Warga Gunungkidul Meninggal Karena Suspect Antraks

Warga Gunungkidul, Yogyakarta meninggal karena suspect Antraks. Saat ini di RSUD Wonosari masih ada 6 pasien rawat inap dan 6 rawat jalan.
ilutrsasi sapi (Foto: pixabay.com)

Gunungkidul - Seorang warga di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta yang dinyatakan suspect Antraks meninggal dunia pada 31 Desember 2019 lalu. Saat ini masih ada belasan orang yang juga suspect dan masih dipantau perkembangan kesehatannya.

Kepala Bidang Pelayanan Medik dan Keperawatan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Triyani Heni Astuti mengatakan sejak 31 Desember 2019 hingga saat ini pasien yang dirawat inap karena suspect Antraks ada enam orang. Sedangkan mereka yang rawat jalan juga berjumlah enam orang. "Itu sudah termasuk yang meninggal," katanya saat ditemui di kantornya pada Jumat 10 Januari 2020.

Heni menyebut para pasien tersebut beberapa di antaranya memakan daging dari hewan ternak yang mati mendadak. Meski begitu sampai saat ini masih belum dipastikan positif terkena bakteri Antraks. Sebab masih menanti hasil uji laboratorium sampel darahnya yang sudah diurus oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul.

"Sampel darah termasuk yang sudah meninggal itu telah diambil. Sudah dikirim ke laboratorium di Bogor, Jawa Barat. Saat ini kami masih menunggu hasilnya, jadi saat ini masih suspect," ujarnya.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Dewi Irawati mengatakan petugasnya telah melakukan penanganan di lokasi yang dikhawatirkan akan terjadi penularan Antraks dari hewan ke manusia yakni di Dusun Ngrejek Kulon dan Ngrejek Wetan, Desa Gombang, Kecamatan Ponjong.

Lebih dari 50 sampel dari hewan ternak yang mati secara mendadak itu sudah kami ambil dan krim ke laboratorium verteriner.

Dewi menyebut 41 sampel darah telah diambilnya dan dikirim ke laboratorium milik Balai Besar Verteriner di Bogor, Jawa Barat. Saat ini masih menunggu hasilnya. 

Selain itu juga memberikan antibiotik kepada 540 orang warga di dua dusun tersebut. "Kami juga melakukan pemantauan selama 2 kali 60 hari ke depan," ucapnya.

Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu BrotoKepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto saat ditemui di kantornya pada Jumat 10 Januari 2020. (Foto: Tagar/Hidayat)

Dewi mengungkapkan bakteri Antraks ini hanya menular dari hewan ke manusia, bukan dari manusia ke manusia. Cara penularannya, ketika bakteri atau spora itu dihirup dan masuk ke paru-paru akan mengalami gejala berupa batuk-batuk.

Penularan lainnya melalui pencernaan, yakni memakan daging hewan ternak yang mati mendadak, serta dengan cara bakteri masuk melalui luka yang ada di kulit manusia. "Sebanyak 95 persen penularannya masuk melalui kulit," ucapnya.

Sementara, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kabupaten Gunungkidul, Bambang Wisnu Broto mengungkapkan di Desa Gombang, Kecamatan Ponjong tersebut diketahui ada enam ekor kambing dan dua sapi yang mati secara mendadak pada pertengahan Desember 2019.

Atas kejadian itu pihaknya telah berkoordinasi dengan bupati dan dinas kesehatan. Pencegahan dan pengendalian dilakukan dengan menurunkan sedikitnya 50 petugasnya di lokasi. "Lebih dari 50 sampel dari hewan ternak yang mati secara mendadak itu sudah kami ambil dan krim ke laboratorium verteriner. Saat ini masih menunggu hasilnya," ucapnya.

Ia mengatakan pihaknya juga telah menyebarkan ke masyarakat mengenai surat edaran dari bupati. Berisi imbauan supaya masyarakat tidak memakan daging hewan ternak yang mati secara mendadak. "Termasuk tidak diperjual-belikan," ungkapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Ternak di Gunungkidul Dipastikan Aman dari Antraks
Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memastikan hewan ternak di wilayahnya aman dari serangan bakteri antraks.
Jangan Jual Beli Ternak di Zona Antraks Gunungkidul
Pemkab Gunungkidul melarang warga jual beli ternak di zona antraks.
Antraks Serang 5 Ekor Sapi di Gunungkidul
Lima ekor sapi positif antraks di Gunungkidul. Ini merupakan yang pertama kali terjadi di kabupaten terbesar di DIY