Jakarta - Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa) KP Norman Hadinegoro menilai mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo salah jalan menuju perpolitikan di Tanah Air.
Norman mengatakan, ambisi Gatot menuju kontestasi Pilpres 2024 akan berjalan sia-sia. Sebab, Gatot akan menjadi bulan-bulanan masyarakat karena bergabung dengan kelompok Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI).
Gatot menempuh jalan yang berbeda masuk ke sarang Kadrun. Maklumlah Kadrun lagi butuh figur militer
"Kalau ambisiusnya ingin jadi presiden, disalurkan melalui KAMI, yang ada malah jadi bulan-bulanan publik setiap masuk ke kota-kota. Dan bahkan (Gatot) akan merusak citra TNI," katanya kepada Tagar, Selasa, 29 September 2020.
Dia beranggapan, Gatot tidak belajar dari keberhasilan seniornya yang terlebih dahulu terjun ke dunia politik, yakni Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Prabowo Subianto.
Dia menjelaskan, SBY memimpin Indonesia selama dua periode melalui Partai Demokrat. Kendati Prabowo beberapa kali kalah memperebutkan kursi kepemimpinan di Indonesia, pria yang kini menjabat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) itu memiliki Partai Gerindra.
"Maklum baru melek politik karena puluhan tahun karirnya di militer. Beda dengan SBY dan Prabowo. Gatot menempuh jalan yang berbeda masuk ke sarang Kadrun. Maklumlah Kadrun lagi butuh figur militer," ucapnya
Tak hanya itu, dia juga meminta deklarator KAMI ini segera bertobat, mengingat pernyataannya yang menyebut bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) sudah kembali bangkit.
"Sebaiknya Gatot Nurmantyo bertobat atas kekeliruannya dan bergabung dengan salah satu partai untuk memperkuat dan memperkokoh. Maka Gatot patut diperhitungkan," ujarnya.
Menurutnya, Gatot masih memiliki waktu banyak untuk melakukan pendekatan dan negosiasi ke partai-partai besar di Indonesia.
"Gatot masih punya waktu untuk bernegosiasi ke partai-partai yang sudah mengakar seperti Golkar, Gerindra, dan PDIP, atau memperkuat partai yang baru mau berkembang seperti PKB dan PSI," kata dia.
Lantas, dia menegaskan bahwa untuk keluar dari presidium KAMI, tidak begitu sulit. Kecuali, katanya, KAMI hendak membentuk partai baru.
- Baca juga: Masuk ke Dunia Politik, Gatot Terjebak Tipu Muslihat Kadrun?
- Baca juga: Soal KAMI, Pernusa: Pagar Betis Keluarga Cendana
"Untuk keluar dari kelompok Kadrun dalam barisan KAMI sangat tidak mudah kecuali kelompok ini bikin Partai," ucap Norman.[]