Jakarta - Harga mata uang kripto Bitcoin mencetak rekor tertingginya sepanjang masa dengan melesat 3,4 % ke US$ 66.318,49/koin atau lebih dari Rp 928 juta (kurs Rp 14.000/US$) dalam beberapa hari terakhir.
Pada perdagangan hari ini, Kamis, 21 Oktober 2021, bitcoin menguat 1,74 % ke level harga US$ 64.938,47/koin atau setara dengan Rp 909.138.580/koin (asumsi kurs Rp 14.000/US$), ethereum terbang 8,51 % ke level US$ 4.187,75/koin atau Rp 58.628.500/koin, binance coin melesat 3,63% ke US$ 501,38/koin (Rp 7.019.320/koin).
Bitcoin selama ini memang digadang-gadang sebagai emas digital, meski menimbulkan banyak perdebatan. Pada tahun lalu kedua aset ini sama-sama melesat, tetapi di tahun ini beda ceritanya. Sepanjang tahun ini Bitcoin melesat lebih dari 127 %, sementara emas justru melemah lebih dari 6 %.
Disisi lain, melesatnya harga bitcon dipicu oleh dana bursa berjangka (ETF) berbasis Bitcoin pertama di dunia, ProShares Bitcoin Strategy (BITO), yang baru saja melantai di bursa saham New York Stock Exchange (NYSE) pada Selasa.
Bitcoin kini rawan terjadi koreksi dan memicu aksi ambil untung yang agresif oleh investor besar yang membuka posisi selama rebound dari US$ 30.000.
Pembelian saham BITO sendiri bukan berarti seorang pengguna bakal memiliki aset atau mata uang Bitcoin. Namun, pengguna bakal membeli sebagian dari dana yang diperdagangkan di bursa berjangka, dan dana tersebut akan melacak aset dan kontrak saham lain di masa depan, termasuk aset perdagangan Bitcoin.
Selain itu, mulai diperdagangkannya exchange trade fund (ETF) berbasis bitcoin berjangka (futures) pada hari ini turut mengerek naik harga mata uang kripto paling populer dengan kapitalisasi pasar terbesar ini. ProShares Bitcoin Strategy ETF, yang mulai diperdagangkan Selasa (19/10/2021) lalu mencatat kenaikan sekitar 5 %.
Meski demikian, tidak semuanya analis tertarik dengan ETF ini, sebab berbasis futures bukan spot.
"Semakin banyak produk akan semakin bagus, tetapi saya tidak melihat menariknya berinvestasi di ETF berbasis bitcoin futures ketika anda bisa membeli aset di pasar spot," kata Jodie Gunzberg, direktur pelaksana di CoinDesk Indexes.
Di sisi lain, Alex Kuptsikevich, analis senior di FxPro memperingatkan bahwa jika para trader gagal mempertahankan reli, maka bitcoin mungkin saja akan terjatuh kembali, meskipun kejatuhannya tidak sampai ke bawah kisaran level US$ 60.000.
"Bitcoin kini rawan terjadi koreksi dan memicu aksi ambil untung yang agresif oleh investor besar yang membuka posisi selama rebound dari US$ 30.000," kata Kuptsikevich, dikutip dari CoinDesk.[]
Baca Juga:
- Coinbase Batalkan Program Pinjaman Kripto USD Coin
- Dana Investasi Kripto Mengalir Deras Selama 5 Minggu
- Gara-gara Elon Musk, Harga Kripto Shiba Inu Meroket
- Fitur Baru Twitter, Kini Bisa Kirim dan Terima Bitcoin