Djarot Syaiful Hidayat, Lolos Senayan Kali Kedua

Djarot Saiful Hidayat dikabarkan lolos menjadi calon legislatif DPR RI.
Djarot Saiful Hidayat dikabarkan lolos menjadi calon legislatif DPR RI. (Foto: Instagram/happydjarot)

Jakarta - Djarot Saiful Hidayat dikabarkan lolos menjadi calon legislatif DPR RI. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) itu mencalonkan diri sebagai caleg dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara III meliputi Kabupaten Langkat, Karo, Pakpak Bharat, Dairi, Asahan, Simalungun, dan Batubara, Kota Siantar, Tanjungbalai, dan Binjai.

Djarot tidak asing lagi dengan Sumatera Utara (Sumut), karena pada pemilihan gubernur (Pilgub) 2018 lalu, ia merupakan calon gubernur Sumut berpasangan dengan Sihar Sitorus. Meski akhirnya harus menelan kekalahan dari pasangan Edy Rahmayadi dan Musa Rajekshah.

Djarot yang tak pantang menyerah ini, sudah berpengalaman di dunia politik sejak lama. Jika akhirnya lolos, artinya akan menjadi kali kedua Djarot menginjakan kaki di Senayan.

Memulai Karir Sebagai Dosen

Djarot merupakan lulusan S1 Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya 1986. Kemudian, pria kelahiran 6 Juli 1962 itu melanjutkan pendidikan S2 Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada, kemudian lulus di tahun 1991.

Sebelum berkecimpung di dunia politik, Djarot merupakan akademisi di dunia pendidikan. Selain menjadi Dosen, pernah menjabat posisi Pembantu Rektor I di Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya dari 1997 hingga 1999.

Kemudian pada 1999, Djarot menikahi Happy Farida yang kini telah dikaruniai tiga orang anak yaitu Safira Prameswari Ramadina, Karunia Dwihapsa Paramasari, dan Meisya Rizky Berliana.

Karir Kepemimpinan Wali Kota Blitar

Setelah menanggalkan dunia pendidikan, Djarot memulai karier dengan menjadi calon legislatif DPRD Jawa Timur pada 1999 hingga 2000. Karier politiknya menanjak, karena terpilih menjadi Wali Kota Blitar periode 2000-2005.

Telah mendapatkan hati rakyat Blitar, Djarot terpilih untuk kedua kali menjadi Wali Kota Blitar berpasangan dengan Endro Hernowo periode 2005-2010. 

Pilihan rakyat Blitar kala itu tak salah, Djarot menelurkan beberapa gagasan selama memimpin. Di antaranya pembatasan mal bertingkat dan gedung-gedung pencakar langit, serta penataan pedagang kaki lima dengan konsep yang matang.

Berbagai upaya sebagai Walikota Blitar itu membuahkan hasil, sebab Djarot mendapat Penghargaan Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah di tahun 2008, Penghargaan Terbaik Citizen's Charter Bidang Kesehatan Anugerah Adipura selama 3 tahun berturut-turut yaitu dari tahun 2006, 2007, dan 2008.

Wakil Gubernur DKI Jakarta

Usai mengemban jabatan sebagai Wali Kota Blitar, Djarot kemudian menjadi anggota legislatif DPR RI periode 2009-2014. Kemudian, ayah dari Safira itu dipilih Basuki Tjahaja Purnama untuk mendampingi sebagai wakil gubernur DKI Jakarta.

Setelah menyingkirkan sejumlah nama yang disebut-sebut akan menduduki posisi Wagub, yakni Ketua Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan DKI Jakarta (TGUPP) Sarwo Handayani, Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta 2009-2014 Boy Sadikin, serta Wali Kota Surabaya 2002-2010 Bambang Dwi Hartono, akhirnya Djarot dilantik menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Pada 17 Desember 2014, Basuki Tjahaja Purnama yang saat itu menjadi Gubernur DKI Jakarta melantiknya di Gedung Balai Agung, Balai Kota DKI Jakarta.

Gubernur DKI Jakarta

Pada Mei 2019, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo akhirnya mengangkat Djarot menjadi Pelaksana Tugas Gubernur DKI Jakarta. Setelah, Basuki Tjahaja Purnama tersandung kasus penodaan agama dan dijatuhkan vonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara.

DPRD DKI Jakarta mengumumkan Djarot sebagai Gubernur DKI Jakarta menggantikan Basuki Tjahaja Purnama, 31 Mei 2017. Sebab, kala itu Basuki Tjahaja Purnama resmi mengundurkan diri sebagai gubernur, setelah menjalani proses penahanan dan menyatakan mencabut gugatan banding, terkait kasus penodaan agama.

Djarot resmi dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta oleh Presiden Jokowi pada 15 Juni 2017 di Istana Negara, Jakarta. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Pandemi dan Krisis Iklim Tingkatkan Buruh Anak di Dunia
Bencana alam, kelangkaan pangan dan perang memaksa jutaan anak-anak di dunia meninggalkan sekolah untuk bekerja