Jakarta - Eks Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat periode 1999-2004, Amien Rais menyindir Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk berkaca dengan nasib mantan Presiden Soeharto yang sudah 32 tahun berkuasa, akan tetapi malahan ditinggalkan para menterinya, dan lebih tragis lagi tatkala dijatuhkan oleh kekuatan rakyat.
Hal tersebut Amien Rais sampaikan untuk mengomentari kemarahan Presiden Jokowi kepada para Menteri Kabinet Indonesia Kerja, yang beberapa waktu lalu menggegerkan publik, hingga mencuatkan isu reshuffle kabinet.
Ya Allah jadi saya cuman mengingatkan berkacalah pada nasib Pak Harto yang sangat kuat waktu itu, tapi itupun ketika ditinggal mentrinya jadi keropos, kemudian menjadi kurban.
Menurut politikus senior Partai Amanat Nasional (PAN) itu, Soeharto kerap mendapat pujian dari para menterinya sehingga terbuai. Dia mencatat, ada fase di mana Pak Harto tidak bisa melanggengkan lagi kekuasaannya lantaran orang-orang kepercayaannya masing-masing kabur untuk mencari aman.
"Semuanya (menteri) balik kanan. Artinya, tidak ada lagi dipikiran mereka membela Pak Harto, kecuali satu orang yaitu Saadilah Mursjid. Seorang yang saya kira sangat tinggi integritas dan moralnya. Jadi, ketika pesta nangka, nangkanya habis tinggal getah, maka dia (Saadilah) dengan Pak Harto tetap memikul di kesalahan-kesalahan para menterinya yang mungkin juga sontoloyo juga begitu," kata Amien Rais dalam postingan Instagram akun @amienraisofficial, Jumat, 3 Juli 2020.
Baca juga: 5 Menteri Kesayangan Jokowi Tak Tersentuh Reshuffle
Dengan mengingat kejadian lama, Amien merasa Presiden Jokowi dapat mengalami kejadian serupa kapan pun, karena umumnya para menteri dengan presiden belum saling mengenal baik.
Tokoh Muhammadiyah itu mengaku kasihan sekaligus tertawa begitu melihat RI-1 yang sedang berang dengan para menteri malahan videonya disebarluasakan oleh sekretariat presiden untuk menjadi konsumsi publik.
Amien menilai, kendati susunan kabinet pembantu presiden sudah disusun secara matang, akan tetapi tidak semua Menteri Kabinet Indonesia Maju itu punya sifat yang merakyat. Dia mengkritisi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang notabene bukanlah seorang birokrat publik.
"Kemudian seperti menepuk air di dulang tepercik muka sendiri. Sejak semula saya agak khawatir bahwa mungkin hampir sepertiga menteri itu saya kira enggak ada sifat kerakyatannya. Ada lagi yang merasa menjadi super minister merasa tahu semuanya memborong, dan lain-lain. Ini tidak sehat begitu," ucapnya.
Baca juga: Moeldoko dan Fenomena Peramal Reshuffle Menteri Jokowi
Dalam konteks ini Amien mengaku melihat dua kemungkinan usai menyimak video presiden memarahi para menteri. Pertama, Presiden Jokowi sedang bermain sandiwara politik untuk meminta belas kasihan agar rakyat tetap memercayai dan mencintainya. Kedua, RI-1 memang betul-betul berang dengan kinerja para menterinya yang tergagap saat menghadapi pandemi Covid-19.
"Tapi ini sekarang sudah terlambat, ya sebaiknya video itu tidak usah diumumkan di publik. Jadi kesalahan fatal itu adalah kemarahan Pak Jokowi ini kan terbatas, dipublikasikan, semua orang kan jadi tahu, dunia ini malah jadi mengetahui, dan umumnya malah ini jadi backlash," tuturnya.
Dia mengingatkan untuk ke depannya, Jokowi jangan sampai salah lagi memilih menteri. Kemudian, untuk opsi reshuffle kabinet ia nilai selalu ada, dan sepenuhnya merupakan hak prerogatif presiden. Lantas Amien mengingatkan kembali kepada Presiden Joko Widodo jangan sampai jatuh tertimpa tangga seperti mantan Presiden Soeharto.
"Ya Allah jadi saya cuman mengingatkan berkacalah pada nasib Pak Harto yang sangat kuat waktu itu, tapi itupun ketika ditinggal menterinya jadi keropos kemudian menjadi kurban," ucapnya.
"Nah ini Pak Jokowi ini jauh lebih penting daripada Bung Karno atau Pak Harto. Jadi jangan macam-macam. Jadi saya katakan kalau masih mau berbenah, cepat-cepatlah dan harus ikhlas, tidak usah ada sandiwara lagi. Bismillah, seperti pidato dengan bismillah. Dengan nama Allah itu luar biasa gitu pakai bismillah, tapi masih seneng cengengesan (dalam bahasa Jawa Solo). Itu ya saya kira Allah malah akan membuat perhitungan," kata Amien Rais dengan raut wajah serius. []