Curhat Kusir Soal Rekayasa Lalu Lintas Malioboro Yogyakarta

Uji coba rekayas alalu lintas di kawasan Malioboro Yogyakarta mulai 3 November 2020 dikeluhkan oleh pelaku wisata di sana.
Satu unit kereta kuda atau andong melintasi ruas Jalan Malioboro, Yogyakarta, pada hari kedua uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan itu, Rabu, 4 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Yogyakarta – Tapal kuda yang beradu dengan aspal jalanan di kawasan Malioboro, Yogyakarta, menimbulkan suara berdetak. Nadanya tak berubah, seiring dengan kecepatan kuda yang berjalan tak terlalu kencang menuju ke selatan.

Sang kusir yang duduk di kursi depan. Dia mengenakan surjan (baju tradisional Jawa) bermotif bunga-bunga berwarna merah dengan dasar hitam. Di kepalanya bertengger blangkon (topi khas Jawa) berwarna senada. Jemari tangannya memegang tali kekang, yang mengendalikan langkah kaki kuda di depannya.

Tidak ada satu pun penumpang yang duduk di kursi andong, kereta kuda khas Yogyakarta tersebut saat andong itu meluncur sendirian di jalanan yang lengang.

Jauh di belakang andong itu, beberapa pengendara sepeda terlihat meluncur ke arah yang sama. Tak ada kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil, kecuali bus Transjogja yang kadang melintas.

Cerita Pedestrian Malioboro (2)Suasana kawasan Malioboro, Yogyakarta, pada hari pertama uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan itu, Selasa, 3 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Sore itu, Rabu, 4 November 2020 merupakan hari kedua uji coba rekayasa lalu lintas kawasan Malioboro sebagai kawasan pedestrian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) bersama Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta. Uji coba akan dilakukan sekitar dua minggu, mulai 3 November 2020 hingga 15 November 2020.

Harapan Kusir Andong

Saat tahap uji coba yang sudah berlangsung dua hari tersebut, kawasan Malioboro terlihat tidak seramai biasanya, bukan hanya di badan jalan tetapi juga di area trotoar. Sejumlah pedagang kaki lima terlihat hanya duduk-duduk di lapaknya. Sebagian ngobrol dengan rekannya sesama pedagang, sebagian tampak sibuk dengan ponselnya.

Supriyanto, 40 tahun, seorang kusir andong, mengaku selama dua hari terakhir, tidak banyak penumpang yang menggunakan jasanya. Dia meyakini berkurangnya jumlah penumpang akibat uji coba rekayasa lalu lintas yang dilaksanakan.

Kalau baru awal kayak gini ada pengaruhnya, Mas. Mungkin karena kemarin-kemarin mobil tamu yang terbiasa langsung parkir di pinggiran Jalan Malioboro dan sekitarnya sekarang tidak bisa. Jadi penumpang yang mau naik andong itu berkurang.

Meski selama dua hari pelaksanaan uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan Malioboro, penumpang andongnya menurun, Supriyanto tetap menyimpan asa agar pada hari-hari berikutnya jumlah penumpang andongnya kembali normal.

“Tapi nggak tahu nanti ke depannya, kalau ada kantong-kantong parkir yang memadai baru bisa lancar juga,” kata Supriyanto.

Dia melanjutkan, biasanya penumpang andong adalah wisatawan yang datang dari luar Yogyakarta, meski tak jarang warga asli Yogyakarta juga menggunakan jasa transportasi tradisional tersebut.

Biasanya, pengunjung yang datang ke kawasan Malioboro memarkir kendaraannya di sekitar kawasan wisata tersebut. Tapi dengan adanya uji coba rekayasa lalu lintas ini, area parkir menjadi lebih jauh.

Cerita Pedestrian Malioboro (3)Suprityanto, 40 tahun, kusir andong di kawasan Malioboro, mengaku jumlah penumpangnya menurun sejak hari pertama uji coba rekayasa lalu lintas di Malioboro, Rabu, 4 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

“Saat ditutup parkirnya masih agak jauh. Ada yang mungkin masih bingung terus nggak jadi ke sini atau bagaimana, itu saya kurang tahu. Tapi kenyataannya memang penumpang, khususnya kuda, andong, itu memang belum kayak kemarin-kemarin,” kata Supriyanto menambahkan.

Saat ditanya jumlah rata-rata penumpang andongnya, Supriyanto mengaku jumlahnya tidak bisa dipastikan, Tetapi, yang pasti, kata dia, selama dua hari uji coba, penumpangnya berkurang.

“Biasanya nggak mesti jumlah penumpangnya, tapi kemarin dan hari ini memang kurang.”

Dia menaruh harapan untuk pemerintah daerah setempat agar penumpang andongnya kembali normal. Salah satunya adalah dengan menggenjot sosialisasi pelaksanaan uji coba rekayasa lalu lintas, sebab menurut Supriyanto, masih banyak orang yang belum mengetahui.

“Tadi aja masih ada penumpang saya yang belum tahu, kok di sini nggak bisa buat lewat, terus parkirnya jadi jauh. Kalau mereka pada tahu kan jadinya lebih enak,” ucapnya setengah mengeluh.

Dia juga mengusulkan agar pemerintah membuat kantong-kantong parkir di sekitar kawasan Malioboro, agar wisatawan tidak harus berjalan terlalu jauh untuk datang ke situ.

“Kalau kejauhan juga tetap nanti andong sedikit penumpangnya.Kalau dekat sama Malioboro kan masih ada harapan,” kata dia.

Unjuk Rasa

Tidak jauh dari tempat Supriyanto memarkir andongnya, sejumlah becak bermotor juga terparkir. Wajah-wajah para pengemudinya terlihat lesu karena penumpangnya pun menurun drastis sejak adanya uji coba rekayasa lalu lintas tersebut.

Cerita Pedestrian Malioboro (4)Ujang Suryana, 56 tahun, pengemudi becak motor di Malioboro, berharap agar uji coba rekayasa lalu lintas di kawasan itu hanya sementara, Rabu, 4 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Ujang Suryana, 56 tahun, seorang pengemudi becak motor, dengan berapi-api mengatakan unek-uneknya. Kata Ujang, uji coba ini sangat memengaruhi pendapatannya dan rekan-rekan pengemudi becak motor.

“Pengaruh banget. Pengaruhnya, otomatis para penumpang sulit, karena parkiran jauh dari Malioboro, karena kendaraan bermotor tidak bisa masuk atau melewati Malioboro,” ucapnya.

Ketua Persatuan Becak Motor Yogyakarta (PBMY) Sub 21 Ramai Mal ini menambahkan, selain para pengemudi becak motor, wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta pun akan kesulitan untuk datang ke Malioboro, sebab lokasi parkir mereka jauh.

“Jelas menyusahkan wisatawan karena jarak tempuhnya jauh dari Malioboro, dari tempat parkir,” ucapnya melanjutkan.

Mengenai penurunan jumlah penumpang becak motor, Ujang menyatakan, sejak hari pertama uji coba rata-rata pengemudi becak motor tidak mendapatkan penumpang.

“Rata-rata sudah dua hari ini nggak ada yang pada narik, terus terang. Terus dampaknya ke pedagang kaki lima juga ada, karena wisatawan yang datang jadi kurang.”

Dia berharap penutupan kawasan Malioboro untuk kendaraan bermotor hanya sementara, dan setelah uji coba berakhir, jalur lalu lintas dikembalikan seperti sebelumnya. Jika pun nantinya akan dilanjutkan, Ujang meminta agar ada kebijaksanaan yang membolehkan becak motor tetap melintasi ruas jalan Malioboro.

“Khusus PBMY, persatuan becak motor Yogyakarta. Anggota PBMY itu 1.726 orang. Kalau ditetapkan untuk lanjut, mungkin kita akan lakukan aksi demo besar-besaran,” kata dia.

Dia juga menyoroti adanya kemacetan yang terjadi setelah uji coba rekayasa lalu lintas tersebut dilaksanakan, yakni di kawasan Ngampilan dan di Jl Mataram yang direkayasa menjadi satu arah. “Dampaknya, karena Ngampilan satu arah dan Jalan Mataram juga satu arah, belum malam Minggu saja sudah macet. Apalagi malam Minggu.”

Cerita Pedestrian Malioboro (5)Menuk, 57 tahun, pedagang pakaian di kawasan Malioboro, berharap agar jalur lalu lintas di kawasan itu dikembalikan seperti semula, Rabu, 4 November 2020. (Foto: Tagar/Kurniawan Eka Mulyana)

Pernyataan Ujang yang menyatakan bahwa uji coba kawasan pedestrian Malioboro tersebut juga menyebabkan menurunnya penghasilan pedagang kaki lima, dibenarkan oleh Menuk, 57 tahun, seorang pedagang kaki lima yang menjual pakaian di kawasan itu.

“Dampaknya nambah sepi, coba lihat sendiri, ini (pedagang) pada nongkrong semua kan. Jadi otomatis misale betor (becak motor), ya kena dampaknya. Kaki lima juga kena dampaknya. Turunnya bukan jauh lagi, drastis,” ujarnya.

Setidaknya ada dua penyebab menurunnya omzet para pedagang kaki lima menurut Menuk. Pertama, karena wisatawan terlalu jauh dari area parkir menuju Malioboro. Kedua, pengendara mobil dan motor dan mobil yang biasanya masih bisa singgah saat melintas, sekarang tidak bisa lagi.

“Wisatawan sama sekali nggak ada. Harapannya dikembalikan kayak semula. Kalau nggak dikembalikan seperti semula akan semakin sepi. Kemarin-kemarin pertama udah lumayan, terus sekarang kena dampaknya lagi,” ucap Menuk mengeluh

Sebelumnya, Plt. Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DIY, Ni Made Dwi Panti Indrayanti menuturkan, kawasan Malioboro saat ini sedang diajukan sebagai bagian dari World Heritage ke UNESCO. “Penataan transportasi menjadi salah satu poin penting," katanya dalam konferensi pers secara daring, Sabtu, 31 Oktober 2020. []

Berita terkait
Harapan Penghuni Kamp Perbatasan Meksiko terhadap Pemilu AS
Sejumlah penghuni kamp pencari suaka di perbatasan Meksiko Utara dan Texas menuturkan harapan mereka terkait pemilu di Amerika Serikat.
Cegah Abrasi Sekaligus Bangun Obyek Wisata di Bantul
Sekelompok pemuda di Kalinampu, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, membuat obyek wisata sekaligus sebagai upaya pencegahan abrasi sungai.
Bisnis Ular dan Reptil di Yogyakarta, Bukan Cuma Menjual
Bisnis ular dan reptil di pasar satwa Yogyakarta bukan sekadar menjual, tetapi juga mengedukasi dan melestarikan melalui penangkaran.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.