Tegal - Air Sungai Maribaya di Desa Maribaya, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah diduga tercemar limbah dari pabrik pembuatan sarden. Menyebabkan kondisi sungai berwarna merah dan menimbulkan bau tak sedap.
Berdasarkan pengamatan Tagar Selasa, 26 November 2019, sepanjang aliran sungai yang bermuara ke laut Pantai Utara Jawa itu tampak kotor dan berwarna kemerahan. Bau tak sedap sudah tercium sejak radius sekitar 100 meter dari sungai.
Diduga limbah yang mencemari sungai berasal dari PT Namkyung Korea Indonesia, pabrik pengolahan ikan untuk dijadikan sarden yang berlokasi tak jauh dari sungai. Pencemaran ini juga diduga sudah berlangsung lama.
Salah satu warga yang tinggal di pinggir sungai, Ipah 45 tahun, mengatakan, sudah sekitar satu bulan kondisi sungai berwarna merah dan berbau tak sedap. "Setiap musim kemarau, tiap tahun kayak begitu," kata dia.
Menurutnya, selain berwarna kemerahan, warna air sungai juga terkadang menjadi hijau jika tercemar limbah dari pabrik lain. "Kalau berwarna merah, baunya juga menyengat. Kalau hijau tidak bau," ujarnya.
Setiap musim kemarau, tiap tahun kayak begitu.
Warga lainnya Siswanto 48 tahun, mengatakan bau menyengat dari sungai cukup mengganggu aktivitas warga. "Ya terganggu walaupun tidak parah sekali. Kalau muaranya belum dikeruk lebih parah baunya," ucap dia.
Sementara itu, Manajer Produksi PT Namkyung Korea Indonesia, Neni menyatakan pabrik sudah memiliki instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk mengolah limbah sebelum dibuang ke sungai. Hal itu sudah sesuai aturan perundang-undangan.
"Kami juga sudah memiliki izin IPLC atau izin pembuangan limbah," kata Neni.
Terkait kondisi sungai yang berwarna merah dan berbau tak sedap, Neni menyebut hal itu terjadi karena kondisi aliran sungai yang terhambat dan pengaruh musim kemarau.
"Kondisi sekarang panas suhunya. Walaupun sudah musim hujan, tapi belum turun hujan. Kalau ada bau wajar," tutur dia.
Meski demikian, lanjut Neni, pihaknya tak menutup mata terhadap kondisi sungai. Perusahaan ikut melakukan pengerukan muara sungai untuk memperlancar aliran sungai sehingga limbahnya bisa hilang.
"Kami ikut melakukan pengerukan agar air mengalir dan pembuangan lancar. Kami partisipasinya ada," sebut dia.
Neni menambahkan produksi pengolahan ikan menjadi sarden yang dijalankan pabrik tidak berlangsung setiap hari. Sekali produksi rata-rata menghabiskan 15 ton ikan.
Namun saat ditanya volume limbah yang dihasilkan dalam sekali produksi, Neni mengaku tidak mengetahuinya. "Saya kurang tahu persisnya," ucapnya. []
Baca juga:
- Sungai di Jepara Tercemar Limbah Tekstil Tenun Troso
- Air PDAM Solo Tercemar Etanol
- Laut Tercemar Mahasiswa Aceh Demo Perusahaan Semen