Tommy Soeharto dan Kerajaan Abal-abal

Tommy Soehartp diangkat sebagai sultan sepuh Kerajaan Demak oleh orang yang mengklaim sebagai Raja Demak. Bagaimana kebenarannya?
Tommy Soeharto (kanan) dan pria yang mengklaim keturunan keempat belas Raja Demak bergelar Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo di sebuah tempat yang dinamakan Keraton Glagah Wangi, Demak. (Foto: YouTube/berkarya info)

Yogyakarta - Publik Tanah Air belakangan dihebohkan dengan kemunculan sejumlah kerajaan abal-abal di sejumlah tempat. Fenomena ini kembali mengingatkan sebuah video yang menayangkan pengangkatan Hutomo Mandala Putra sebagai Sultan Sepuh Keraton Glagah Wangi Demak.

Video tersebut diunggah di YouTube oleh channel berkarya info pada Maret 2019. Dan seiring kondisi terkini dengan banyaknya orang yang mengangkat diri sebagai raja tanpa dasar yang jelas, video penasbihan Tommy Soeharto, sapaan akrab Hutomo Mandala Putra, kembali naik daun.  

Dalam video yang kembali jadi perhatian netizen tersebut, Tommy terlihat mengenakan pakaian adat Jawa layaknya seorang raja atau sultan. Lengkap dengan semacam topi kebesaran raja berwarna emas. Sejumlah orang di video itu juga mengenakan pakaian adat. Para wanita mengenakan kebaya dan pria menggunakan surjan serta beskap lengkap dengan kerisnya.

Saudara Panembahan Senopati Hutomo Mandala Putra, ingsun angkat dadi kadangsepuh (saya angkat menjadi saudara tua), kanti asmo (dengan nama) Sri Paduka Sultan Suryo Buwono Hutomo Mandala Putra.

Ruangan tempat dilaksanakannya upacara pemberian gelar tersebut bernuansa merah putih. Di hadapan Tommy, berdiri pria yang mengklaim Sultan Demak bergelar Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo. Pria lain terlihat memegang mikrofon, yang digunakan oleh si sultan saat melantik dan mengukuhkan Tommy.

"Saudara Panembahan Senopati Hutomo Mandala Putra, ingsun angkat dadi kadangsepuh (saya angkat menjadi saudara tua), kanti asmo (dengan nama) Sri Paduka Sultan Suryo Buwono Hutomo Mandala Putra. Mugi gusti ngijabahi, alam anyekseni (semoga Tuhan memberkati, alam menyaksikan)," ucapnya saat mengangkat Tomy.

Pemberian gelar dilaksanakan di sebuah tempat yang dinamai Balai Agung Jenderal Besar HM Soeharto Keraton Demak pada Senin, 3 Maret 2019 itu. Juga dikatakan telah mendapatkan restu dari Pakubuwono XIII. Gelar itu diberikan pada Tommy atas kesetiaannya pada Sinuhun dan Keraton Surakarta Hadiningrat.

Pengukuhan Tommy sebagai Sultan Sepuh Keraton Glagah Wangi Kesultanan Demak, dirangkaikan dengan kegiatan kirab budaya. Ia pun memberi sambutan atas pemberian gelar tersebut, sekaligus mengapresiasi kegiatan kirab budaya. 

"Saya kira kirab budaya ini harus kita lestarikan karena ini adalah nilai budaya yang sangat luhur, dan saya secara pribadi dan keluarga mengucapkan terima kasih untuk kepercayaan yang besar ini, untuk menjadi sultan sepuh dan mudah-mudahan saya sebagai sultan sepuh akan bisa mengayomi dan bisa membawa bangsa dan negara menjadi lebih baik, dan kami harapkan agar pemilu 2019 ini berjalan baik, lancar dan sukses," urai Tommy.

Sementara dalam video lain, pria yang menyatakan diri sebagai Sultan Demak juga menjelaskan kriteria untuk mendapatkan gelar dari Keraton Demak Bintoro. Menurutnya, gelar bukan hanya bisa diberikan pada keturunan darah biru saja, tetapi juga bisa diberikan pada orang-orang yang berjasa pada lingkungannya.

Tommy, kata dia, juga mengingatkan pada sejarah perjuangan almarhum HM Soeharto, mantan Presiden RI. "Bapak Hutomo Mandala Putra mengingatkan sejarah kita, yaitu napak tilas kegiatan luhur, dan dibangunnya monumen jenderal besar HM Soeharto untuk mengenang sejarah masa lalu," urainya.

Kriteria untuk mendapat gelar bukan hanya keturunan darah biru atau raden, tapi orang-orang yang berjasa untuk kesejahteraan lingkungannya.

Sultan Tommy2Pria yang mengaku keturunan Sultan Demak, Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo, memasangkan topi kebesaran pada Hutomo Mandala Putra, saat pengukuhan sebagai Sultan Sepuh Kesultanan Demak, tahun lalu. (Foto: YouTube/Berkarya Info)

Sejarah Kesultanan Demak

Sementara dalam video yang diunggah akun dq Dento di YouTube membeber seputar sejarah Kesultanan Demak Bintoro versi pria yang dikatakan bergelar Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo. Tidak disebutkan dasar sejarah dari cerita itu. 

Bahwa Kerajaan Demak didirikan pada tahun 1478 oleh Pangeran Jin Bun atau Jimbun Ningrat, putra dari Prabu Brawijaya V, Raja Majapahit yang menikah dengan putri dari kerajaan Tiongkok.

Saat itu Majapahit sedang mengalami krisis akibat kudeta oleh Adipati Kediri, Girindrawardhana karena dia menilai bahwa Majapahit mengalami krisis kepercayaan yang sangat dahsyat.

"Maka Adipati Girindrawardhana mengadakan pemberontakan dan dimenangkan oleh Adipati Kediri, Prabu Girindrawardhana, dan Prabu Kertabumi, ayah Adipati Demak Bintoro melarikan diri ke Banyuwangi dan Gunung Lawu," jelasnya 

Kemudian, selama 20 tahun, Pangeran Jinbun Ningrat berusaha mengumpulkan saudara-saudara dan kerabatnya, termasuk Adipati Bugis, Adipati Krajekwesi, Adipati Pagaruyung dan beberapa lainnya, termasuk kerabatnya dari Tiongkok.

Mereka kemudian mengadakan musyawarah besar di Rawa Pening, Jawa Tengah, dan menghasilkan perjanjian Tun Tang, yang diambil dari nama marga dan dinasti, yakni marga Tun dari Dinasti Tang.

"Marganya Tun, dinastinya Tang, didatangkan saudaranya dari Tiongkok karena Pangeran Jimbun Ningrat itu ibunya adalah keturunan raja Tiongkok dan bapaknya Jawa. Akhirnya mereka bersama-sama memadamkan pemberontakan dan dimenangkan oleh pangeran Jinbun Ningrat," urainya.

Setelah menang, Pangeran Jimbun Ningrat membawa mahkota Kerajaan Majapahit ke Gunung Lawu dan diserahkan pada ayahnya. Tapi ayahnya tidak bersedia menjadi raja. Ayahnya memilih untuk menjadi pertapa, dan mahkotanya diberikan pada Pangeran Jimbun Ningrat untuk menerangi jagat.

Kami sebagai penerus generasi ini, yang keempat belas, kami melestarikan adat dan budaya.

Raja Demak hahahahahahaPria yang mengaku keturunan ke-14 Raja Demak bergelar Sri Sultan Surya Alam Joyokusumo (Foto: Youtube/Berkarya Info)

Pangeran Jimbun Ningrat kemudian mendirikan kerajaan baru yang bernama Dimak Bintoro yang berkeraton di Glagah Wangi, dengan gelar Yang Maha Mulia Sri Sultan Surya Alam Sayidin Panatagama Kalifatullah yang pertama.

"Kemudian beliau wafat dan digantikan oleh putranya, Pangeran Sabrang Lor yang bergelar Adipati Unus, tokoh yang hebat membebaskan saudaranya di Selat Malaka. Kerajaan Malaka yang diserang Portugis pada tahun 1503, beliau memadamkan itu dan kembali ke demak, lalu dinobatkan menjadi Sultan Demak kedua," bebernya.

Saat diangkat sebagai sultan, Adipati Unus belum memiliki permaisuri, sehingga diangkatlah adiknya yang bergelar Kanjeng Pangeran Haryo Adipati Trenggono, menjadi sultan ketiga.

Selanjutnya, putra dari Adipati Trenggono diangkat menjadi sultan keempat. Tongkat estafet kerajaan kemudian berpindah pada kakaknya, Sultan Hadiwijoyo.

Setelah Sultan Hadiwijoyo menjadi raja, krisis kepercayaan kembali muncul, dan pihak keraton menggelar musyawarah untuk memilih sultan, yakni antara Aryo Penangsang dengan Hadiwijoyo, yang kemudian dimenangkan oleh Hadiwijoyo.

"Akhirnya Keraton Demak secara resmi pemerintahan dipindah ke Pajang, Surakarta, sekarang ikut Kabupaten Sukoharjo," kata dia.

Karena Demak tidak lagi memiliki pemerintahan, maka Demak difungsikan menjadi panembahan. Panembahan yang pertama adalah Panembahan Reksokusumo, sampai turun temurun menjadi Panembahan Krapyak.

Pada tahun 1778 karena kegigihan Panembahan Krapyak melawan Belanda, Keraton Demak habis dibakar Belanda, akhirnya keraton hilang dan Panembahan Krapyak berjuang, bergerilya sampai cucunya Raden Suradi atau Notobroto mendirikan keraton baru.

"Kami sebagai penerus generasi ini, yang keempat belas, kami melestarikan adat dan budaya. Di mana sekarang sudah tidak ada kerajaan sejak diproklamirkan 17 agustus 1945, kerajaan di Indonesia ini sudah tidak ada. Sekarang tugas dan fungsi raja adalah melestarikan adat dan budaya leluhur," tuturnya.

Mengenai Glagah Wangi yang menjadi Keraton Kesultanan Demak, kata dia, berdiri sejak Pangeran Jimbun Ningrat jumeneng atau memimpin sebagai adipati di Demak. "Dulu sebuah kadipaten, setelah Pangeran Jumbon Ningrat jadi sultan, tetep namanya Glagah Wangi kami lestarikan," jelasnya.

Pendapat Ahli

Ahli sejarah dari Universitas Diponegoro (Undip) Semarang Dr Eko Punto meragukan kebenaran pihak yang mengaku sebagai Sultan Demak dan kemudian mengangkat Tommy Soeharto sebagai sultan sepuh. 

"Kalau Keraton Solo memang sering memberikan gelar atau penghargaan kepada masyarakat. Tapi tidak mungkin memberi gelar seperti itu. Kalau pun memberi gelar hanya setingkat KRT atau kanjeng raden tumenggung, setingkat bupati. Tidak pernah memberi gelar atau sebutan sultan," beber dia. 

Ia juga menyatakan bahwa saat ini Kerajaan Demak sudah tidak ada, hanya bagian dari sebuah sejarah masa lalu. Jadi sangat aneh tiba-tiba muncul orang yang mengaku sebagai Raja Demak dan mengangkat Tommy sebagai bagian dari keluarga Keraton Demak bergelar Sri Paduka Sultan Suryo Buwono Hutomo Mandala Putra.

Kalau pun memberi gelar hanya setingkat KRT atau kanjeng raden tumenggung, setingkat bupati. Tidak pernah memberi gelar atau sebutan sultan.

Catatan sejarah menyebutkan Kerajaan Demak didirikan oleh Raden Patah, putera dari Raja Majapahit Brawijaya V. Setelah Demak runtuh, kemudian pindah dan berganti menjadi Kerajaan Pajang. Pajang bubar menjadi Mataram dengan rajanya Sultan Agung. 

Mataram kemudian dipimpin Amangkurat I dan kemudian digantikan oleh Amangkurat II yang mendirikan Kasunanan Kartasura karena konflik internal kerajaan. "Kemudian diganti Pakubowono dan akhirnya pecah jadi (kerajaan) sekarang di Yogya dan Solo," ujar pria yang meraih gelar doktor di Universitas Gadjah Mada (UGM) di bidang arkeologi ini. 

Eko Punto juga memastikan tidak ada kerajaan atau keraton yang bernama Glagah Wangi. Sebab Glagah Wangi hanya sebuah nama wilayah di Demak, bagian dari Kerajaan Demak. Dan merupakan wilayah yang ditinggali Raden Patah sebelum menjadi Raja Demak. 

"Glagah Wangi bukan keraton, cuma daerah yang bernama Glagah Wangi. Kalau keratonnya bernama Demak Bintoro," imbuh dia. []  

Baca juga: 

Berita terkait
Kerajaan Fiktif dan Krisis Kepercayaan NKRI
Akademisi Universitas Malikussaleh menilai mereka yang mengikuti organisasi karena belum tuntasnya kesadaran tentang konsep nasionalisme.
Cara Forum Silaturahim Sunda Tangkal Kerajaan Fiktif
Munculnya kerajaan fiktif belakangan ini seperti Sunda Empire di Bandung, Jawa Barat memicu keresahan sosial di masyarakat.
Wadah Kerajaan dan Keraton Nusantara Kini
Kerajaan dan keraton di Indonesia bergabung dalam sejumlah wadah, antara lain, Forum Silaturahmi Keraton Nusantara.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.