Kediri - Badan Narkotika Kota (BNK) Kediri mendapati kasus seorang pelajar perempuan SMP di Kediri teridentifikasi mengalami ketergantungan obat keras jenis Artane.
Kepala Seksi Kasi Rehabilitasi BNN Kota Kediri Dwiyah Rosidah mengatakan pelajar perempuan tersebut meracik sendiri obat oplosan dengan bahan kimia berbahaya seperti obat nyamuk bakar, obat oles anti nyamuk, serta Spirtus.
Kita selama ini kan mengira pil Doubel L. Tetapi saya tanya, ternyata meracik sendiri.
Agar bentuknya menyerupi obat, oplosan tadi diberi tepung yang memiliki fungsi sebagai perekat. Selanjutnya diolah sendiri digelintiri secara manual menggunakan tangan. Dalam setiap kali pembuatan, pelajar SMP ini mengaku bisa membuat hingga ratusan butir dan ia konsumsi sendiri.
"Iya terkejut mas. Kita selama ini kan mengira pil Doubel L. Tetapi saya tanya, ternyata meracik sendiri. Saya tanya ada siswa SMP mas. Dulunya sempat menggunakan pil Doubel L, karena sudah merasakan dan tidak pernah mendapatkan lagi, akhirnya yang dicari merasakan efek yang sama bisa berfantasi dan gliyeng," ujarnya, Selasa 10 Desember 2019.
Dwiyah mengungkapkan pelajar perempuan tersebut meracik sendiri obat keras, karena takut ditangkap polisi jika menggunakan pil Double L. Dwiyah mengaku kali pertama tabiat negatif pelajar perempuan tersebut diketahui oleh guru Bimbingan Konseling (BK).
Begitu tahu, guru tersebut kemudian mengajak siswinya ini ke kantor BNK Kediri. Dwiyah mengatakan hingga saat ini pihaknya sudah melakukan pendampingan konseling sebanyak 8 kali kepada yang bersangkutan.
Saat ditanya alasanya mengkonsumsi obat keras, pelajar ini menjawab jika ia merasa tertekan lantaran masalah keluarganya.
"Guru BP sekolah yang mengajak ke sini. Dia itu SMP kelas dua, perempuan. Datang ke sini sudah 8 kali konseling. Ya karena gurunya itu, kalau gurunya enggak antar, enggak bakalan dia datang," ujarnya.
Dwiyah mengaku saat ini kondisi pelajar tersebut sudah semakin membaik. Hanya saja, BNK Kediri kesulitan untuk melakukan pemantauan jika siswa tersebut sudah lulus sekolah.
"Sudah bagus, tetapi memang kadang kalau mereka sudah lulus sekolah, akhirnya kita sulit pantau mereka," ucapnya.
Ditambahkan Dwiyah, orang yang sudah menjalani rehabilitasi ketergantungan obat tidak menjamin bersangkutan akan lepas total. Namun dalam perkembangannya hingga sampai sekarang perilaku siswi SMP tersebut sudah membaik dan sudah tidak tergantung lagi pada obat.
"Perkembangan terakhir sudah membaik dan kita tetap memantaunya," ujarnya. []