Akibat Bangkai Babi, Pasar Ikan di Aceh Singkil Sepi

Lapak pedagang ikan di pekan harian pasar Singkil, Aceh Singkil, Provinsi Aceh sejak dua hari terakhir sepi pembeli.
Pasar pagi di desa Pasar, Kecamatan Singkil, Aceh Singkil sepi pembeli ikan Sabtu 16 November 2019. Hal itu berlangsung sejak ditemukannya sejumlah bangkai babi hanyut di Sungai sepekan terakhir. (Foto: Tagar/Khairuman)

Singkil - Lapak pedagang ikan di pekan harian pasar Singkil sejak dua hari terakhir sepi pembeli. Hal itu disebabkan terkait adanya bangkai babi yang hanyut disejumlah sungai di Aceh Singkil.

"Beberapa hari ini daya beli ikan kami sangat melemah, hal ini sudah berlangsung dua hari terakhir," ujar Buyung salah seorang pedagang ikan di pasar harian Singkil kepada Tagar, Sabtu 16 November 2019.

Menurut Buyung, hal itu diduga karena beberapa hari ini warga heboh ditemukannya sejumlah bangkai babi yang hanyut melalui sungai yang diduga asal perusahaan ternak di sejumlah kabupaten dan kota provinsi tetangga yakni Medan, Sumatera Utara.

"Entah sampai kapan hal ini berlangsung, kalau sampai sepekan, modal kami bisa tumpur," ujarnya.

Merosotnya daya beli ikan di pasar-pasar dirasa juga berdampak beberapa rumah makan di Aceh Singkil. Hal itu bukan karena dari murahnya harga ikan. 

"Harga ikan memang anjlok, saya akui, namun yang makan di warung saya dampaknya saya rasakan juga sangat minim pelanggan," ungkap Acupat salah seorang pedagang rumah makan sederhana di Pulo Sarok, Kecamatan Singkil.

Kalau sampai sepekan, modal kami bisa tumpur.

Dia mengatakan sejak menerpa isu fakta bangkai babi yang diduga mati karena penyakit tertentu pada hewan ternak yang hanyut di beberapa sungai Aceh Singkil berujung daya beli ikan nelayan melemah, karena masyarakat khawatir akan teridap penyakit akibat tercemarnya sanitasi siklus air, seperti Sungai.

Maka terkait hal itu pemerintah Kabupaten Aceh Singkil juga sempat mengimbau masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran sungai tidak memanfaatkan aliran hulu sungai.

Bahkan, Wakil Bupati Aceh Singkil Sazali sempat mengintruksikan PDAM untuk berhenti beroperasi sementara waktu karena dikhawatirkan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Sekdakab Aceh Singkil Drs Azmi, sejauh ini pihaknya sudah menurunkan tim gabungan Forkopimda ke sungai untuk mengevakuasi bangkai babi ke darat untuk dikubur atau dibakar.

Menurutnya masyarakat tidak perlu risau kadar kotoran yang ada disungai bila sifatnya alamiah, akan kembali steril. sungai tidak akan tercemar lama, hal itu hasil koordinasi pihaknya dengan pihak Dinas Keaehatan, Dinas Lingkungan hidup dan MPU.

Kolera pada Bangkai babi tidak akan terkontaminasi dengan manusia maupun hewan lainnya, karena berbeda gen.

Meski demikian, Azmi mengimbau kepada masyarakat, terutama yang berada di daerah aliran sungai untuk mewaspadai supaya jangan sampai menkonsusmi air sungai terutama untuk sementara waktu, bila masih ragu.

"Biarkan air ini mengalir membawa bangkai babi dibawa arus, kalau air sudah tidak berbeda rasa warna ataupun baunya disitulah bisa kembali digunakan," ujarnya.

Sekda juga menghimbau agar Pemko Subulussalam untuk mengevakuasi terus bangkai babi yang nampak agar tidak dibiarkan mengalir sampai ke Singkil.

Sebelumnya Rere, warga Aceh Singkil setempat, Kamis 14 November kemarin mengatakan, ada beberapa bangkai babi hanyut di sungai Rintis Aceh Singkil.

Dirinya sangat mengkhawatirkan sejumlah hewan ternak bangkai babi yang diduga hanyut dari Sungai di Kabupaten Dairi, Sumut melintasi Sungai Soraya, Sungai Cinendang hingga ke Sungai Rintis dan Kilangan Aceh Singkil.

Menurutnya bangkai Babi yang hanyut baunya sangat menyengat, dan dipastikan sudah bermuara ke laut Singkil.

Sedangkan Kabid Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit(P2P) Nurman, mengatakan wabah kolera termasuk penyakit diare berat, hampir sulit membedakan diare kolera dan diare biasa.

"Penyakit kolera diakibatkan tidak bersihnya penggunaan sanitasi yang bersih, sehingga masyarakat diharapkan waspada menggunakan air bila terdampak kolera," ujarnya.

Menurutnya, terkait mencuatnya isu wabah kolera, yang dibawa hanyut oleh bangkai babi, hal itu belum bisa dipastikan, namun patut diwaspadai, khususnya masyarakat yang berdomisili di bantaran sungai.

Menurut informasi dari sumber pemberitaan di Sumatera Utara, Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumatera Utara mencatat ada 11 Kabupaten/Kota yang terkena wabah virus hog cholera yaitu Dairi, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Medan, Karo, Toba Samosir, Serdang Bedagai, Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Samosir.

Dari 11 kabupaten/kota tersebut sebanyak 4.682 ekor babi dilaporkan mati akibat virus ini. Hingga kini, Pemprov Sumut bersama pemerintah daerah berupaya keras untuk menangani masalah tersebut.[]

Baca juga: 

Berita terkait
Tiga Terduga Teroris di Aceh Ditangkap Densus 88
Densus 88 dan Polda Sumatera Utara berhasil menangkap tiga terduga teroris di Provinsi Aceh.
Aceh Buka Posko Pengaduan Peserta CPNS
Ombudsman RI melalui kantor perwakilan Aceh membuka posko pengaduan untuk peserta tes Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) 2019.
Dewan Aceh Mulai Cari Cara Dana Otsus Diperpanjang
Pihak legislatif dan eksekutif diminta untuk mencari solusi agar dana otonomi khusus (Otsus) untuk provinsi Aceh diperpanjang.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi