Inaq Juminah, Bertemu Anaknya Setelah 17 Tahun Terpisah

Inaq Juminah, bertemu anaknya setelah 17 tahun terpisah di Praya Tengah, Lombok, Nusa Tenggara Barat NTB.
Inaq Juminah usia 65 tahun (tengah kanan) dan orang-orang yang membantunya bertemu anak-anaknya setelah 17 tahun terpisah. Inaq Juminah warga Lingkungan Sesake, Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat NTB. (Foto: Tagar/Harianto Nukman)

Lombok Tengah, (Tagar 29/3/2019) - Inaq Juminah bertemu tiga anaknya setelah 17 tahun terpisah. Pertemuan ibu dan anak ini berlangsung mengharukan bercampur isak tangis di Lingkungan Sesake, Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat NTB.

Usia sudah 65 tahun, rona kecantikan masih terpancar dari raut wajah Juminah. Meski logatnya sudah bercampur Betawi, dia masih mengenali kerabat dekatnya. Satu persatu sanak keluarganya menyalami sekaligus menciuminya. Tak terkecuali sahabat-sahabatnya yang mengira Juminah telah tiada.

Ia warga Lingkungan Sesake, Praya Tengah, Kabupaten Lombok Tengah, NTB. Sudah 17 tahun lamanya Inaq Juminah pergi meninggalkan rumah. Tepatnya pada 2002 saat dirinya masih bersuami. Ia mengaku lari dari rumah saat itu karena banyak persoalan yang dihadapi.

Berbekal sedikit uang dan pakaian seadanya, dia meninggalkan Pulau Lombok. Melalui Pelabuhan Lembar, dia berlayar ke Pulau Jawa meski sempat terkatung-katung dalam perjalanan.

Banyak pengalaman pahit yang dialami nenek 65 tahun ini. Hingga akhirnya dia tiba di Ibu Kota Jakarta. Tanpa bekal yang cukup, Juminah hidup sebatang kara. Tidak ada sanak saudara ataupun kerabat yang dituju. Hingga akhirnya dia menjadi gelandangan. Hidup berpindah-pindah dan terus berupaya memperoleh kerja.

Saya pernah disuruh telanjang dan dikumpulkan sama orang gila gitu. Tapi saya nggak mau meski dipukul berkali kali.

Tidak sampai di situ, dia terpaksa harus menjalani kehidupan di panti sosial. Dia tertangkap aparat ketertiban umum setempat dan di bawa ke panti sosial. Bahkan, Juminah mengaku pernah dikumpulkan bersama orang-orang gangguan jiwa.

"Saya pernah disuruh telanjang dan dikumpulkan sama orang gila gitu. Tapi saya nggak mau meski dipukul berkali kali," tutur Juminah pada Tagar News, Kamis (28/3).

Perantauan Juminah tidak saja di Jakarta. Selepas dari panti sosial, dia pergi ke Jawa Barat hingga ke Sukabumi. Untungnya, tidak sedikit orang yang mau menampungnya. Hingga dia pun memperoleh pekerjaan.

Selama itu juga dia memendam rasa rindu dengan keluarganya di Lombok. Namun apa daya, dia tidak tahu harus berbuat apa. Hingga akhirnya dia kembali ke Jakarta dan tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Ciracas, Jakarta Timur.

Berdoa Bertemu Keluarga

Selama itu, Juminah terus berdoa agar bisa bertemu keluarganya. Hingga akhirnya, petugas panti mencoba mencari informasi mengenai keberadaan keluarganya. Terlebih, petugas tersebut punya kenalan seorang polisi yang bertugas di Lombok Barat.

Ristan, keponakan Juminah mengatakan pihak keluarga langsung menyambut informasi itu. Pihaknya berkoordinasi dengan kepala desa, aparat babinsa, hingga petugas Dinas Sosial Kabupaten Lombok Tengah.

"Setelah melalui sejumlah proses baru kami bisa menghubungi ibu kami di Jakarta melalui video call," ujar Ristan.

Proses pemulangan Juminah tidak semulus yang dikira. Ristan mengaku, birokrasi berbelit menjadi salah satu kendala proses pemulangan Juminah. Keterbatasan anggaran menurutnya jadi alasan klasik sehingga Juminah harus menahan kerinduannya.

Tiga bulan berlangsung sejak Juminah ditemukan tapi belum dapat bertemu anak-anaknya. Hingga akhirnya pihak keluarga mengadu pada H Adi Putra Darmawan Tahir, anggota DPR RI Dapil NTB dari Fraksi Golkar.

Mendengar hal itu, Adi Tahir pun langsung bergerak cepat. Dia berkoordinasi dengan semua pihak terkait. Selanjutnya membiayai semua kebutuhan Juminah.

"Saya terharu mendengar kisah ibu Juminah ini. Saya nggak bisa membayangkan bagaimana seorang ibu terpisah dari anaknya selama 17 tahun," ujar Adi Tahir.

Kisah Juminah bukan yang pertama. Kisah serupa banyak dialami TKI di beberapa negara baik Korea, Malaysia, hingga Timur Tengah. Ada yang tertipu agen pengiriman tenaga kerja, perusahaan perjalanan umrah palsu, bahkan ada yang kabur dari tempat kerjanya.

Adi Tahir menegaskan, pihaknya berupaya maksimal untuk mengadvokasi dan membantu mereka. Kesigapan pemerintah menurutnya harus diapresiasi sehingga banyak kasus yang bisa terselesaikan.

"Kasus seperti Juminah ini bisa saja terjadi terhadap siapa pun. Saya mengimbau agar masyarakat saling memperhatikan satu dengan lainnya. Pererat silaturahmi dan terpenting segera lapor pihak berwajib jika ada anggota keluarga yang hilang," ujarnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.