Bondowoso – Wahana Lingkungan (Walhi) Jawa Timur mengungkapkan terjadinya banjir bandang di Kabupaten Bondowoso pada Rabu 29 Januari 2020 kemarin dikarenakan alih fungsi lahan ilegal yang tidak ada tindakan tegas.
Di mana, dalam catatan Walhi Jawa Timur sejak tahun 2015 kurang lebih ada 800 hektar lahan yang berubah menjadi pertanian holtikultura di kawasan tersebut. Padahal, kawasan tersebut hutan yang berfungsi menjadi penopang air.
Sebelumnya, kami sudah warning ke pihak berwenang terkait ini.
Disusul dengan adanya kebakaran besar pada November 2019 lalu. Sehingga, membuat resapan air berkurang jika sewaktu-waktu ada hujan deras di kawasan tersebut.
”Sebelumnya, kami sudah warning ke pihak berwenang terkait ini. Ditakutkan akan mengakibatkan terjadi bencana besar dan benar terjadi sekarang ini (banjir bandang),” kata Direktur WALHI Jatim, Rere Christanto melalui sambungan telepon, Jumat 31 Januari 2020.
Disisi lain, secara topografi Desa Sempol yang berada di lembah antara pegunungan Ijen dan pegunungan Raung berpotensi besar diterjang bencana alam saat musim hujan. Apalagi, daerah tersebut kemiringannya kurang lebih sekitar 45 derajat.
Oleh karena itulah, Rere menyebutkan kejadian yang sama bukan tidak mungkin akan terjadi. Dengan catatan, jika lahan yang beralih fungsi dan gundulnya hutan itu tidak ada tindakan tegas dengan salah satu caranya memulihkan kondisinya.
”Saya enggak mau bilang ada pembiaran. Tapi, jika masalah utamanya itu tidak segera dipulihkan. Ancaman kebencanaanya bisa semakin meningkat. Apalagi, dengan kemiringan daerahnya seperti itu,” ungkapnya.
Sementara itu, menurut Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Timur menyebutkan banjir bandang di Kabupaten Bondowoso berawal dari air yang mengalir dari barat Desa Sempol ke arah timur.
Saat itu, air yang diperkirakan berasal dari tiga gunung yaitu Gunung Jampit, Gunung Malabar Dan Gunung Suket bertemu pada satu titik dan mengalir menuju satu sungai. Akan tetapi, karena banyaknya material lumpur dan ranting pohon mengakibatkan saluran air tertutup dan meluap ke perkampungan warga.
”Dari hasil dilapangan seperti itu. Sehingga, dapat dipastikan asal air yang menyebabkan banjir bandang di Desa Sempol adalah berasal dari komplek pegunungan Raung. Tepatnya dari kawasan gunung jampit, malabar dan suket itu tadi,” terang Kepala Bidang KSDA Wilayah III Setyo Utomo saat dikonfirmasi wartawan.
Dari hasil pemantauan di lapangan. Setyo menyebutkan air membawa material lumpur sedimentasi dan ranting serta cabang pohon dengan ukuran terbesar adalah sebesar paha orang dewasa. Patahan cabang dan ranting tersebut dikatakannya sudah terlihat kering serta tidak ditemukan adanya tanda potongan atau gergajian.
”Dari informasi masyarakat. Kejadian tersebut (banjir bandang) memang rutin terjadi. Namun, kejadian kali ini memang lebih besar dari tahun-tahun sebelumnya,” tuturnya.
Melihat data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso. Diketahui, daerah tersebut memang beberapa kali sudah diterjang banjir bandang yang sama. Misalnya pada Desember 2019 lalu yang kurang lebih ada 8 rumah tergenang lumpur dengan setinggi mata kaki.
Terlepas dari itu, hingga kini timm gabungan masih melakukan pembersihan. Beberapa sekolah yang terdampak pun masih diliburkan untuk sementara waktu ini. []