Teror Jilbab Sragen, Gubernur Ganjar Ditanya Warga

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo angkat bicara soal teror jilbab yang menimpa siswi SMA negeri di Sragen.
Gubernur Jawa Tengah saat kunjungan kerja ke Grobogan, Kamis, 9 Januari 2020. (Foto: Humas Pemprov Jateng)

Semarang - Z, salah satu siswi SMA negeri di Sragen, Jawa Tengah mendapat teror dari temannya karena tidak memakai jilbab di sekolah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengaku banyak mendapat pertanyaan dari warga atas persoalan berbau intoleransi tersebut. 

Hal itu disampaikan Ganjar melalui akun twitternya, @ganjarpranowo, Kamis, 9 Januari 2020. “Banyak yang tanya kepada saya soal teror WA ke siswi tak berjilbab di SMA negeri di Sragen," kata Ganjar dalam cuitannya. 

Dalam akun tersebut, Ganjar mengatakan akan mengedepankan persuasi, dengan cara mengajak bicara siswa, guru dan orang tua siswa terkait hal itu.

"Dinas Pendidikan dan Kebudayaan besok pagi (hari ini) akan klarifikasi ke sekolah. Mari kita hormati dan saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror. Saya akan ajak bicara siswa, guru dan ortu,” tulis Ganjar lebih lanjut.

Cuitan tersebut mendapat respon dari berbagai kalangan. Beberapa netizen mendukung langkah Ganjar untuk menyelesaikan persoalan itu secara persuasi.

Mari kita hormati dan saling belajar dengan baik, tidak memaksa apalagi meneror.

"Setuju Pak Gub, kedepankan persuasi. Masih anak-anak masih bisa diarahkan. Tapi yang menjadi perhatian kenapa siswa-siswa ini bisa punya pemikiran seperti itu, siapa yang menginput pemikiran seperti itu. Guru kah atau ada pembimbing dari luar sekolah yang jadi virus tidak baik. Semoga bisa ditelusuri," balas akun @jatengpedia.

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri saat dikonfirmasi mengatakan sudah menerjunkan tim ke sekolah. Dan sudah tertangani dan selesai dengan baik.  

“Saya juga sudah berada di Sragen. Kemarin tim sudah turun ke lapangan dan melakukan berbagai tindakan. Alhamdulillah, kasus ini sudah selesai. Semua pihak sudah memberikan penjelasan dan Z juga sudah menerima,” tutur Jumeri, Kamis, 9 Januari 2020.

Dalam persoalan itu, jajaran Jumeri menemukan keterangan bahwa yang mengirim pesan teror melalui WhatsApp adalah teman Z sendiri. Bukan oleh guru, pembina rohis atau kepala sekolah. 

Jumeri menegaskan perbuatan teman-teman Z adalah tindakan yang menjurus intimidasi dan intoleransi. Karenanya, masalah ini menjadi perhatian serius Dinas Pendidikan agar agar kejadian serupa tidak terulang.

“Saya akan mengumpulkan seluruh siswa, kepala sekolah, guru, pembina Rohis dan pengurus OSIS untuk diberi pengarahan dan pembinaan. Kami tidak ingin, ke depan masalah intoleransi ini kembali terjadi. Semuanya harus saling menghormati dan menghargai perbedaan,” jelas dia. 

Lebih luas, pembinaan juga akan menyasar ke seluruh pengurus Rohis di Kabupaten Sragen. Agar kasus serupa tidak melebar maupun terjadi lagi di sekolah lain. 

Ditambahkan, di Sragen sendiri kalangan pendidik sudah diberi pemahaman soal toleransi dan penerapan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sekolah. Tidak hanya melibatkan PGRI tapi juga kalangan Kementerian Agama, TNI maupun Polri. 

"Kami akan terus berusaha agar tindakan-tindakan intoleransi tidak terjadi lagi di Jawa Tengah,” imbuhnya. []

Baca juga: 

Berita terkait
Denny Siregar: Teror Jilbab di SMA Negeri Sragen
Tulisan opini Denny Siregar setelah membaca berita tentang seorang anak di SMA Negeri di Sragen diteror rohis karena tidak mau berjilbab.
SMP di Gowa Larang Siswi Pakai Jilbab Syar'i ke Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pallangga, Kabupaten Gowa melarang siswinya untuk tidak menggunakan jilbab syar'i ke sekolah
Jilbab Kontroversial di SD Gunung Kidul
Surat edaran mewajibkan siswa memakai baju muslim di SDN Karangtengah III, Gunung Kidul, menjadi viral di media sosial.