Sibaku dan Upaya Mengurangi Volume Sampah di Kulon Progo

Pemkab Kulon Progo berusaha keras mengurangi sampah agar volume yang dibuang ke TPA Banyuroto bisa diminlisir. Berikut caranya.
Bupati Kulon Progo Sutedjo (dua dari kiri) saat melihat hasil produk daur ulang (Foto: ist/Tagar/Harun Susanto)

Kulon Progo - Pemerintah Kabupaten Kulon Progo sedang berupaya mengurangi volume sampah yang ada diwilayahnya. Caranya dengan mengupayakan pengelolaan sampah mulai dari tingkat rumah tangga melalui bank sampah.

Kepala Dinas Lingkungan hidup Kulon Progo, Sumarsana mengatakan, pada akhir 2019 ada 76 bank sampah. Sementara hingga bulan September 2020 sudah bertambah lima sehingga jumlah total ada 81 bank sampah tersebar 38 Kalurahan di 11 Kapanewon.

"Tentu masih ada tantangan bagi kami karena masih ada Kalurahan dan Kapanewon yang belum ada bank sampahnya. Kedepan harapannya, setiap dusun akan ada bank sampahnya," ucap Sumarsana dalam sambutan peringatan World Cleanup Day (WCD) Indonesia Tahun 2020 di Bank Sampah Harapan Sejahtera Sendangsari Pengasih, Sabtu, 19 September 2020.

Baca Juga:

Sumarsana menambahkan, pihaknya juga melaunching Sibaku (Siaga Berjibaku Melawan Sampah Kulon Progo). Inovasi ini merupakan kerja sama dengan semua pihak untuk bersama-sama melakukan gerakan bersihkan, pilah, kumpulkan dan tabung sampah yang bukan merupakan produk dari rumah tangga atau lembaga.

Dengan adanya Sibaku, harapannya akan makin bertambah bank sampah di Kulon Progo dan makin sedikit bahkan tidak ada sampah sampai Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah Banyuroto. "Harapannya begitu," ungkapnya.

Sumarsana menambahkan, berdasarkan koordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Pemukiman Kulon Progo, jika tidak ada perluasan di TPA Sampah Banyuroto dan tidak ada gerakan penguranhan sampah di tingkat rumah tangga, maka pada tahun 2024 maka TPA Sampah Banyuroto diperkirakan akan penuh.

"Tentu menjadi tantangan bersama agar sampah bisa dikurangi ditingkat rumah tangga. Kami sudah berkoordinasi dengan Kapanewon, agar dj setiap pedukuhan dan Kalurahan. Menjadi indikator kesuksesan pengelolaan sampah di Kulon Progo jika seluruh warga menjadi anggota Bank Sampah, KSM atau UPTD Persampahan," ujar Sumarsana.

Apabila sampah sudah dikelola dengan baik, artinya sudah berinvestasi terhadap kesehatan dan anak cucu.

Dia mengharapkan ada dukungan dari Bupati Kulon Progo dan DPRD Kulon Progo. Dalam peraturan, Dana Desa bisa dialokasikan untuk membangun atau setidaknya mendukung bank sampah. "Dukungan pada bank sampah bisa dilakukan bersama, mulai dari pusat hingga Kalurahan," tuturnya.

Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengatakan, mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat terhadap sampah harus terus diupayakan. Jika selama ini sampah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bermanfaat dan tidak bernilai guna, maka sesungguhnya sampah bisa bermanfaat bagi semua.

Baca Juga:

Selain itu mengelola sampah adalah sesuatu yang sederhana dan mudah dan bisa dilakukan oleh semua orang, melalui konsep 3R yaitu Reduce atau mengurangi, Reuse atau menggunakan kembali dan recycle atau mendaur ulang. "Apabila sampah sudah dikelola dengan baik, artinya sudah berinvestasi terhadap kesehatan dan anak cucu," ungkap Sutedjo.

Menurutnya, melalui kegiatan World Clean Up Day 2020 yakni Bersatu untuk Indonesia Bersih melalui Aksi Clean up dan Pilah Sampah dari Rumah diharapkan bisa menumbuhkan kebiasaan dan budaya baru di masyarakat untuk mau dan mampu mengelola sampah dengan memilah sampah dimulai dari rumah. 

Baca Juga:

Setiap rumah tangga diharapkan menjadi nasabah bank sampah di lingkungan masing-masing, sehingga sampah yang sudah terkelola dari rumah tadi bisa bernilai ekonomi dengan cara disetorkan ke bank sampah terdekat.

"Hal ini sejalan dengan upaya Pemerintah Kabupaten Kulon Progo untuk melawan sampah melalui sosialisasi ke semua wilayah di Kulon Progo. Pembentukan Bank Sampah baru minimal satu Bank Sampah di setiap Kalurahan, serta mengaktifkan kembali Bank Sampah yang selama ini berhenti atau tidak melakukan aktivitas," tutur Sutedjo.

Dia menambahkan, jika setiap rumah tangga sudah menjadi nasabah bank sampah dan sampah sudah dipilah dari rumah tangga, maka persoalan sampah di Kulon Progo lambat laun akan bisa teratasi. "Mari bersama-sama berjibaku melawan sampah, agar persoalan sampah di Kulon Progo tuntas," pinta Sutedjo. []

Berita terkait
Pengakuan Pemkot Yogyakarta dan Peran Penting Pemulung
Peran pemulung di Kota Yogyakarta sangat penting, setidaknya bisa mengurangi volume sebelum dibuang ke TPST Piyungan Bantul
Kisah Pemulung Perawat Kucing Jalanan di Yogyakarta
Pemulung ini berhati mulia, tapi mungkin dipandang biasa. Dia rela mengobati kucing jalanan yang tak bertuan yang sedang sakit.
Lindi TPST Piyungan Bantul Kian Cemari Sumur Warga
Lindi atau air limbah dari TPST Piyungan, Bantul mencemari sumur warga sekitar. Warga sempat memblokir pintu masuk TPST terbesar di Yogyakarta ini.