TAGAR.id, Jakarta - Kematian mendadak pada dewasa muda atau SADS (Sudden Adult Death Syndrome) merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Amerika Serikat, khususnya di masa pandemi.
SADS sendiri adalah kondisi ketika seseorang meninggal secara tiba-tiba akibat serangan jantung, namun penyebab henti jantung tersebut tidak dapat ditemukan.
Beberapa kasus orang yang mengalami SADS diketahui memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya.
Selain itu, kelainan-kelainan lain berupa diabetes melitus, riwayat pengobatan tertentu, kelainan genetik dan sebab-sebab lain yang berhubungan dengan kelemahan jantung juga bisa menjadi penyebab terjadinya SADS.
Namun 20 persen menunjukkan status kesehatan yang baik. Tidak memiliki riwayat penyakit apapun. SADS lebih sering terjadi pada pria (63% kasus), namun, alasan untuk kecenderungan ini masih diteliti.
Bagaimana SADS bisa terjadi?
Terdapat adanya hubungan dengan kelainan pengerasan arteri koronaria pada kasus SADS. Beberapa disertai dengan hipertrofi otot jantung. Hal ini tidak lazim karena terjadi pada orang muda.
Pada tahap awal, keluhan yang muncul berupa nyeri dada pada 52 persen pasien, sesak napas 22 persen, pusing berputar 7 persen dan 19 persen pasien tanpa gejala sama sekali.
Seperti yang dikemukakan Dr Ackerman, para ahli menemukan adanya kelainan gen. Gen tersebut diidentifikasi dengan kode SCN5A. Gen ini merupakan hasil mutasi dan memengaruhi fungsi jantung. Di beberapa negara Asia Tenggara terutama, Laos dan Thailand, banyak ditemukan kelainan gen ini.
- Baca Juga: 5 Manfaat Kesehatan yang Didapatkan Setelah Berhenti Merokok
- Baca Juga: 5 Manfaat Kesehatan dari Yoghurt
Pada laporan yang dipublikasikan tahun 2007 di Inggris, disebutkan pria muda dengan usia 18-25 tahun, delapan kali lebih berisiko untuk mengalami keluhan tersebut dibanding kelompok masyarakat lainnya.
Berdasarkan mekanisme autofagi, dapat diperkirakan gejala-gejala tersebut berkaitan dengan peningkatan kadar glukosa darah.
Pada saat tidur lelap tubuh secara natural memang melakukan proses autofagi. Growth hormon yang dilepaskan malam hari akan memicu pelepasan kortisol.
Kortisol akan memengaruhi terjadinya gluconeogenesis yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah. Apabila kadar glukosa darah tinggi, hal ini bisa meningkatkan tekanan osmotik darah.
Tekanan osmotik darah yang tinggi akan memicu pelepasan vasopresin atau antidiuretik hormon. Vasopresin akan mengakibatkan penyempitan pembuluh darah arteri dan arteriol, termasuk arteri koronaria di jantung yang bisa mengakibatkan keluhan nyeri di dada.
- Baca Juga: Nutrisi dan Manfaat Kesehatan Susu Oat
Semakin tinggi vasopresin yang dikeluarkan, maka rasa nyeri akan terasa semakin kuat. Koronaria otot jantung akan mengalami iskemi atau kekurangan oksigen akibat adanya penyempitan arteri.
Jika masih dapat dikompensasi hal ini memicu terjadinya hipertrofi otot jantung. Apabila iskemi terjadi cukup lama maka akan mengakibatkan infark atau kerusakan otot jantung permanen. Akibatnya irama jantung terganggu dan dapat mengakibatkan SADS.
(Aldila Daradinanti)