Banda Aceh – Seekor gajah jinak jantan berumur sekitar 35 tahun di Conservation Response Unit (CRU) DAS Peusangan, Kabupaten Bener Meriah, Aceh mati pada Sabtu, 5 September 2020 lalu.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh, Agus Arianto menyebutkan, kematian gajah jinak ini akibat diserang oleh gajah liar. Penyerangan dilakukan sekitar 3 minggu lalu. Setelah diserang, kondisi gajah jinak ini mengalami infeksi.
“Meninggal karena sakit, terkena serangan gajah liar, terus dalam perawatan ada infeksi atau luka, sehingga mati,” ujar Agus saat dikonfirmasi wartawan di Banda Aceh, Rabu, 9 September 2020.
Ia menjelaskan, sebelum mati, gajah jinak tersebut sempat dilakukan perawatan selama 2 minggu. Perawatan dilakukan oleh tim dokter BKSDA dan dokter hewan Pusat Kajian Satwa Liar (PKSL) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah).
“Gajah itu dirawat di lokasi (CRU), selama perawatan di sana didampingi oleh dokter secara bergantian, baik dari PKSL maupun BKSDA,” tutur Agus.
Meninggal karena sakit, terkena serangan gajah liar, terus dalam perawatan ada infeksi atau luka, sehingga mati.
Sebelumnya, seekor gajah jinak di CRU Sampoiniet, Kabupaten Aceh Jaya juga mati pada Kamis, 13 Agustus 2020. Dari hasil pemeriksaan, tak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik pada gajah yang bernama Ollo itu.
“Hasil nekropsi yang dilakukan oleh dokter hewan, diperoleh hasil yakni, pada pemeriksaan ekternal tubuh tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan fisik seperti luka tusuk, sayat, peluru, sengatan listrik, bakar, ataupun benturan atau trauma tumpul,” kata Agus, Jumat, 14 Agustus 2020.
Baca juga:
- Desa Pelosok Aceh, Lawan Gajah dan Tak Ada Internet
- Olo Gajah Jinak di Aceh Jaya Mati Mendadak
- Hasil Nekropsi Gajah Jinak Mati Mendadak di Aceh
Ia menjelaskan, hasil nekropsi juga menunjukkan bahwa pada pemeriksaan organ dalam gajah, secara makroskopis ditemukan abnormalitas berupa organ dalam terlihat anemis (pucat), hiperemi dan sianosis pada bagian usus.
Selain itu, kata Agus, tim medis juga menemukan banyak cairan pada jantung, jantung pada bagian apek juga diselaputi oleh lemak. Dari hasil olah lokasi kejadian, tim juga tidak menemukan hal-hal atau barang-barang yang mencurigakan.
Kata Agus, nekropsi dan olah lokasi kejadian dilakukan oleh tim BKSDA Aceh bersama dengan Tim Dokter Hewan Pusat Kajian Satwa Liar (PKSL) Universitas Syiah Kuala (Unsyiah). Mereka langsung menuju ke lokasi kejadian, setelah mengetahui adanya gajah mati.
“Guna mengetahui kepastian penyebab kematian gajah Ollo, sampel organ yang meliputi hati, jantung, usus, limpa, isi usus dan lidah akan dikirim ke Pusat Laboratorium Forensik untuk dilakukan uji laboratorium,” kata Agus. []