Untuk Indonesia

Vandalisme di Tepian Kota Medan, Hancurnya Makam Sultan Pasai

Penghancuran kompleks pemakaman Sultan Pasai abad 15, di Klambir Lima, enam kilometer di perbatasan barat laut Kota Medan, di bibir kebun PTPN II.
Ichwan Azhari saat berada di kompleks pemakaman Sultan Pasai abad 15, di Klambir Lima, 6 Km di perbatasan barat laut Kota Medan, di bibir kebun PTPN II, Kamis, 31 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Facebook Ichwan Azhari)

Oleh: *Ichwan Azhari

Menyeberangi titi bambu yang hampir patah, naik ke atas dataran tinggi pada Kamis, 29 Oktober 2020 petang, saya berjuang agar dada tak makin terasa sesak.

Sesak melihat hamparan ceceran patahan-patahan nisan dan penghancuran kompleks pemakaman Sultan Pasai abad 15, di Klambir Lima, enam kilometer di perbatasan barat laut Kota Medan, di bibir kebun PTPN II.

Saya pegang kepingan inskripsi nisan, memperlihatkannya lewat video call kepada Mizuar Mahdi, Ketua Masyarakat Peduli Sejarah Aceh (Mapesa). Suaranya parau, terdengar mengulang-ulang:

"... ya, ya, agaknya itu Makam Sultan Pasai yang kami cari-cari. Makam Sultan Pasai yang berada di Kerajaan Aru. Ini Sultan Pasai yang makamnya belum ditemukan sampai saat ini di Aceh".

Tangan saya mencoba membersihkan semak-semak sekitar makam. Mematahkan ranting daun petai liar, mencari-cari sambungan inskripsi yang patah di sela runtuhan.

Segera nampak balok batu besar dan sebaran batu bata unik yang menandakan ini bukan makam orang biasa. Ini kompleks makam orang besar.

Dari video call kedengaran lagi suara Mizuar itu: "... pola struktur bangunannya sama dengan kompleks Makam Sultan Pasai di Aceh. Balok-balok tembok batu, sebaran batu bata itu sama ....".

Suara Mizuar itu menambah rasa gelisah dan risau saya di sela-sela runtuhan peradaban besar yang menyimpan misteri, jejak peradaban besar Islam di provinsi yang punya gubernur dengan moto bermartabat.

Kata-kata Mizuar di video call yang memastikan ini kompleks Makam Sultan Pasai di Kerajaan Aru, menimbulkan banyak tanda tanya.

Ini bukan sekadar makam. Ini teks peradaban besar di dalam Indonesia yang terus-menerus mengalami kemunduran adab

Kelirukah para penyusun historiografi kuno yang membuat narasi seakan Pasai dan Aru bermusuhan? Makam ini menunjukkan persahabatankah, pendudukan Aru oleh Pasai kah?

Abu Bakar Bamuzaham dari Solo, tim Islam Today yang mengikuti ke manapun saya melangkah dalam jelajah nisan Islam sekitar Medan ini, mengingatkan catatan Ibnu Battuta tentang pertemuannya dengan Sultan Pasai.

Pemakaman Sultan PasaiKompleks pemakaman Sultan Pasai abad 15, di Klambir Lima, 6 Km di perbatasan barat laut Kota Medan, di bibir kebun PTPN II, Kamis, 31 Oktober 2020. (Foto: Tagar/Facebook Ichwan Azhari)

Sejarawan otodidak dari Solo itu kemudian menyuarakan narasi berbagai rujukan yang selalu dibawa-bawanya saat blusukan di makam-makam kuno, mulai dari Kota Rentang, Martubung, makam-makam tepian Sei Deli, ke museum sampai ke Klambir yang mengejutkan ini.

Hubungan Pasai - Aru pra Kerajaan Aceh muncul menjadi santapan kami di atas situs-situs ini. 

Siapa yang menghancurkannya? Aru belakangan yang diserang Aceh Iskandar Muda? Atau pekerja onderneming era Belanda? Atau pencari barang antik yang menduga ada emas dan berlian di batuan makam?

Lalu kenapa tidak dipugar, tidak direstorasi, tidak dirawat oleh pemerintah, jejak sejarah peradaban penting ini?

Apa kabar BPCB, Direktur Perlindungan Kebudayaan? Dinas Kebudayaan Kabupaten Deli Serdang dan Provinsi Sumut?

Ah sudahlah. Marilah lakukan apa yang bisa dilakukan kampus ataupun komunitas pencinta heritage untuk menyelamatkannya.

Dan menjelang senja, dengan langkah gontai kami susuri jalan pulang, melewati ladang bunga Melati, tatapan mata warga di kampung yang tersuruk.

Petang ini kami jelajah dua kompleks makam dengan nisan tipe Pasai, masih ada dua kompleks lagi di semak-semak yang tak sempat dikunjungi di ujung senja itu.

Sambil melangkah, pikiran saya berkecamuk. Ini bukan sekadar makam. Ini teks peradaban besar di dalam Indonesia yang terus-menerus mengalami kemunduran adab, tapi ah entahlah. Makin sesak saja dada ini. []

*Ichwan Azhari adalah seorang sejarawan, pengajar dan ahli filologi Indonesia. Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Medan, Sumatra Utara. 

Tulisan sudah terbit di Facebook Ichwan Azhari pada 31 Oktober 2020, dengan judul: Vandalisme Peradaban di Tepian Kota Medan: Hancurnya Kompleks Makam Sultan Pasai, Kesultanan Islam Terbesar Asia Tenggara

Berita terkait
Kapal Sultan, Ikon Baru Destinasi Wisata Bukit Nobita Padang
Kapal Sultan di Bukit Nobita Kota Padang menawarkan pengunjung melihat ibu kota Sumatera Barat dari ketinggian.
Ratusan Batu Nisan Peradaban Islam Aceh Terbengkalai
Ratusan batu nisan peninggalan peradaban Islam di Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, kondisinya terbengkalai.
Candi Peradaban Kerajaan Hindu-Buddha Terbaru di Jawa
Candi di perbatasan Jawa Tengah-Jawa Timur ditemukan di Brebes. Diduga riwayat dari kerajaan Galuh, Sunda kuno.