WPS Sunan Kuning Semarang Tolak Pulang Bareng

Sejumlah WPS di Lokalisasi Sunan Kuning menolak dipulangkan bareng menggunakan armada yang disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang.
Wanita pekerja seks (WPS) mengisi surat pernyataan pencairan bantuan sosial dari Pemerintah Kota Semarang, Senin, 14 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang - Sejumlah wanita pekerja seks (WPS) di lokalisasi Sunan Kuning menolak dipulangkan bareng menggunakan armada yang disediakan Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang. Mereka lebih memilih pulang sendiri menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum berbasis online.

“Lha ya nanti kalau bareng-bareng naik bus bisa ketahuan keluarga saya kerja di Sunan Kuning. Lebih baik saya pulang sendiri saja,” kata Intan, 23, WPS Sunan Kuning asal Kendal kepada Tagar, Rabu 16 Oktober 2019

Perempuan muda berparas ayu dengan rambut terurai sepunggung ini mengaku pasrah dengan keputusan pemerintah. Ia sendiri sudah meneken berita acara penerimaan Bantuan Sosial (Bansos) dan surat pernyataan sebagai WPS penerima Bansos yang lebih memilih pulang sendiri.

“Sudah saya tandatangani Senin kemarin,” ujar dia.

Rencananya, Intan pulang usai seremoni penutupan Sunan Kuning yang digelar pada Jumat 18 Oktober pagi.

“Nanti pakai motor sendiri saja, barang bawaan tidak banyak, paling satu tas saja dan ke Kendal juga tidak terlalu jauh,” ujar dia.

Lha ya nanti kalau bareng-bareng naik bus bisa ketahuan keluarga saya kerja di Sunan Kuning

Ia memilih pulang setelah acara penutupan sekaligus menunggu kepastian  pemberian buku tabungan berisi Rp 5 juta pemberian pemerintah.

“Belum terima uangnya tapi informasi yang saya terima buku tabungan berisi Rp 5 juta akan dibagi pas acara penutupan besok Jumat. Jadi ya pulangnya setelah acara penutupan, nunggu uangnya lah mas,” ujar dia tersenyum.

Terkait dengan uang bansos atau tali asih dari pemerintah, Intan mengaku belum tahu digunakan untuk usaha apa. Pilihan prioritas yang ada di benaknya sekarang akan digunakan guna membantu keuangan keluarganya.

“Nanti saya kasihkan ke orang tua saja. Orang tua kan tinggal ibu, ayah sudah meninggal. Nanti bisa buat bantu modal warung ibu di rumah,” katanya.

Ia sendiri belum terbersit untuk pensiun dari kehidupan malam seperti yang dilakukannya selama setahun terakhir di Sunan Kuning. “Nanti pulang dulu lah, libur di kampung. Kalau terlalu lama di rumah malah tidak enak sama keluarga, kan taunya saya kerja SPG. Setelah tanggal 22 Oktober 2019 kerja lagi jadi pemandu, kan karaokenya buka lagi setelah tanggal itu,” beber dia.

“Saya di sini hanya sebagai pemandu karaoke, tidak pernah melayani seks tamu. Saya menolak kalau diajak gituan,” akunya.

Rekan sejawat Intan, Ecy, 25 tahun mengaku sebenarnya bersedia difasilitasi pulang oleh pemerintah. Namun akhirnya memilih pulang sendiri lantaran tidak ada kepastian fasilitasi tersebut sampai ke kota tempatnya berasal, Makassar.

Nanti pulang dulu lah, libur di kampung. Kalau terlalu lama di rumah malah tidak enak sama keluarga, kan taunya saya kerja SPG.

“Kalau hanya difasilitasi sampai bandara atau pelabuhan, ya saya tidak mau. Saya isi pernyataan pulang sendiri saja,” katanya.

Ecy mengaku belum ada rencana untuk memanfaatkan uang pemberian pemerintah nanti. Namun ia sudah mengagendakan pulang pakai pesawat bersama anaknya usai seremoni penutupan.

“Ke bandara naik online baru kemudian terbang,” tuturnya.

 “Kalau buat perjalanan pulang ke Makassar saja sudah habis mas, bagaimana buat usaha? kan saya bawa anak juga, jadi pulangnya saja sudah butuh biaya banyak. Entah lah nanti, yang pasti saya mau pulang kampung dulu,” imbuh ibu satu anak ini.

Kasi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang Dinas Sosial Kota Semarang, Anggie Ardhitya mengakui mayoritas anak asuh Sunan Kuning enggan menggunakan bus yang telah disiapkan pihaknya. “99,99 persen, bisa dibilang semuanya, memilih pulang sendiri,” kata dia.

Meski begitu, empat unit bus tetap disiapkan sebagai antisipasi jika ada WPS yang berubah pikiran. “Empat bus tetap kami siapkan untuk mengantar ke arah timur, barat, selatan dan mereka yang berasal dari Purwodadi sekitarnya,” jelasnya.

Ditambahkan, hingga hari Rabu 16 Oktober 2019 ini, 416 WPS, dari 448 WPS, sudah teken berita acara penerimaan Bansos dan surat pernyataan kesediaan pulang. Tersisa 32 WPS yang belum tanda tangan syarat pencairan uang tali asih tersebut.

“Kurang 32 orang, yang tinggal di RT 4 sampai 6. Mereka minta besok. Karena kebetulan ada jadwal kumpul setiap hari Kamis,” jelas Anggie. []

Baca juga:

Berita terkait
Berapa Jumlah Pesangon WTS Sunan Kuning dan Gambilangu?
Pertanyaan berapa jumlah pesangon yang akan diterima wanita tuna susila (WTS), bergulir jelang penutupan Sunan Kuning dan Gambilangu.
Sunan Kuning Ditutup, Prostitusi Terselubung Marak
Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning di Semarang, dirasa bukan langkah tepat untuk meniadakan aktivitas prostitusi.
0
Hasil Pertemuan AHY dan Surya Paloh di Nasdem Tower
AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono mengaku sudah tiga kali ke Nasdem Tower kantor Surya Paloh. Kesepakatan apa dicapai di pertemuan ketiga mereka.