Denny Siregar: Teror Jilbab di SMA Negeri Sragen

Tulisan opini Denny Siregar setelah membaca berita tentang seorang anak di SMA Negeri di Sragen diteror rohis karena tidak mau berjilbab.
Ilustrasi - Pelajar SMA memakai jilbab. (Foto: Dzargon)

Jadi ingat waktu putriku awal masuk SMA negeri. Setiap hari dia pulang sekolah mengeluh karena selalu disindir teman, bahkan gurunya, "Muslim kok enggak pakai jilbab?" Dia terus bertanya, "Memangnya aku harus pakai jilbab? Kenapa kalau aku enggak pakai jilbab?"

Aku ketawa saja setiap dia bertanya gitu. Jadi ingat teman-teman wanitaku dulu SMP dan SMA tahun 80-90-an tidak ada satupun yang pakai jilbab. Mereka teman bermain yang asyik. Sekarang rata-rata sudah pada berjilbab, karena sudah pada ibu-ibu. Ada yang masih asyik, ada yang sudah agak ekstrem-ekstrem gitu.

Asyiknya dulu itu, enggak kelihatan mana teman yang muslim, mana yang Hindu, mana yang Kristen. Semua sama, seragam putih biru dan putih abu-abu.

Tapi zaman sekarang beda. Mulai kelihatan ada eksklusifitas, terlihat apa agamanya dari pakaiannya. Dari situ mulai terkotak-kotak pergaulannya. Yang non muslim menghindar dan masuk sekolah swasta, karena rasanya itu sudah bukan sekolah negeri, tapi sekolah agama.

Aku tahu putriku resah, karena tekanan sosial. Sindiran bagi anak seusia dia memang beban yang berat.

Pakailah jilbab, kalau kamu nyaman. Tidak usah pakai kalau kamu tidak berkenan.

Jangankan dia, banyak yang sudah ibu-ibu juga pakai jilbab karena tekanan sosial, setiap arisan disindiri "semoga dapat hidayah". Akhirnya pakai, "biar sama," katanya. Dan, "biar enggak ribet harus jawab kalau ditanya-tanya."

Aku ajak putriku duduk di sampingku, lalu kuajak ngobrol.

"Manusia itu harus punya prinsip," kataku. "Kamu jangan pernah jadi karakter pengikut, yang hanya jadi buntut. Terombang-ambing karena tidak punya pengetahuan, dan akhirnya ikut-ikutan tanpa dasar. Pakailah jilbab, kalau kamu nyaman. Tidak usah pakai kalau kamu tidak berkenan."

"Aku diketawain mereka," keluhnya.

Aku senyum. "Mereka ketawa karena kamu berbeda. Ketawalah, karena mereka semua sama." Putriku dapat poinnya.

Akhirnya dia tidak berjilbab sebagai bagian dari pemberontakan terhadap tekanan sosial. Dia menjadi satu-satunya siswi muslim yang tidak pakai jilbab di sekolah. Dimarahi gurunya, dia cuek. Disindir teman-temannya, dia mana peduli.

Dan itu berpengaruh besar pada perkembangan karakternya. Dia jadi mandiri, tangguh, dan leader dalam kelompoknya. Orang yang punya prinsip, tidak sekadar ikut arus dan tampil beda.

Dan itu terbawa sampai dia dewasa. Masuk universitas negeri terkenal dan sibuk mendaki gunung mencari jati dirinya. Putriku yang dulu manja, terbentuk oleh situasi di sekitarnya.

Dan ketika saya membaca berita, seorang bapak bernama Agung Purnomo, orang tua seorang siswi di SMA Negeri Sragen, yang mendatangi sekolah anaknya karena diteror oleh rohis sekolah hanya karena tidak mau berjilbab, saya bertepuk tangan.

Kalau bukan kita sebagai orang tua yang melindungi anak kita dari serangan tekanan sosial seperti itu, siapa lagi yang bisa?

Melawanlah. Kita orang tua yang punya hak memasukkan konsep-konsep kehidupan pada anak kita. Bukan rohis. Bukan orang-orang yang tidak kita kenal konsep berpikirnya. Jadi seperti apa anak kita kelak, tergantung cara kita mendidiknya. 

*Penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi

Tulisan ini sebelumnya sudah di-publih di laman Facebook Denny Siregar dengan judul Tidak Mau Berjilbab

Baca juga:

Berita terkait
Heboh, Pria di Aceh Tepergok Pakai Jilbab
Publik Aceh dihebohkan dengan sosok pria yang mengenakan pakaian ala wanita. Lelaki itu memakai baju gamis warna pink dan jilbab panjang.
SMP di Gowa Larang Siswi Pakai Jilbab Syar'i ke Sekolah
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Pallangga, Kabupaten Gowa melarang siswinya untuk tidak menggunakan jilbab syar'i ke sekolah
Viral Jilbab SD Gunung Kidul, Kepsek Diadukan ke Polda
Bikin kebijakan murid wajib berseragam jilbab, Pujiastuti Kepsek SD Negeri Karangtengah III di Gunung Kidul diadukan ke Polda.
0
Indonesia Akan Isi Kekurangan Pasokan Ayam di Singapura
Indonesia akan mengisi kekurangan pasokan ayam potong di Singapura setelah Malaysia batasi ekspor daging ayam ke Singapura