Yogyakarta - Uji coba rekayasa lalu lintas kawasan pedestrian Malioboro, Kota Yogyakarta sudah berlangsung dua hari dari rencana dua pekan digelar. Namun, dari pantauan beberapa warga masih terlihat kebingungan arah jalan, terutama jalan-jalan sebelumnya dua jalur, diubah menjadi satu jalur.
Seperti dialami Rahajeng, 35 tahun, warga Maguwoharjo, Sleman sempat mengalami kebingunan dengan perubahan arus jalan di Malioboro. Ceritanya, pada Rabu sore, 4 November, saat pulang kerja, dia berniat melewati Jalan Letjen Suprapto.
Saya kaget, kok biasanya Jalan Letjen Suprapto itu dua arah, tapi kemarin sudah satu arah.
Berhenti di lampu merah kawasan Parkir Ngabean, dia langsung bergerak ke arah utara menyusuri Jalan Letjen Suprapto. Tapi baru berjalan sekitar 200 meter, dia langsung terkejut dan menepikan sepeda motornya karena melihat banyak kendaraan berjalan dari arah utara.
“Saya kaget, kok biasanya Jalan Letjen Suprapto itu dua arah, tapi kemarin sudah satu arah. Akhirnya saya putar balik saja,” kata dia, Kamis, 5 November 2020.
Baca juga:
- Curhat Kusir Soal Rekayasa Lalu Lintas Malioboro Yogyakarta
- Pelanggar Lalu Lintas di Malioboro Yogyakarta Tidak Ditilang
- 3 Catatan Pemkot Yogyakarta di Pengelolaan Wisata Malioboro
Hal senada disampaikan Abdurahman, 40 tahun. Dia mengaku harus memutar cukup jauh untuk bisa mengantarkan buku buku notanya ke sebuah toko yang ada di Jalan Mataram.
“Tempat percetakan saya di kawasan Seturan. Kalau mau antar pesanan nota di Jalan Mataram bisa langsung, tapi sekarang harus memutar,” sambung dia.
Dari pantauan Tagar, beberapa pengguna jalan juga sempat bingung arah. Hal ini ditemui ketika sejumlah pengguna sepeda motor yang datang dari arah utara dan berniat melewati jalan Mataram terkejut karena ada portal penghalang untuk masuk kawasan itu.
Sebab, Jalan Mataram hanya bisa dilewati satu arah dari arah selatan. Selain itu terkait parkir di sirip jalan juga beberapa kali menyebabkan kemacetan cukup parah.
Kepala Bidang Lalu Lintas Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta, Windarto mengatakan di Jalan Letjen Suprapto dibuat satu arah dari utara ke selatan, terjadi antrean panjang kendaraan. Sehingga, antisipasi harus dilakukan guna menunjang kenyamanan warga.
“Makanya, sejak kemarin (4 November) Jembatan Peta kami buat dua arah, untuk mengurangi beban Jalan Letjen Suprapto. Sementara begitu, ke depannya akan dievaluasi lagi ya, bagaimana lanjutannya,” ujar dia.
Dia tidak menampik, kemacetan panjang di Jalan Letjen Suprapto diakibatkan oleh adanya beberapa pemilik mobil yang parkir di tepi jalan. Padahal, tepi jalan di area tersebut tak direkomendasikan sebagai kawasan parkir karena mengganggu arus lalu lintas.
“Selama ini, arahannya ya, di tepi Jalan Letjen Suprapto itu sebenarnya tidak untuk parkir. Termasuk saat dijadikan satu arah seperti sekarang ini, walaupun memang ada beberapa pertokoan di sana, seperti toko ban di dekat lampu merah. Nah, salah satunya itu,” kata dia.
“Sebab, ketika ada satu saja kendaraan yang parkir, dilihat dari CCTV, pasti ada lajur kosong, sehingga penggunaan jalannya menjadi tidak efisien, karena mobil kan tidak bisa manuver dengan baik," kata dia.
Namun, berbeda dengan Jalan Mataram. Meski terjadi antrean kendaraan yang cukup panjang selama percobaan kawasan pedestrian Malioboro, pihaknya tetap memberikan toleransi kepada pemilik kendaraan, untuk memarkirkan mobilnya di kedus sisi tepian jalan.
“Jalan Mataram masih status quo. Ke depan ada pengaturan lebih lanjut karena ada penyesuaian. Tapi, sekarang dengan kondisi yang ada, masih bisa ditoleransi. Sementara parkir sisi kiri dan kanan masih ada,” ucap Windarto.[]