Pengakuan Pemkot Yogyakarta dan Peran Penting Pemulung

Peran pemulung di Kota Yogyakarta sangat penting, setidaknya bisa mengurangi volume sebelum dibuang ke TPST Piyungan Bantul
Ilustrasi pemulung di TPST Piyungan, Bantul, Yogyakarta. (Foto: Dok. Tagar)

Yogyakarta - Siapa sangka pemulung punya peran penting dalam permasalahan persampahan di kota-kota besar. Termasuk di Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta pun mengakui hal tersebut karena pemulung dinilai turut membantu pengurangan volume sampah di Kota Pelajar.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengakui peran pemulung dalam upaya pengurangan sampah yang cukup signifikan. Sebab, dari hitung-hitungan DLH, dalam sehari rata-rata terdapat 95,1 ton sampah yang berhasil direduksi oleh pemulung.

"Itu perhari sudah terkurangi dengan berat sebesar itu. Tentu (keberadaan pemulung) sangat membantu kan," kata Sugeng di kompleks Balai Kota Yogyakarta, Jumat, 18 September 2020.

Baca Juga:

Bahkan, kata Sugeng, jumlah sampah yang direduksi oleh pemulung setiap harinya jauh di atas peran bank sampah yang ada di masyarakat. Bank sampah yang ada di masyarakat saja, sebut dia, baru mampu mengurangi 6,7 ton sampah per hari. Meski demikian, ungkapnya, bank sampah tetap punya peran besar dalam hal penanganan sampah.

Terutama menyangkut edukasi bagi rumah tangga selaku produsen sampah yang paling tinggi di Kota Yogyakarta. Saat ini tercatat ada 420 bank sampah yang berbasis Rukun Warga (RW) di lingkungan masyarakat. "Sampai akhir tahun jumlah bank sampah belum akan kami tambah, namun akan kami optimalkan. Kesadaran warga dalam mengelola sampah itu juga jauh lebih penting untuk mengurangi timbunan sampah," jelasnya.

Itu perhari sudah terkurangi dengan berat sebesar itu. Tentu (keberadaan pemulung) sangat membantu kan.

Sementara itu, Peraturan Walikota (Perwal) Nomor 67 tahun 2018 terkait kebijakan dan strategi pengelolaan sampah, diakui Sugeng, masih menjadi pedoman untuk menetapkan target pengurangan sampah. Hingga saat ini target pengurangan sampah juga tetap berjalan. Sugeng menyebutkan target pengurangan sampah sejak 2018 hingga 2025 harus mencapai 30 persen dari total timbunan sampah.

"Pengelolaan sampah sesuai dalam perwal itu berupa pengurangan dan penanganan. Ada target yang harus bisa dicapai, dan kami upayakan justru melebihi target," sambung dia.

Menurutnya, upaya pengurangan sampah dilakukan melalui pembatasan timbunan sampah, pemanfaatan kembali serta pendauran ulang. Sedangkan penanganan sampah melalui lima hal yakni pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir.

Baca Juga:

Berdasarkan neraca sampah saat Perwal 67 tahun 2018 ditetapkan, timbunan sampah di Kota Yogyakarta mencapai 370,4 ton per hari atau 135.214 ton per tahun. Masing-masing berasal dari permukiman sebanyak 54,79 persen, dan sampah nonpermukiman sebanyak 45,21 persen. Dari timbunan sampah tersebut, sebanyak 98,11 persen sudah dapat ditangani. Sehingga masih ada sekitar 1,89 persen sampah atau tujuh ton sampah per hari yang belum bisa tertangani.

Sedangkan volume sampah yang disetorkan ke TPST Piyungan masih stabil di angka 260 ton per hari. "Tanpa ada peran serta masyarakat, maka target pengurangan sampah akan sulit tercapai," tutur Sugeng. []

Berita terkait
Lindi TPST Piyungan Bantul Kian Cemari Sumur Warga
Lindi atau air limbah dari TPST Piyungan, Bantul mencemari sumur warga sekitar. Warga sempat memblokir pintu masuk TPST terbesar di Yogyakarta ini.
Sampah Plastik Jadi Minyak Mentah di Banda Aceh
Mengunakan teknologi pirolisis, Pemerintah Banda Aceh mulai mengolah sampah plastik menjadi minyak mentah.
Bupati Temanggung Ngopi Pinggir Kali Sambil Diskusi Sampah
Bupati Temanggung HM Al Khadziq menggelar acara ngopi santai pinggir kali sembari diskusi pengelolaan sampah.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.