yang kalah pemilu. Maduro, di kalangan oposisi, dikenal sebagai pemimpin otoriter yang kerap melakukan pelanggaran hak asasi manusia. 

Walaupun demikian, pelaku serangan sampai saat ini belum diketahui dan tidak ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

3. Duta Besar Rusia untuk Turki Andrei Karlov

Andrei KarlovAndrei Karlov. (Foto: CNN)

Kasus lain yang didorong pandangan terhadap ideologi jihad ditemukan dari insiden penembakan Duta Besar Rusia untuk Turki Andrei Karlov di Ankara oleh seorang polisi huru hara Turki, Mevlut Mert, pada 19 Desember 2016. 

Mert yang kemudian ditembak mati di lokasi sempat berkata: “Kami adalah orang-orang yang setia terhadap ajaran Nabi Muhammad dan akan berjihad hingga akhir hayat! Allahu Akbar! Jangan lupakan Suriah, jangan lupakan Aleppo. Semua yang terlibat dalam tirani (di Suriah) harus bertanggung jawab!”

Mert memang bukan anggota ISIS atau gerakan garis keras lainnya, Al-Qaeda, tetapi aksinya menembak dubes Rusia mendapat sambutan dari dua kelompok tersebut. []

Berita terkait
Sosok Irma Nasution, LZ, dan FS Nyinyir Soal Wiranto
Tiga istri anggota TNI termasuk Irma Nasution membuat tulisan bernada nyinyir atas insiden penusukan yang dialami Wiranto.
Cerita Keluarga Mantan Istri Syahrial Penyerang Wiranto
Keluaga mantan istri kedua Syahrial Alamsyah alias Abu Rara yang menyerang Menko Polhukam di Banten menuturkan kisah Syahrial di Medan
Dua Tentara Hilang Jabatan Akibat Istri Nyinyir Wiranto
Jenderal TNI Andika Perkasa, menghukum dua anggota TNI AD, Kolonel HS dan Sersan Z, akibat unggahan nyinyir dari istri mereka terkait Wiranto.
0
Serangan ke Suharso Monoarfa Upaya Politik Lemahkan PPP
Ahmad Rijal Ilyas menyebut munculnya serangan yang ditujukan kepada Suharso Manoarfa merupakan upaya politik untuk melemahkan PPP.