Tegal - Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal, Jawa Tengah menindaklanjuti keluhan warga terkait tercemarnya Sungai Maribaya di Desa Maribaya, Kecamatan Kramat. Air sungai diduga tercemar limbah pabrik sarden.
DLH mengambil sampel air sungai diambil untuk diteliti. Pengambilan sampel air dilakukan petugas UPTD Laboratorium DLH di muara sungai dan sejumlah lokasi aliran sungai yang melintasi permukiman warga. Petugas juga mengambil sampel air sumur di sekitar sungai.
Kami menindaklanjuti aduan warga dengan melakukan verifikasi untuk memastikan penyebabnya.
Kepala Seksi Penahatan dan Penegakkan DLH Kabupaten Tegal Khairudin mengatakan pengambilan sampel air untuk mengetahui penyebab kondisi sungai berwarna merah dan berbau tak sedap.
"Kami menindaklanjuti aduan warga dengan melakukan verifikasi untuk memastikan penyebabnya. Caranya dengan mengambil sampel air untuk diuji di laboratorium," kata Khairudin, Rabu, 27 November 2019.
Menurutnya, ada beberapa kemungkinan penyebab kondisi sungai berwarna merah dan berbau tak sedap. Antara lain karena pengaruh fenomena alam dan tercemar limbah pabrik yang dibuang ke sungai.
"Kami juga akan cek ke pabrik PT Namkyung Korea Indonesia yang lokasinya ada di sekitar sungai untuk melihat proses pembuangan limbahnya dan mengambil sampel," ucapnya.
Khairudin belum dapat memastikan penyebab sungai berwarna merah dan berbau tak sedap karena masih harus menunggu hasil uji laboratorium.
"Teknisnya berapa lama petugas laboratorium yang lebih tahu. Yang jelas, hasilnya atau kesimpulan nanti akan kami sampaikan ke bupati untuk diambil tindak lanjut," jelasnya.
Masamah 31 tahun, warga sekitar sungai di RT 1 RW 1 Desa Maribaya, mengatakan setiap hari kondisi sungai mengeluarkan bau tak sedap yang menyengat.
"Bau tiap hari, apalagi kalau pas pabrik sarden buang limbah. Warnanya kadang merah, kadang hitam," kata dia.
Menurutnya, bau tak sedap yang ditimbulkan mengganggu aktivitas warga yang sebagian bekerja sebagai buruh petik melati. Bagi mereka tidak terbiasa mencium bau tersebut bisa mual.
"Kalau saya mungkin sudah terbiasa. Rumah juga saya kasih wewangian biar tidak bau. Kalau lagi metik melati juga pakai masker," tuturnya.
Selain mencemari air sungai, limbah pabrik yang dibuang juga disinyalir mencemari air tanah. Pasalnya, kondisi air di sumur juga berbau tak sedap. "Saya akhirnya ganti pakai PDAM. Tidak pakai air sumur lagi karena bau. Sudah dua tahun pakai PDAM," tuturnya. []
Baca lainnya:
- Sungai Maribaya Tegal Diduga Tercemar Limbah Sarden
- Kawanan Tawon Vespa Serang 2 Warga di Tegal, 1 Tewas
- Ini Rekomendasi Kongres Sastra Tegalan