Sunan Kuning Ditutup, Prostitusi Terselubung Marak

Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning di Semarang, dirasa bukan langkah tepat untuk meniadakan aktivitas prostitusi.
Suasana lengang perkampungan di Resosialisasi Argorejo atau Lokalisasi Sunan Kuning Semarang, Jawa Tengah, belum lama ini. (Foto: Tagar/Agus Joko Mulyono)

Semarang – Penutupan Lokalisasi Sunan Kuning di Semarang, Jawa Tengah, dirasa bukan langkah tepat untuk meniadakan aktivitas prostitusi. Justru dengan penutupan lokalisasi membuat transaksi prostitusi bakal menyebar secara masif.

"Menurut saya, penutupan lokalisasi tidak tepat karena berpotensi muncul prostitusi di mana-mana," ungkap dosen Ilmu Komunikasi Universitas Semarang (USM) Yuliyanto Budi Setiawan usai diskusi publik "Pemberdayaan Lokalisasi Sunan Kuning" di Balai RW IV Resosialisasi Argorejo, Kalibanteng Kulon, Semarang Barang, Kamis 4 Juli 2019.

Yulianto menyebut uang santunan atau tali kasih yang akan diberikan pemerintah ke tiap wanita pekerja seks (WPS) tidak bisa menjamin mereka ke luar dari dari dunia prostitusi.

"Saya dapat info dari resos kalau setiap WPS akan mendapat sekitar Rp 5 juta. Maka mereka berpotensi untuk menjadi WPS lagi karena faktor ekonomi," ujarnya.

Bagi dia, penutupan prostitusi di Sunan Kuning lebih bijak tidak dilakukan secara frontal seperti rencana Pemkot Semarang sekarang. Sebab selama ini juga sudah dilakukan pelatihan, termasuk pendampingan agar WPS terhindar penyakit kelamin. Upaya tersebut yang semestinya diintensifkan agar WPS bisa cepat hidup mandiri dengan usaha legal yang dirintisnya.

"Pembinaan terhadap para WPS bisa terpantau tiap pekannya, yakni tiap hari Senin, Selasa dan Kamis. Bila lokalisasi ditutup mereka berpotensi semakin melakukan prostitusi secara terselubung sehingga sulit untuk dibina atau dipantau oleh resos atau lembaga terkait lain," beber dia.

Jika penutupan Sunan Kuning tak bisa ditawar maka perlu ada pemberian lapangan pekerjaan. Sehingga setelah ditutup para WPS tidak lagi menggantungkan hidupnya dari aktivitas pelayanan syahwat.

Dinas Sosial diperintahkan oleh gubernur dan wali kota bahwa harus bisa menyelesaikan dengan sebaik-baiknya sebelum penutupan

Hal senada disampaikan LSM Lentera Asa. Lewat ketuanya, Ari Istiadi menilai penutupan tanpa dibarengi program pengentasan WPS hanya akan memindahkan aktivitas prostitusi ke tempat dan bentuk lain. Karenanya ia berharap kejelasan kebijakan pemerintah setelah Sunan Kuning ditutup. "Akan dibawa ke mana para WPS,” ujar dia.

Kasi Tuna Sosial dan Perdagangan Orang Dinas Sosial Semarang Anggie Ardhitia menyampaikan penutupan Sunan Kuning adalah perintah langsung dari presiden. Rencana tersebut sudah mulai bergulir di masyarakat sejak 2017 dan bukan lagi sekadar isu semata.

"Dinas Sosial diperintahkan oleh gubernur dan wali kota bahwa harus bisa menyelesaikan dengan sebaik-baiknya sebelum penutupan, untuk bisa memanusiakan manusia. Kami juga akan membantu mereka (WPS) untuk mencari ketrampilan lain," tutur dia.

Diskusi publik digelar oleh mahasiswa mata kuliah Komunikasi Gender, Ilmu Komunikasi, Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi USM. Diskusi dihadiri puluhan WPS dan merupakan cara mahasiswa untuk menunjukkan kepedulian terhadap isu sosial sekaligus bagian dari tugas kuliah.

Acara dibuka oleh Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi, FTIK Universitas Semarang, Fajrinoor Fanani. "Kami berharap acara serupa bisa terus dilakukan sebagai bentuk kepedulian mahasiswa terhadap isu sosial yang ada di sekitar mereka," imbuh dia.[]

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.