Untuk Indonesia

Denny Siregar: Desas-Desus Menuju Hari Pencoblosan

Desas-desus menuju dekatnya hari pencoblosan 17 April 2019. Tulisan opini Denny Siregar.
Pekerja memasukkan logistik Pemilu ke truk sebelum didistribusikan di gudang logistik KPU Jember, Jawa Timur, Selasa (9/4/2019). KPU Jember mulai mendistribusikan logistik Pemilu 2019 seperti kotak suara, surat suara, alat pencoblosan, tinta, dan aneka formulir, ke tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) di 31 kecamatan. (Foto: Antara/Seno)

Oleh: Denny Siregar*

Memang ada desas-desus yang semakin kuat, bahwa ada pihak yang ingin membuat kerusuhan saat pencoblosan nanti.

Pihak-pihak ini mempunyai pola yang terbaca jelas.

Pertama, membangun narasi berulang-ulang bahwa Pemilu curang. Ini teknik Firehose of Falsehood, dimana orang dibenamkan keyakinan dengan cara pemampatan informasi berulang supaya jadi kebenaran.

Kedua, membangun narasi bahwa salah satu capres pasti menang. Mereka sampai harus menyewa dan membuat lembaga-lembaga survei yang tiba-tiba muncul mendekati pemilihan. Bahkan didesain ada lembaga survei luar negeri, meski sesudah diselidiki itu ternyata hanya buatan dari dalam.

Desain dan pola ini hanya bisa dimainkan, ketika sudah semakin menguatnya politik identitas yang membawa nama suku, ras atau agama.

Dan ketiga, people power. Sesudah propaganda pertama dan kedua sudah mengkristal, maka diharapkan ada kekuatan massa hasil ketidakpercayaan kepada penyelenggara pemilu jika kalah. Dan ini akan menimbulkan dampak macam-macam, mulai dari demo sampai pembakaran TPS.

Tujuannya adalah perhitungan sampai pemilu diulang sampai mereka menang.

Desain dan pola ini hanya bisa dimainkan, ketika sudah semakin menguatnya politik identitas yang membawa nama suku, ras atau agama. Akan ada gerakan yang membawa nama-nama ibadah atau lainnya, selain untuk menakut-nakuti pemilih supaya kabur keluar negeri atau minimal tidak datang ke TPS.

Karena itulah secara cepat, Panglima TNI mengumpulkan jajarannya untuk membuat statemen bahwa TNI netral, sehingga tidak ada yang membawa-bawa nama TNI dalam Pemilu. Panglima menyuarakan bahwa TNI setia pada negara, UUD 45, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Penekanan pada kata "Bhinneka Tunggal Ika" kemungkinan karena ada rumor bahwa permainan akan ditingkatkan melalui politik pecah belah antar agama.

Siapa yang bermain di belakang itu? Siapa pun yang mempunyai kepentingan. Bisa politikus, bisa mafia, bisa oknum militer, dan yang pasti adalah kelompok radikal yang ingin membangun konsep khilafah.

Dengan adanya pernyataan sikap Panglima TNI itu, sudah menjadi sinyal kuat bahwa warga Indonesia yang sudah punya hak pilih, jangan pernah takut untuk datang ke TPS. Karena siapapun yang ingin "bermain api", TNI akan menindak tegas mereka tanpa ada keraguan.

Semua demi keamanan kita bersama.

Seruput kopinya. Mari kita bangun demokrasi yang ceria tanpa ancaman yang membuat kita terpecah.

*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Baca juga:

Berita terkait
0
Investasi Sosial di Aceh Besar, Kemensos Bentuk Kampung Siaga Bencana
Lahirnya Kampung Siaga Bencana (KSB) merupakan fondasi penanggulangan bencana berbasis masyarakat. Seperti yang selalu disampaikan Mensos.