Tour Moge 15 Tahun Damai Aceh Disorot

Perdamaian Aceh merupakan harapan besar masyarakat untuk dapat merasakan hidup lebih aman, damai dan sejahtera.
Ilustrasi Motor Gede. (Foto: Tagar/Pixabay/Skeeze)

Banda Aceh – Rencana touring motor gede (moge) dalam rangka memperingati 15 tahun damai Aceh pada 15 Agustus 2020 mendatang mendapat sorotan dari berbagai pihak. Kegiatan ini digelar oleh Badan Reintegrasi Aceh (BRA).

Pemerintah Aceh bahkan mendukung kegiatan tersebut, meski sedang pandemi Covid-19. Dukungan ini diketahui dengan terbitnya surat dari Sekretariat Daerah nomor 330/11787 tertangal 7 Agustus 2020 yang ditandatangani Taqwallah.

“Apa yang dilakukan Pemerintah Aceh dan BRA, kami nilai sangatlah tidak beretika,” ujar Rizki Ardial, mantan Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry, Rabu, 12 Agustus 2020.

Menurut Rizki, perdamaian Aceh merupakan harapan besar masyarakat untuk dapat merasakan hidup lebih aman, damai dan sejahtera. Menurutnya, kondisi masyarakat Aceh sekarang belum sampai ke taraf tersebut, sehingga perlu perhatian pemerintah.

Apa yang dilakukan Pemerintah Aceh dan BRA, kami nilai sangatlah tidak beretika.

“Pemerintah Aceh harus berpikir bagaimana cara masyarakat Aceh dapat memperbaiki taraf hidup masyarakat terlebih dahulu bukan dengan hura-hura show motor mewah di atas penderitaan dan air mata korban konflik,” katanya.

Kata Rizki, apa yang dilakukan oleh pemerintah Aceh tersebut sangatlah tidak reflektif dan substantif dari makna peringatan damai dan tujuan damai itu sendiri. Padahal, saat ini sangat banyak korban konflik Aceh belum memperoleh hidup yang layak.

“Di usia perdamaian ke-15 tahun ini, seharusnya ini yang harus dilakukan oleh pemerintah Aceh,” tutur Rizki.

Sebagai mahasiswa, kata Rizki, ia tak melarang perayaan dengan touring moge yang dilakukan Pemerintah Aceh dan BRA. Tetapi, untuk sekarang kegiatan tersebut belum tepat dilakukan.

Menurutnya, peringatan damai Aceh haruslah memenuhi rasa keadilan, rasa kemanusiaan, dan kesadaran moral yang baik, agar tidak menimbulkan luka bagi para korban di masa konflik.

Ia menambahkan, tugas BRA mestinya bukanlah untuk tampil penuh hura-hura, masih banyak persoalan perdamaian yang belum selesai di Aceh dan masih banyak korban konflik yang belum merasakan kesejahteraan pasca perdamaian.

“Di usia 15 tahun, perdamaian belum berdampak pada penguatan pertumbuhan ekonomi rakyat, hanya saja dirasakan oleh pejabat, politisi dan elite pengusaha di lingkaran pemerintahan. Ini yang harus dipikirkan oleh BRA,” ujarnya. []

Berita terkait
Sejumlah Sumur Warga di Aceh Mengalami Kekeringan
Sumur milik warga 6 desa di Kecamatan Keumala, Kabupaten Pidie, Aceh mengalami kekeringan.
Sulitnya Mengungkap Kematian Gajah di Aceh
Minimnya saksi salat satu kendala dalam mengungkap kematian gajah di Aceh.
Apa Kabar Bisnis Rongsokan Aceh di Masa Pagebluk
Jika sudah berkeliling, mata Rudi akan awas, mencari barang rongsokan di setiap sudut yang ada di Aceh Barat.
0
Kesengsaraan dalam Kehidupan Pekerja Migran di Arab Saudi
Puluhan ribu migran Ethiopia proses dideportasi dari Arab Saudi, mereka cerita tentang penahanan berbulan-bulan dalam kondisi menyedihkan