Wawancara Eksklusif Budiman Sudjatmiko

Bincang-bincang Tagar bersama Budiman Sudjatmiko tentang Inovator 4.0 Indonesia, berbagai isu terkini, kiprahnya di politik, dan kehidupan pribadi.
Budiman Sudjatmiko. (Foto: Dok Tagar)

Jakarta - Budiman Sudjatmiko lahir di Majenang, Cilacap, Jawa Tengah, 10 Maret 1970. Ia adalah politikus PDI Perjuangan. Namanya dikenal karena ikut menyusun Undang-Undang Desa dan mendirikan gerakan Inovator 4.0 Indonesia. Selain itu juga dikenal sebagai aktivis reformasi atas keterlibatannya mendirikan dan memimpin Partai Rakyat Demokratik dan membacakan manifesto PRD di ruang sidang. Bukunya, Anak-Anak Revolusi, menjadi salah satu sumber informasi mengenai dunia aktivisme pada masa Orde Baru.

Berikut bincang-bincang Tagar bersama Budiman Sudjatmiko secara eksklusif di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Sabtu siang, 8 Februari 2020.

Apa itu Inovator 4.0 Indonesia dan bagaimana awalnya tercetus gagasan tersebut?

Sebenarnya sebuah ide saya dengan teman-teman untuk mengantisipasi dua hal. Pertama merespons kebutuhan pelaksanaan dana desa. Dulu sebelum ada Undang-undang Desa jadi, ada kepala desa minta tolong, minta perjuangkan UU Desa karena bingung dengan 200 juta rupiah per tahun dibuat apa.

Setelah jadi (UU Desa) mereka bingung juga, dapat 2 miliar per tahun bisa apa. Memang masalahnya adalah ada kebutuhan mendampingi desa secara teknologi agar mereka tahu mengkalkulasi uang itu agar bisa menjadi bisnis dan pengembangan Sumber Daya Manusia.

Kemudian juga ada kebutuhan mengantisipasi revolusi industri 4.0, di mana kita belum sungguh-sungguh bersiap untuk ini. Nah, saya berpikir kumpulkan anak-anak Indonesia yang belajar di luar negeri, bekerja di luar negeri maupun juga yang di Indonesia untuk mengkampanyekan menyambut 4.0 dan kemudian menyediakan pelatihan teknis dan mengembangkan kewirausahaan-kewirausahaan teknologi, sehingga dengan arah sekarang bisa menciptakan teknologi dan sistem yang membagi benefit dan keuntungan bagi banyak orang.

Sejak kapan Inovator 4.0 Indonesia didirikan?

Sejak 2018.

Siapa saja yang terlibat dalam Inovator 4.0 Indonesia?

Kita 360 orang inovatornya, tapi jaringannya sudah 3 ribuan di grassroot yang akan kita dorong ke wilayah-wilayah.

Desa mana saja yang akan dijangkau Inovator 4.0 Indonesia?

Yang minat sudah banyak, mungkin kita akan batasi sampai 5 ribu pegiat desa. Bisa jadi satu pegiat desa mewakili 10 desa atau lebih.

Target yang ingin dicapai desa harus seperti apa?

Jadi selama ini orang desa hanya menjadi pengunduh aplikasi. Kita ingin orang desa menjadi pengunggah aplikasi.

Akan menggandeng pemerintah atau mandiri?

Ini dari masyarakat bawah saja, kita mengajaknya Kominfo daerah dan pemerintah desa. Untuk nasional ini nasional movement.

Bagaimana pendanaannya?

Ini bukan perusahaan, ini gerakan. Tetapi kita fasilitasi untuk ketemu investor. Ini kan orang-orang pintar yang kita temui dari desa, kita carikan, entah itu dengan membuat start up dan dapat investor atau bahkan kita minta desa untuk investasi mendirikan badan usaha milik desa (BUMDes). Atau kerja untuk antardesa (BUMADes).

Budiman SudjatmikoBudiman Sudjatmiko. (Foto: Tagar/Moh Ainul Yaqin)

BUDIMAN SUDJATMIKO TENTANG BERBAGAI ISU

Setujukah Anda pemerintah memulangkan 600 eks ISIS? Kenapa?

Kita tahu terorisme ISIS itu yang disebut kombatan atau petempur bukan saja memegang senjata. Dan mereka mengabaikan soal umur, bahkan anak kecilpun dilatih. Ada banyak videonya. Jadi, apakah sosok ISIS semata-mata keluarga atau mereka satuan tempur.

Ini harus hati-hati pemerintah. Jadi menurut saya ini beda dengan orang Indonesia kuliah di Wuhan, Hubei China. Mereka ini orang yang sudah melanggar kewarganegaraan yang sudah berbaiat bertempur untuk kekuatan asing. Kekuatan asing itu bisa negara, bisa juga sebuah tentara yang punya cita-cita mendirikan negara. ISIS belum negara tapi punya cita-cita mendirikan negara dan membunuh pula.

Andre Rosiade anggota DPR mengurusi penggerebekan PSK, apa itu cocok dengan tugasnya di Komisi 6, bagaimana menurut Anda?

Pertama itu bukan tupoksi DPR terlebih bukan tupoksi komisi VI, paling banter itu ada hubungannya dengan Komisi VIII tentang sosial atau Komisi III tentang Hukum. Tapi itupun tidak memberikan hak kepada siapa pun untuk melakukan penindakan apalagi ada indikasi soal jebakan. Ini artinya memfasilitasi orang untuk melakukan perbuatan yang dianggap melanggar kemudian ditangkap. Itu kemudian menurut saya Enggak benar.

Ada apa di balik 'hilang'nya Harun Masiku?

Saya enggak kenal. PDIP anggotanya jutaan, saya enggak kenal satu per satu. Siapa saja tidak boleh menghambat pencarian Harun Masiku. Saya kira ini pertaruhan juga bagi PDIP. Kalau PDIP kader yang korupsi akan dipecat.

Ada dugaan Hasto Kristiyanto terlibat?

Pak Hasto sudah dipanggil KPK, saya tidak tahu isi interogasinya. Tapi kalau Hasto dianggap terlibat, dia sudah memenuhi (panggilan KPK). Saya belum komunikasi lagi dengan beliau (Hasto). Kita juga anjurkan supaya Pak Hasto datang ke KPK dan anjurkan tidak boleh melarikan diri, namanya sekjen partai.

Apakah punya optimis Harun bakal ditangkap KPK? Mengingat sudah hampir satu bulan sejak 8 Januari OTT?

Dulu juga yang namanya Nazaruddin itu lama juga, tetapi bisa tertangkap juga. KPK ada yang cepat menangkap dan lama menangkap, tapi mudah-mudahan Harun Masiku cepat ditangkap dengan cepat, kalaupun tidak cepat minimal harus ditangkap.

Bagaimana melihat KPK saat ini? Apakah benar UU KPK itu melemahkan?

Ini tidak ada hubungannya dengan Harun Masiku. Di KPK ada banyak kasus yang mangkrak, jadi seperti ada kasus yang dipilah-pilah selama ini. Menurut saya ini harus diselesaikan semua. Kita, PDIP pernah dituduh melemahkan KPK, nyatanya salah satu yang disasar adalah PDIP itu sendiri. Itu menunjukkan bahwa tuduhan itu mengimbas kepada PDIP itu sendiri.

Bahwa kita mengamati bahwa dari revisi itu untuk memastikan setiap kasus yang masuk dipastikan ditangani.

Soal penyelesaian Jiwasraya katanya penuh muatan politik, termasuk mantan Presiden SBY mengatakan demikian?

Saya enggak tahu Pak SBY apakah masih punya orang di intelejen sehingga mendapatkan informasi itu. Yang jelas, hukum sudah ditangani kejaksaan agung, proses politik sudah dilakukan Panja, jadi berjalan saja masing-masing. Tapi yang ditekankan kejaksaan agung ini tidak usah merasa terganggu dengan proses politik Panja, selesaikan saja secara hukum.

Kalaupun ada indikasi politik yang menyangkut orang-orang yang disebut Pak SBY biarkan hukum yang bertindak, bukan keputusan politik Pak Jokowi.

Lebih baik Pansus atau Panja untuk Jiwasraya?

Karena sudah ditangani kejaksaan agung, Panja sudah cukup. Jadi kalau sudah ada konsekuensi hukum itu biar Pak Jokowi bertindak bila pembantunya ada yang kena.

Soal isu Jiwasraya dikeruk untuk pemenangan Jokowi 2019?

Saya tim pemenangan pilpres, saya banyak terlibat itu. Saya mau cerita, saya tim konten banyak diskusi, sosialisasi. Saya mengajukan anggaran untuk mendeteksi hoaks saja tidak dapat.

Artinya bahwa pada pelaksanaan pilpres, saya ngobrol dengan Pak Erick Tohir dan teman-teman yang lain mengalami tidak lancar pembiayaannya, saya mengakui sering menggunakan resource sendiri untuk mengerjakan hal yang berkaitan pilpres. Tidak ada pesta, money financial support yang didapat dari mana pun. Saya tidak melihat dari sebuah tim yang berlimpah uang saat itu. Kalau ada orang yang mengambil Jiwasraya itu pasti buat dirinya sendiri.

Ada yang menilai Jokowi melempem di pemerintahan periode kedua, bagaimana menurut Anda?

Saya kira Pak Jokowi harus dikritik bahwa memang hanya fokus pada pembangunan ekonomi, karena memang kita akan menghadapi ancaman resesi sehingga harus dikuatkan pondasi ekonominya, produksi di bawah harus ditingkatkan, ekspor orientasinya untuk menjaga dari terpaan resesi ekonomi.

Di sini memang Pak Jokowi mengabaikan yang lain, hal itu juga saya berpikir Pak Jokowi jangan melupakan bahwa beliau juga kepala negara sehingga harus menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan harmoni sosial, kerukunan antarumat beragama, diskriminasi.

Budiman SudjatmikoBudiman Sudjatmiko. (Foto: Tagar/Moh Ainul Yaqin)

KIPRAH BUDIMAN SUDJATMIKO DI DUNIA POLITIK

Dulu Mendirikan PRD, mengapa kemudian ditinggal?

Saya keluar dari PRD 2001 setelah itu saya tidak berpartai hingga 2004 masuk PDIP, saya jomblo berpartai hingga 2004.

Waktu itu kita berdiskusi, berdebat ada situasi baru bahwa melihat perjuangan lama tidak memungkinkan. Bahwa untuk memperjuangkan cita-cita dan ide, kita harus masuk dalam sistem, pada waktu itu PRD masih belum sepakat untuk perjuangan masuk dalam sistem. Saya berpikir sudah masanya untuk pergi (dari PRD).

Pelampiasannya kuliah ke luar negeri?

Setelah itu saya kuliah ke luar negeri dan enggak berpolitik sama sekali.

Alasan bergabung PDIP?

Saya masuk PDIP di ujung pemilu 2004 dan kemudian kalah, saya masuk. Banyak kesamaan ideologi, visi dan segala macam. Dan waktu PDIP memutuskan untuk berada di luar pemerintahan, saya pikir itu bagus. Kalau saya masuk partai dan masuk dalam pemerintahan itu bagi saya tidak bagus. Justru berjuang dari luar, oposisi. 10 tahun di luar bagi saya ini bagus untuk menghasilkan sebuah kemenangan itu.

Setelah 10 tahun menjadi anggota DPR, kenapa pemilu 2019 lalu bisa kalah?

Saya sebenarnya 2 periode ingin selesai dan saya sudah meminta izin ke masyarakat daerah pemilihan saya Jawa Tengah VIII (Banyumas dan Kabupaten Cilacap) sejak 2017, bahwa ini periode saya enggak mau lagi nyalon, sehingga pada pemilu 2019 saya tidak menyerahkan dokumen apa pun. Sampai ditelepon DPP, mana kok enggak menyerahkan dokumen kan mau pencalegan. Saya tidak berniat, sudah cukup dua periode.

Tapi akhirnya maju juga dari dapil lain?

Sampai diajak Sekjen Hasto Kristiyanto, ya sudah kalau enggak berminat, ada sebuah tempat di mana kamu bisa bantu Pak Jokowi menang, di mana kemarin kita kalah di sana daerah pemilihan Jawa Timur VII (Pacitan, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, dan Ngawi. Ya sudah begitu. Jadi saya tidak terlalu heavy menuju pilegnya karena sejak awal ingin cukup 2 periode saja.

Alasan cukup dua periode di DPR?

Saya tahu diri saya, kalau berada di tempat yang sama di periode ketiga pasti saya tidak banyak mempunyai ide-ide baru. Saya tidak akan produktif dan ide tidak inspiratif lagi jadi kerjaan politik yang mestinya kerja memproduksi ide nanti hanya jadi kerja rutin, pegawai saja. Saya tidak mau pegawai DPR.

Apakah memang 2019 mengincar kursi menteri?

Tidak, di manapun setelah 2 periode itu tidak akan bagus. Untuk saya sendiri dan untuk orang lain tidak akan bagus.

2019 tidak ikut dilantik jadi menteri. Tidak ditawari atau tidak mau?

Diajak ngobrol Pak Jokowi tentang macam-macam, tentang kementerian, tentang sebuah badan tentang semua itu. Tapi saya tidak pernah minta.

Kalau diminta jadi menteri mau?

Saya justru diminta pada reshuffle pertama periode pertama Pak Jokowi. 2015 saya dipanggil Pak Jokowi kalau mau ada reshuffle, diajak ngobrol betul di Istana, bahkan diajak ngobrol di rumahnya kemudian. Seperti itu, tapi kemudian saya bilang, terserah bapak mau angkat saya, tapi silakan bapak menyelesaikan urusan politiknya. Kalau saya sendiri mau membantu bapak di manapun. Tapi mungkin deal-deal politiknya enggak selesai saya enggak tahu.

Menulis buku 'Anak-anak Revolusi', bagaimana itu mulanya?

Pada waktu itu banyak orang minta untuk menulis buku teori atau tentang pikiran-pikiran saya. Tapi saya pikir menulis itu terlalu kering dan kemudian saya sadar bahwa pikiran-pikiran yang saya yakini itu bukan berasal dari proses baca buku tetapi dari proses pengalaman hidup saya.

Karena menurut saya ide-ide itu perlu saya ceritakan bukan cuma logic theory tetapi asal usul sosial, konteks sosial, bahkan konteks psikologisnya. Saya taruh saja dalam sebuah badan (buku) yang sifatnya narasi tentang diri saya, tapi sebenarnya saya ingin bercerita tentang ide atau rangkaian-rangkaian ide tetapi saya ceritakan dalam sebuah konteks.

Saya kira ini muncul karena perdebatan, perbedaan dengan teman, pengalaman saya, saya letakkan teori-teori itu dalam konteks perjalanan hidup agar teori lebih hidup. Teori politik adalah sebuah valeus.

Sampai sekarang masih aktif menulis?

Masih, saya sekarang sedang menulis tentang semacam jawab atas tulisan Yuval Noah Harari: Sapiens. Saya baca buku dia, buku lain, kemudian perenungan membuat inovator segala macam. Apakah ini akan diletakkan seperti Anak-anak Revolusi jilid ketiga atau apa saya belum tahu. Saya akan buat buku yang sifatnya tentang pengalaman saya tentang dunia, Indonesia, desa dan manusia seperti apa. Apakah benar manusia seperti yang dikatakan Harari, bahwa manusia akan menjadi manusia tuhan, Homo Deus atau akan menjadi manusia yang lain.

Masih benci Soeharto?

Saya tidak pernah benci dia secara pribadi. Tapi ini soal sistem yang harus ditumbangkan, bahwa generasi sekarang harus belajar ada sebuah sistem yang otoriter, korup, sentralistis, memurahkan nyawa. Betul, reformasi belum menjawab semuanya tapi berpikir berbalik ke masa lalu adalah kekonyolan.

Akankah kembali ke politik?

Politik iya, saya punya lima obsesi dalam hidup. Pertama, kebebasan manusia, maka itu saya ikut berjuang melawan orde baru. Kedua, kesetaraan atau keadilan antarmanusia, oleh sebab itu saya ikut berjuang dalam pembentukan Undang-undang Desa. Ketiga, kemajuan manusia, maka itu saya bikin inovator 4.0 Indonesia dengan teman-teman, ingin orang Indonesia setelah bebas, setara kemudian maju.

Keempat, hegemoni manusia atas alat, jangan sampai manusia diperalat oleh alat tapi manusia harus memperalat alat, secerdas apapun alat itu, buatan. Kelima, sustainablity manusia, manusia berlangsung tetap menjadi faktor utama di semesta. Setiap itu butuh perjuangan di politik, sekarang perjuangan politik saya untuk kemajuan. Dulu perjuangan politik saya untuk kebebasan.

Budiman SudjatmikoBudiman Sudjatmiko. (Foto: Tagar/Moh. Ainul Yaqin)

KEHIDUPAN PRIBADI BUDIMAN SUDJATMIKO

Ceritakan tentang hobi Anda, me time, waktu luang biasanya diisi kegiatan apa?

Hobi saya sekarang nemenin anak belajar, anak saya umur 13 tahun sudah kelas 2 SMP. Nemenin belajar komputer, matematika, filsafat. Ada guru les, saya diskusi, nemenin. Kemudian saya ngirimin dia tulisan tiap hari untuk dia baca.

Ceritakan tentang keluarga Anda

Saya ingat kata-kata Presiden Amerika Serikat John Adams pernah mengatakan kira-kira begini, saya belajar politik dan perang agar anak saya bisa belajar filsafat, sains, dan matematika. Anak saya belajar sains matematika agar anaknya kelak belajar seni, macam-macam. Saya terinspirasi oleh itu.

Saya dulu belajar politik bukan karena itu pilihan satu-satunya, saya pengen jadi saintis tapi keadaan memaksa saya jadi politikus jadi aktivis. Setelah demokrasi saya ingin cita-cita saya ke sains bisa diteruskan oleh anak saya, oleh karena itu saya enggak ingin anak saya ke politik. Saya terlibat dalam perjuangan untuk demokrasi, politik, saya ingin anak saya juga terlibat melanjutkan obsesi itu melalui sains dan teknologi atau seni.

Anda tidak suka berbagi foto keluarga di media sosial, kenapa?

Ada yang pernah ingatkan saya, jangan pasang anakmu, dia masih kecil, dia punya hak untuk dirinya sendiri. Saya pernah pasang foto dengan anak dan istri saya, kemudian ada yang menegur, saya hapus. Karena untuk pasang harus minta izin anak. Kemudian saya minta izin anak saya, dia enggak mau, Instagramnya anak saja dikunci, saya enggak boleh lihat.

Siapa tokoh politik panutan Anda?

Bung Karno, John F. Kennedy, saya kagum.

Buku apa yang Anda suka baca?

Saya dulu sebelum (membuat) Undang-undang Desa saya baca buku politik, ekonomi dan sejarah. Tetapi setelah UU Desa saya baca buku tentang science, entah itu teknologi informasi. Jadi sejak 2014 saya banyak baca buku tentang digital, teknologi, bio teknologi. Kenapa? Saya merasa bahwa lewat UU Desa beberapa soal tentang prinsip dan sosial sudah terjawab, sekarang saya lagi terobsesi untuk memecahkan persoalan natural science, bagaimana manusia menaklukkan alam, menaklukkan waktu, ruang.

Membaca novel?

Saya baca novel sudah jarang. Saya nonton film di bioskop atau YouTube.

Film tentang apa?

Film tentang science, politik dan sejarah.

Closing statement

Indonesia hari ini membutuhkan kepemimpinan yang visionary realist. Pak Jokowi sedang menjalankan peran visionary realist. Apa itu? Orang yang memiliki visi ke depan menggunakan secara realistis instrumen-instrumen yang ada. Sambil melakukan pembaruan dari dalam terhadap instrumen-instrumen dan institusi yang ada secara realistis.

Kalau ini bagus dan berhasil, akan menumbuhkan tipe-tipe pemimpin baru ke depan yang grounded futuris, penyongsong masa depan yang membumi. Pemimpin visionary realist akan berhasil jika dia berhasil melahirkan generasi-generasi muda, pemimpin-pemimpin grounded futuris. []

Lihat video:

Berita terkait
Budiman Sudjatmiko Sebut Harun Masiku Pertaruhan PDIP
Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Budiman Sudjatmiko menganggap Harun Masiku menjadi pertaruhan PDI Perjuangan (PDIP), maka harus ditangkap.
Budiman Sudjatmiko: Hasto Tidak Boleh Melarikan Diri
Politikus PDIP Budiman Sudjatmiko menyarankan agar Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto untuk memenuhi panggilan KPK dan tidak boleh melarikan diri.
Budiman Sudjatmiko: Gibran, Bobby, Bayangan Jokowi
Budiman Sudjatmiko memberikan pandangan tentang langkah Gibran Rakabuming dan Bobby Nasution yang akan maju dalam pemilihan kepala daerah 2020.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.