Garam Impor Picu Harga Garam di Rembang Terjun Bebas

Petani garam di Rembang menuding bocornya garam impor membuat harga garam lokal anjlok. Benarkah demikian?
Petani garam di Rembang keluhkan harga garam yang terjun bebas karena diduga merebak garam impor. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Rembang - Harga garam rakyat yang tak kunjung membaik hingga awal tahun 2020 ini dikeluhkan petani garam di Rembang, Jawa Tengah. Kehadiran garam impor menjadi salah satu faktor yang memicu harga garam lokal terjun bebas.

Seharusnya pemerintah bisa mengurangi perihal impor garam, kasihan petani garam.

Salah satu petani garam di Desa Gedongmulyo, Lasem, Ahmad Sakur mengatakan bahwa garam produksi miliknya terpaksa dijual dengan harga tak sesuai ekspektasi. Dijual dengan harga selakunya, sebut dia. 

"Seharusnya pemerintah bisa mengurangi perihal impor garam, kasihan petani garam," kata dia saat ditemui di gudang pengering garam miliknya, Rabu, 29 Desember 2020.

Sakur menengarai garam impor yang seharusnya untuk memenuhi kebutuhan industri saat ini bocor hingga pasar tradisional. Sehingga menekan harga garam lokal yang berimbas pada kesejahteraan para petani garam.

"Saya tahu sendiri, pabrik-pabrik besar seperti Susanti di Surabaya itu saya pernah kirim garam di sana. Itu garam lokal cuma 30 persen, sisanya garam impor, kemudian dioplos. Itu untuk konsumen lho, bukan industri," ungkapnya

Sakur menyebutkan, harga garam biasa saat ini hanya Rp 350 per kilogram. Sedangkan garam super hasil dari proses pembuatan menggunakan geo membran dihargai Rp 400 per kilogram.

"Kalau dulu tahun 2018 yang biasa per kilo bisa Rp 1200, sekarang mau jual harga Rp 500 saja tidak laku," tutur dia.

Sakur menambahkan, di saat panen raya tahun 2019, saat musim kemarau, harga garam biasa malah hanya hanya Rp 250 per kilogram. Di awal tahun ini, saat memasuki musim penghujan, harga garam bisa naik meskipun sedikit, namun masih jauh dari harapan.

"Yang sering saya usulkan kalau ada pelatihan-pelatihan itu pasti soal harga. Kalau perkembangan zaman sedikit demi sedikit kami masih bisa mengikuti, contohnya pakai geo membran," terang dia. 

Sementara itu, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan Pemprov Jawa Tengah sudah melakukan beberapa upaya untuk menaikan harga garam. Salah satunya dengan membuat pabrik garam sendiri dengan mengambil garam milik para petani.

"Kalau produksi garamnya cukup kan kita bisa memainkan sendiri. Kalau produksinya kurang nanti pasti akan dimainkan importi-importir," kata Ganjar saat dihubungi melalui telepon seluler.

Kendati demikian, ia mengakui jika jumlah produksi garam para petani saat ini tidak bisa memenuhi kebutuhan industri. Informasi itu diterimanya saat berkomunikasi dengan salah satu perusahaan garam.

"Saya pernah berbicara dengan PT Garam, berapa sih kebutuhan kalian? tapi ketika kami ditanya berapa garam yang bisa disediakan ternyata belum ada orang yang mampu melakukan itu," jelasnya.

Faktor rendahnya harga garam, lanjut Ganjar, tidak hanya dipengaruhi oleh garam impor. Namun ada faktor lain yang menyebabkan harga anjlok. Salah satunya penjualan garam ke tengkulak.

"Bisa karena impor, bisa karena dia jualnya ke tengkulak sehingga harganya ditentukan tengkulak, karena kualitas kurang baik, alasannya bisa macem-macem. Gampang saja, coba besok petani garam suruh ke Dinas Kelautan provinsi biar difasilitasi. Dari sana nanti kan ketahuan (karena faktor apa)," terang dia. []

Baca juga: 

Berita terkait
Menakjubkan, 9 Manfaat Garam untuk Mempercantik Diri
Garam memiliki banyak manfaatnya, tak terkecuali meningkatkan kesehatan tubuh dan kulit. Berikut khasiat garam untuk kecantikan.
Petani Mengeluh ke DPRD Harga Garam Turun Drastis
Para petani yang tergabung dalam Forum Petani Garam Madura mendatangi gedung DPRD Jatim untuk menyampaikan keluhan harga garam yang turun drastis
Akibat Alih Fungsi, Lahan Garam di Sampang Menyusut
Akibat beralih fungsi, lahan untuk produksi garam di Sampang semakin hari semakin menyusut.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.