Sepiring Bubur Gratis Tiap Hari Jumat di Magelang

Seorang perempuan di Kecamatan Mungkid, Magelang, membagikan bubur gratis pada tetangga di sekitar rumahnya setiap hari Jumat. Ini ceritanya.
Sejumlah warga Dusun Gedongan, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang antri untuk bisa mengambil bubur sayur yang diberikan gratis oleh salah satu warga. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Magelang - Matahari belum sepenuhnya muncul saat sejumlah warga Dusun Gedongan, RT 02, RW 06 di Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang berbaris rapi di halaman rumah salah satu warga. Tangan mereka tampak menenteng alat makan berupa piring ataupun mangkok.

Pelan, satu persatu maju sesuai urutan. Di hadapan mereka, tertata tiga panci dan satu ceting (semacam tempat nasi) dari besi berukuran besar. Masing-masing berisi bubur nasi, sayur tahu, dan tempe goreng.

Seorang wanita paruh baya yang berada di barisan paling depan menuang pelan dua centong bubur ke dalam mangkok yang dibawanya dari rumah. Sejurus kemudian, dia menuangkan sayur tahu di atas bubur. Tak lupa dia mengambil dua potong tempe goreng dari ceting besi, dibawanya menggunakan daun pisang, yang juga sudah disiapkannya sejak dari rumah.

Wanita tersebut bergegas meninggalkan barisan untuk memberikan kesempatan warga lain yang hendak mengambil hidangan gratis itu, Jumat, 30 Oktober 2020.

"Alhamdulillah, masih bisa makan bubur sayur. Semoga Bu Atik terus diberikan rejeki dan kesehatan biar setiap Jumat bisa masak bubur untuk warga," ucap wanita bernama Sri Mutiah itu sembari berjalan pulang.

Sri merupakan salah satu dari puluhan warga Dusun Gedongan yang setiap Jumat pagi menikmati bubur nasi berikut sayur dan gorengan secara gratis. Mereka dipersilakan mengambil bubur gratis sebanyak yang dibutuhkan dan yang hendak dimakan.

Bubur Gratis Tiap Jumat

Semenjak pandemi covid-19 melanda, impitan ekonomi memberatkan banyak warga, tidak terkecuali warga Dusun Gedongan. Melihat kondisi itu, Nurhayati, seorang warga setempat, berinisiatif untuk memberikan makanan gratis berupa bubur, yang dibagikannya setiap hari Jumat.

Cerita Bubur Gratis Magelang (2)Bubur gratis yang dibagikan oleh Nurhayati, warga Dusun Gedongan, Desa Blondo, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, setiap hari Jumat. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Adanya makanan yang disediakan tanpa dipungut biaya tentu membawa kelegaan tersendiri. Setidaknya satu hari dalam seminggu, mereka bisa sarapan gratis tanpa mengeluarkan uang belanja.

Ibu dua anak itu tergerak untuk berbagi dengan sesama, meskipun hanya berupa bubur sayur.

“Sebenarnya yang pertama kali memiliki niatan ini adalah ibu mertua. Beliau mengatakan, sepertinya kalau membuat bubur untuk hari Jumat kok rasanya bagus, bisa mendekatkan sesama warga, bisa kompak. Apalagi di masa pandemi seperti sekarang ini.”

Selama ini Atik memang tinggal bersama ibu mertua dan dua putrinya di Dusun Gedongan. Suaminya telah meninggal belasan tahun yang lalu. Setiap hari, Atik mengajar di SMP Muhammadiyah Blondo.

Berawal dari sekedar obrolan biasa dengan mertuanya itulah, Atik kemudian merealisasikan rencananya. Awal bulan Agustus 2020, dia membulatkan tekad memasak bubur berikut sayur dan gorengan. Ketika itu, dia memasak sebanyak dua kilogram beras untuk dijadikan bubur.

Agar orang-orang tahu, Atik kemudian memposting perihal adanya bubur gratis tersebut di grup whatsapp warga RT 02. Gayung bersambut, pemberitahuan dari Atik itu mendapatkan respons positif dari warga, sebagian besar menyambut baik dan berterima kasih.

Di hari pertama Jumat berkah, bubur buatan Atik ludes tak tersisa, termasuk sayur dan gorengan. Atik mengaku merasa sangat bahagia saat itu. Terlebih jika dia mengingat saat dirinya harus bangun pagi buta jam 03.00 WIB dini hari untuk memasak bubur, kemudian jam 07.00 WIB harus sudah sampai sekolah. Rasanya pengorbanan waktu dan tenaga terbayarkan.

“Niat kami adalah sedekah, karena Allah SWT, bukan karena niat yang lain-lain. Jadi ketika melihat warga senang hati mengambil buburnya, ada rasa kebahagiaan tersendiri,” ucap Nurhayati yang akrab disapa Atik itu.

Sejak bulan Agustus hingga awal bulan November 2020 hanya dua kali hari Jumat Atik tidak membagikan bubur gratis untuk warga. Sebab saat itu ada tugas dinas yang tak bisa ditinggalkannya.

Semakin hari, jumlah bubur yang dimasak pun terus bertambah, dari dulunya 2 kilogram, kini menjadi 3 kilogram. Terkadang, ada warga yang tergerak untuk turut berbagi di masa pandemi ini dengan menyumbangkan uang, sayur, atau bahan untuk gorengan. Ada juga yang menyumbangkan tenaga untuk sekedar memasak sayur atau menggoreng tempe.

Namun khusus memasak bubur, Atik yang melakukan sendiri. Bukannya menolak bantuan, namun tidak ada warga yang merasa sanggup memasak bubur.

“Mungkin karena prosesnya yang lama dan melelahkan karena harus mengaduk terus. Pernah sih saya meminta tolong, namun yang bersangkutan tidak sanggup,” katanya.

Bubur masakan Atik tak selalu habis. Ada kalanya, bubur masih tersisa, namun Atik tidak membiarkan masakannya itu menjadi mubadzir. Dibawanya bubur itu untuk anak-anak yang membutuhkan, khususnya sejumlah anak yatim yang menempati panti asuhan di dusun tetangga.

“Bubur itu kan untuk siapa saja yang membutuhkan, warga sini silahkan, warga luar juga boleh. Monggo saja bagi yang mau karena memang diselenggarakan bagi semua orang,” ucapnya.

Atik mengaku sudah sangat bahagia apabila warga merasa terbantu dengan adanya bubur gratis tersebut. Terlebih dalam kondisi pandemi Covid-19 saat ini, segala hal menjadi sangat terbatas. Dia pun berencana akan terus melanjutkan Jumat berkah dengan berbagi bubur gratis hingga waktu yang tidak ditentukan.

“Insya Allah, niatnya kan Lillahitaala karena Allah SWT. Kalau diberikan rejeki, keselamatan, Insya Allah terus. Harapan saya dengan kegiatan ini semata-mata mencari ridho Allah, semoga bisa mempertebal iman kita. Kan kalau kita suka berbagi dan bersedekah, Insya Allah rejeki kita juga akan diluaskan,” kata Atik menambahkan.

Menurutnya, akan berbeda jika niatnya adalah karena materi. Suatu saat dirinya pasti akan merasa bosan dan capek melakukan kegiatan memasak bubur untuk warga setiap seminggu sekali.

“Karena tidak diniatkan ibadah, jadi apa yang kita lakukan ya kadang akan terasa bosan, capek. Berbeda kalau diniati ibadah, mau berhenti rasanya eman-eman (sayang),” katanya.

Wujud Gerakan Jogo Tonggo

Meski aksi sosial yang dilakukan oleh Atik dan ibu mertuanya terlihat sederhana, kepedulian yang mereka tunjukkan mendapatkan apresiasi dari Ketua RT 02, Yudi Mulyantoro.

Cerita Bubur Gratis Magelang (3)Aksi sosial pemberian bubur gratis oleh Nurhayati dinilai merupakan wujud nyata darimprogram Jogo Tonggo, yakni menjaga tetangga yang sedang kesulitan. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Menurut Yudi, selama ini belum pernah ada warga yang berinisiatif memulai kegiatan sosial berbagi makanan gratis seperti Atik.

“Di masa pandemi Covid-19, kegiatan ini tentu saja sangat berarti. Banyak warga yang harus menahan lapar dan dahaga karena kesulitan ekonomi akibat pandemi. Keberadaan orang-orang berjiwa sosial tinggi seperti Bu Atik menjadi hal yang dibutuhkan,” ujar Yudi.

Menurutnya, aksi berbagi bubur gratis setiap hari Jumat ini bisa disebut sebagai gerakan jogo tonggo. Menjaga tetangga yang sedang kesulitan, kesusahan, dengan berbagi rezeki.

Dia menyebutkan, di RT 02 ada sebanyak 55 Kepala Keluarga. Dari jumlah tersebut, terdapat sekitar 10 KK yang terdampak langsung akibat pandemi covid-19, diantaranya karena dirumahkan dan menganggur.

Yudi menambahkan, dengan adanya bubur gratis setiap hari Jumat dapat sedikit mengurangi beban pengeluaran warga, terutama di pagi hari.

“Bisa memberikan manfaat berupa makan pagi bagi semua warga. Karena dengan adanya pandemi covid-19 ini, pendapatan warga sangat berkurang jauh. Dan juga dapat memberikan imun yang baik bagi kesehatan di pagi hari,” tuturnya.

Yudi berharap, kegiatan berbagi ini bisa memotivasi warga lain untuk melakukan hal serupa. Setidaknya bagi mereka yang mampu, agar berbagi dengan warga yang membutuhkan.

“Saling peduli merupakan hal yang berharga di masa saat ini, sehingga kita dapat melalui bencana covid-19 yang melanda,” ucap Yudi lagi. []

Baca juga:

Bisnis Ular dan Reptil di Yogyakarta Bukan Cuma Menjual

Ramainya PASTY di Yogyakarta, Jual Burung Hantu Hingga Ulat

Berita terkait
Sosok Ki Seno di Mata Seniman dan Sahabat di Yogyakarta
Kepergian dalang terkenal Ki Seno Nugroho menyisakan kenangan pada sejumlah kerabat, termasuk seniman asal Yogyakarta Susilo Nugroho.
Keliling Danau Toba di Tengah Pandemi dengan Rp 100.000
Jumlah wisatawan menurun tajam ke Danau Toba akibat Covid-19. Anca Damanik, lantas membuat tur berbiaya murah untuk menaikan wisata di Danau Toba.
Curhat Kusir Soal Rekayasa Lalu Lintas Malioboro Yogyakarta
Uji coba rekayas alalu lintas di kawasan Malioboro Yogyakarta mulai 3 November 2020 dikeluhkan oleh pelaku wisata di sana.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.