Yogyakarta - Uji coba kawasan Malioboro sebagai pedestrian sudah mulai memasuki hari keempat. Pemerintah Daerah (Pemda) DIY masih terus mencari formulasi yang tepat untuk pola rekayasa arus lalu lintas.
Ya, masalah arus lalu lintas menjadi faktor penting dalam penerapan kebijakan tersebut. Bahkan sejak uji coba dilakukan pada hari pertama lalu (3 November), rekayasa arus lalu lintas yang dibuat pun sudah cukup membingungkan bagi para pengendara. Meski begitu, Pemda DIY menyebut hal itu wajar karena masih dpemberlakuan uji coba.
"Ini masih penyesuaian, semoga hari-hari ke depan bisa mendapatkan formula yang pas, terkait dengan pengaturan lalu lintasnya," papar Plt Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY Ni Made Dwi Parti Indrayanti, Jumat, 5 November 2020.
Baca Juga:
Menurut dia, selama uji coba, pihaknya memberlakukan rekayasa manajemen lalu lintas menyesuaikan dengan konsep Malioboro sebagai semi pedestrian. Kendaraan yang boleh melintas hanya becak kayuh, andong, Trans Jogja, kendaraan plat merah dan pengecualian terbatas untuk becak motor (betor). "Ini giratori penuh dengan berlawanan arah jarum jam. Ada beberapa wilayah yang berlaku satu arah penuh dan berubah total," imbuh dia.
Dwi Parti menjelaskan, kebijakan ini sebagai upaya uji coba sebelum Malioboro berubah menjadi semi pedestrian penuh. Uji coba dilakukan untuk mendapatkan formula yang tepat. Terutama dalam pengaturan arus kendaraan bermesin.
"Manajemen ini juga untuk menjawab keluhan kepadatan arus lalu lintas. Jadi memang perlu diatur ulang agar tak ada penumpukan di berbagai titik ruas jalan," ujar dia.
Selain penataan lalu lintas, manajemen ini juga guna mendukung salah satu program Dinas Kebudayaan setempat yakni pengajuan kawasan Malioboro sebagai bagian dari World Heritage ke UNESCO, badan kebudayaan dunia. Namun, dia memastikan bahwa alasan utama uji coba tersebut bertujuan pada manajemen lalu lintas di kawasan setempat yang dinilai cukup semrawut.
Jadi memang perlu diatur ulang agar tak ada penumpukan di berbagai titik ruas jalan.
Sementara terhadap pengajuan World Heritage, pihaknya sebatas memberikan dukungan. "Penataan transportasi menjadi salah satu poin penting dalam mendukung fungsi-fungsi yang diharapkan dalam rangka menuju World Heritage. Tapi fokus utama kami tetap di penataan, karena lalu lintas memang sudah crowded," jelasnya.
Dari pantauan Tagar, para pengendara dan masyarakat yang melintas di kawasan Malioboro masih terlihat bingung saat diberlakukannya uji coba kawasan itu Malioboro bebas kendaraan. Ditengarai masih ada beberapa warga yang belum sepenuhnya mengetahui penerapan pedestrian Malioboro.
Baca Juga:
Sejumlah pengendara masih terlihat ragu-ragu dan bingung saat melintas, tidak jarang petugas menghalau dan menegur pengendara yang kedapatan melanggar dan tidak mengetahui manajemen lalu lintas yang diterapkan. Seperti tampak di persimpangan kawasan Gardu Anim.
Hal ini karena kawasan Jalan Mataram berlaku satu arah menuju utara. Perubahan manajemen lalu lintas juga terjadi di sisi barat Gardu Anim. Arus ini sepenuhnya berubah menjadi arah barat. Sementara lajur kendaraan di bawah Jembatan Kleringan sisi barat menjadi dua arah.
Selain itu, penumpukan kendaraan juga terlihat di kawasan jalan Letjend Suprapto. Ruas jalan tersebut menjadi satu arah menuju selatan. Penumpukan terjadi karena ruas jalan ini menjadi titik pertemuan antara pengendara dari jalan Pembela Tanah Air, Jalan Pasar Kembang dan dari arah utara. []