Gairah Pedagang Aceh Menuju New Normal

Upaya membangkitkan kembali gairah kehidupan masyarakat di tengah pandemi virus corona, termasuk di sektor pasar di Aceh.
Afdhal menjajakan dagangannya di sebuah kios di Kabupaten Bireuen, Aceh, Senin, 1 Juni 2020. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Banda Aceh - Afdhal tampak sibuk merapikan berbagai jenis dagangannya. Kentang, kunyit, cabai, garam, bunga kol, beberapa sayur mayur lainnya diletakkan di serambi kios miliknya. Lalu-lalang pembeli datang silih berganti. Mereka berbelanja berbagai kebutuhan untuk dimasak dan disantap bersama keluarga.

Begitulah sekilas suasana pasar di salah satu sudut Kabupaten Bireuen, Aceh, dua pekan lalu. Afdhal merupakan pemuda kelahiran 25 tahun silam. Pekerjaannya sebagai pedagang sudah dilakoni sejak tiga tahun terakhir.

Meski kondisi negeri sedang dilanda wabah virus corona atau Covid-19, tak menyurutkan semangat Afdhal dalam menjajakan dagangannya. Setiap hari, ia membuka kios dan menjual dagangannya kepada warga.

Belum lama ini, Pemerintah Indonesia mewacakan untuk menerapkan kenormalan baru atau new normal di tengah pandemi Covid-19 di kehidupan masyarakat. Karena itu, pemerintah daerah pun diminta bersiap.

Kebijakan kehidupan baru yang akan dijalankan tersebut merupakan upaya membangkitkan kembali gairah kehidupan masyarakat di tengah pandemi virus corona, termasuk di sektor pasar.

Sejumlah pedagang pun menyampaikan dukungannya untuk menerapkan pemberlakukan tersebut. Apalagi, beberapa kabupaten/koat di Provinsi Aceh saat ini tergolong sebagai wilayah zona hijau, selebihnya kuning.

“Kami pedagang selalu siap apa saja keputusan pemerintah, asalkan jangan disuruh tutup usaha,” kata Afdhal kepada Tagar.

Ia berharap pemerintah untuk terus melakukan sosialisasi-sosialisasi jika memang akan menerapkan new normal. Hal ini supaya aturan-aturan yang harus dijalankan selama masa new normal dapat diketahui semua orang.

“Banyak yang tidak paham tentang new normal, termasuk saya, agak kurang paham, makanya perlu dijelaskan secara rinci,” tutur Afdhal.

Berdasarkan data dari Tim Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Pemerintah Aceh per Kamis, 11 Juni 2020 pukul 15.00 WIB, jumlah Orang Dalam Pemantauan (ODP) di seluruh Aceh hari ini sebanyak 2.186 orang.

Jumlah tersebut mengalami penambahan sebanyak 5 orang dibandingkan data kumulatif sehari sebelumnya, yakni sebanyak 2.181 orang. Sementara jumlah Pasien Dalam Pengawasan (PDP) sebanyak 115 orang.

Jumlah tersebut juga mengalami penambahan 1 orang dari sehari sebelumnya. PDP yang sedang dirawat saat ini sebanyak 5 orang, sudah sembuh 109 orang, dan meninggal dunia sebanyak 1 orang. Kasus PDP meninggal tercatat 1 kasus pada akhir Maret 2020 lalu.

MRB AcehSuasana Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh, Aceh, Jumat, 12 Juni 2020. Meski di tengah pandemi, masjid ini selalu dipenuhi jemaah, sebagian mereka sudah menerapkan protokol kesehatan seperti memakai masker. (Foto: Tagar/Muhammad Fadhil)

Sedangkan jumlah orang yang Positif Covid-19 hingga saat ini sudah mencapai 22 orang. Rinciannya, pasien positif Covid yang masih dirawat di rumah sakit rujukan Covid-19 kabupaten/kota sebanyak 3 orang, 18 orang sudah sembuh, dan 1 orang meninggal dunia.

Kami pedagang selalu siap apa saja keputusan pemerintah, asalkan jangan disuruh tutup usaha.

Bukan hanya pedagang, dukungan penerapan new normal juga datang dari Muhammad Iqbal, karyawan swasta di salah satu universitas di Kota Banda Aceh. Pria berusia 31 tahun ini mendukung wacana pemerintah dalam menerapkan kenormalan baru.

“Boleh saja diterapkan new normal, saya dukung, asalkan masih diizinkan kemana-mana, seperti bekerja dan ngopi. Aturan-aturan soal new normal seperti memakai masker dan jaga jarak siap saya jalankan,” kata Iqbal pada Tagar, Jumat, 12 Juni 2020.

Menurut Iqbal, penerapan new normal menjadi alternatif Pemerintah Indonesia dalam penanganan virus corona. Meski di tengah pandemi, masyarakat tetap bisa beraktivitas dengan memperhatikan protokol kesehatan.

“Masyarakat juga harus sadar dan menjaga diri masing-masing supaya terbebas dari virus corona ini,” tutur Iqbal.

Hal senada juga disampaikan Syukran Jazila, pegawai di salah satu instansi Pemerintah Kota Banda Aceh. Ia mengaku cukup siap jika sewaktu-waktu pemerintah menerapkan new normal di Provinsi Aceh.

“Saya siap, sekarang saja saya sudah mulai menerapkannya, seperti memakai masker dan jaga jarak,” kata Syukran.

Pemda Bersiap Jalani New Normal

Wacana penerapan new normal juga telah dibahas oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) Aceh. Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Aceh, Nova Iriansyah bahkan sudah menginstruksikan kepada semua pihak untuk melakukan persiapan guna memasuki tatanan baru masyarakarat produktif dan aman Covid-19 atau new normal.

Semua pihak tersebut adalah seluruh bupati/wali kota serta unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) seluruh Aceh. Persiapan yang dimaksud termasuk menerapkan protokol kesehatan covid-19 serta memastikan penerapannya berjalan di seluruh Aceh.

Rapid Test AcehTim kesehatan sedang melakukan rapid test di salah satu warung kopi, Banda Aceh, Minggu, 19 April 2020. (Foto: Tagar/Ahmad Mufti)

"Kita tidak boleh lengah. Antisipasi terhadap ancaman virus ini harus kita tingkatkan agar warga Aceh hidup tenang dan dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik," kata Nova, Selasa, 9 Juni 2020.

Ia menjelaskan bahwa Pemerintah Aceh bersyukur bahwa Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Indonesia, pada 8 Juni 2020, telah mengumumkan 14 kabupaten/kota dalam wilayah Aceh dengan kategori hijau dan 9 kabupaten/kota dengan kategori kuning.

Boleh saja diterapkan new normal, saya dukung, asalkan masih diizinkan kemana-mana, seperti bekerja dan ngopi.

"Alhamdulillah. Ini artinya semua wilayah Aceh sudah dapat melaksanakan dan mempersiapkan pelaksanaan Tatanan Baru Masyarakat Produktif dan Aman Covid 19," tutur dia.

Selain itu, Nova juga berterima kasih kepada seluruh Forkopimda Aceh, para bupati/wali kota dan Forkopimda kabupaten/kota serta untuk doa para ulama dan seluruh pihak terkait dari petugas rumah sakit sampai ke kepala desa dan kepada seluruh masyarakat Aceh.

Medis Corona AcehSalah satu petugas medis mengenakan jas hujan plastik dan pelindung wajah rumahan sebagai langkah agar tidak terjadi kontak langsung dengan pasien, Banda Aceh, Aceh, Selasa, 14 April 2020. (Foto: Tagar/Ahmad Mufti)

“Karena itu saya memerintahkan kepada bupati dan wali kota seluruh Aceh agar segera mengambil langkah-langkah penerapan kebijakan tatanan baru masyarakarat produktif dan aman Covid-19,” ucap Nova.

Antisipasi terhadap ancaman virus ini harus kita tingkatkan agar warga Aceh hidup tenang dan dapat menjalankan aktivitasnya dengan baik.

Kata Nova, bupati dan wali kota seluruh Aceh harus melakukan langkah-langkah tepat dalam penanganan virus corona saat new normal. Di antara langkah yang perlu dilakukan yakni melaksanakan rapat koordinasi dengan Forkopimda kabupaten/kota.

Selain itu, kata dia, Forkopimda kabupaten/kota juga diharapkan untuk menerbitkan seruan bersama agar masyarakat tetap menjaga dan menegakkan protokol kesehatan.

"Kemudian menerbitkan kebijakan pemerintah kabupaten/kota dalam bentuk keputusan, instruksi, atau surat edaran, tentang sektor/bidang yang akan diterapkan dalam mewujudkan masyarakat produktif dan aman Covid-19,” ujar Nova.

Menurut Nova, kebijakan yang akan dikeluarkan tersebut juga harus mempertimbangkan masukan Forkopimda kabupaten/kota, dan melibatkan stakeholder terkait, serta berkonsultasi dan berkoordinasi dengan Pemerintah Aceh.

Di sisi lain, Nova juga meminta kegiatan masyarakat produktif dan aman Covid-19 harus melalui tahapan edukasi, sosialisasi, simulasi, mempersiapkan sarana dan prasarana pencegahan serta pengendalian Covid-19, dan diujicobakan selama waktu tertentu.

PCR AcehPlt Gubernur Aceh, Nova Iriansyah saat meresmikan langsung Laboratorium Polymerase Chain Reaction (PCR), Aceh Besar, Aceh, Kamis, 16 April 2020. (Foto: Tagar/Ahmad Mufti)

Kata Nova, apabila kemudian ditemui adanya kasus baru positif Covid-19, bupati/walikota diminta segara melakukan evaluasi untuk dilakukan penyesuaian kembali.

"Selanjutnya, melaksanakan tes Covid-19 yang masif bagi masyarakat, tracing yang agresif, isolasi yang ketat, serta treatment yang dapat menyembuhkan pasien Covid-19," tutur Nova.

Selain itu, lanjut Nova, bupati/wali kota juga diminta meningkatkan kapasitas layanan kesehatan serta menyediakan sarana dan prasarana layanan pemerintah yang mudah diakses oleh masyarakat untuk menghindari kerumunan.

Bupati atau wali kota, kata Nova, juga diminta menegakkan protokol kesehatan di tempat umum, tempat kerja, layanan pendidikan, tempat ibadah, transportasi publik, dan tempat keramaian lainnya.

"Terakhir, melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan tatanan baru masyarakat produktif dan aman Covid-19 bersama dengan Forkopimda kabupaten/kota,” ucap Nova.

Dalam menyambut new normal, sebut Nova, Pemerintah Aceh saat ini juga sedang menyusun panduan tatanan baru masyarakat produktif dan aman Covid-19. Pedoman ini nantinya yang bakal diterapkan di Tanah Rencong.

“Hal itu untuk menjadi pedoman bersama dalam menjalankan aktivitas di tengah pandemi Covid-19 yang belum berakhir,” katanya. []

Baca cerita menarik lainya: 


Berita terkait
Tangisan Anak di Makam Saat Lebaran di Aceh Barat Daya
Selesai salat Id di sebuah desa di Aceh Barat Daya, Rizaldi berjalan cepat menuju makam ayahnya. Ia curhat sambil menangis di pusara ayah.
Rasyid Bancin, Membawa Nuansa Al-Azhar Mesir ke Aceh
Muhammad Rasyid Bancin, lika-liku bisnis sampai jualan tempe saat kuliah di Al-Azhar Kairo, Mesir, hingga ia mengasuh pondok pesantren di Aceh.
Merajalela Waria Aceh Menjaja Cinta di Tengah Corona
Meski corona, prostitusi waria di Kabupaten Aceh Utara, Aceh terus berjalan demi mencapai kepuasan syahwatnya.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.