Kulon Progo - Kekeringan semakin meluas di Kabupaten Kulon Progo, Provinsi DIY. Warga yang berada di wilayah kekeringan, kesulitan mendapatkan air bersih. Mereka kini kebingungan dengan kondisi yang dialami.
Sejumlah warga terpaksa membeli demi mendapatkan air bersih untuk keperluan domestik. Seorang warga Dusun Ngaglik, Desa Purwosari, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Suciyati mengatakan, kesulitan air bersih sudah terjadi sejak Mei 2019 lalu. Jarak sejauh 4 kilometer harus ditempuh setiap hari, hanya untuk mengambil air.
"Namun sekarang sumber mata air juga sudah mengering. Jadi kami bingung," kata Suciyati, Selasa 17 September 2019.
Dia menambahkan, untuk memenuhi kebutuhan terpaksa membeli air ke wilayah yang masih mendapatkan akses air. Untuk satu tangki, dihargai sebesar Rp 200 ribu. Dia berharap, droping air bisa dilakukan rutin ke wilayahnya, mengingat kebutuhanan air sudah mendesak.
Keluhan dari warga, jika ada bantuan air datang, belum semua warga bisa menjangkau
Anggota Tagana Kabupaten Kulon Progo, Sutikno mengatakan data terakhir, hampir semua desa di Kecamatan Girimulyo, sudah terdampak. Total ada 24 dusun di empat desa di Kecamatan Girimulyo yang sudah terdampak kekeringan.
"Keluhan dari warga, jika ada bantuan air datang, belum semua warga bisa menjangkau, karena terkendala lokasi dan penampungan atau bak umum," ujar Sutikno.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kulon Progo, Ariadi mengatakan, kondisi kekeringan sudah terjadi di tujuh kecamatan, di antaranya Kecamatan Girimulyo, Kokap, Samigaluh, Kalibawang, Pengasih, Galur, dan Lendah. Cakupannya, yaitu 30 desa, dengan 4.100 KK dan lebih dari 7.500 jiwa.
Dikatakan, Pemkab Kulon Progo telah menetapkan status darurat kekeringan terhitung sejak 9 September sampai 31 Oktober 2019.
"Setelah adanya status darurat ini, BPBD Kulon Progo bisa menggunakan anggaran tidak terduga untuk penyediaan air bersih di beberapa wilayah yang membutuhkan," jelas Ariadi.[]