Semangat Kartini Rembang dari Ruang Isolasi Corona

Dari ruang isolasi di RS di Rembang terpancar semangat luar biasa para Kartini menangani pasien corona.
dr Yusia Mega Relita, salah satu Kartini di Rembang yang saban hari berkutat dengan pasien corona. (Foto: Tagar/Rendy Teguh Wibowo)

Rembang - Yusia Mega Relita, seorang dokter yang bertugas di ruang isolasi penanganan pasien Covid-19 di RSUD dr R Soetrasno Rembang. Dengan mengenakan alat pelindung diri (APD), wanita kelahiran tahun 1989 ini saban hari berkutat dengan potensi kena paparan virus corona. 

Masih di momen peringatan Hari Kartini, 21 April, dr Yusia merasa bersyukur menjadi salah satu perempuan di Tanah Air yang berada di garda terdepan memerangi penyebaran virus asal China itu. 

"Saya merasa bersyukur dan bangga ikut berkontribusi tenaga, waktu dan pikiran dalam melawan pandemi Covid-19 ini," kata dia saat dihubungi Tagar melalui seluler, Selasa, 21 April 2020.

Baju, masker dan pelindung wajah selalu melekat di tubuh dr Yusia saat di rumah sakit. Kendati begitu, bukan berarti tidak ada rasa khawatir di diri istri karyawan pabrik semen terkemuka di Indonesia tersebut. Bayang-bayang tertular corona kerap membekap pikirannya.

Karena saya yakin, di balik kesulitan pasti ada kemudahan, dan habis gelap terbitlah terang.

Apalagi jika berhadapan dengan pasien yang tidak jujur akan penyakit dan riwayat perjalanannya. Sebab sudah tidak sedikit tenaga medis yang bertumbangan karena terpapar virus tersebut imbas keterangan palsu pasien. 

Namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap teguh menjalankan sumpah janji sebagai dokter. "Tidak sedikit rasa kekhawatiran muncul jika ada pasien tidak jujur mengenai riwayat penyakitnya dan riwayat perjalanannya. Namun semua itu tidak menyurutkan kami dalam melakukan pelayanan," ucapnya dengan nada tegas.

Tahun ini, peringatan Hari Kartini memang tidak segegap gempita seperti tahun-tahun sebelumnya. Dokter Yusia menyadari dan memaklumi hal itu. Hanya saja, bukan berarti harus melupakan semangat Kartini. 

Slogan yang sudah membumi terkait Kartini, Habis Gelap Terbitlah Terang, menjadi motivasi tersendiri di pengabdian Yusia sebagai tenaga kesehatan. "Mari bersama-sama dan bahu-membahu menghadapi pandemi Covid-19. Karena saya yakin, di balik kesulitan pasti ada kemudahan, dan habis gelap terbitlah terang," ujar dia. 

Bagi Yusia, peringatan Hari Kartini bukan semata mengenakan kebaya maupun bersanggul. Tapi sejauh mana semangat perjuangan Kartini diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menjalankan tugas dengan penuh keikhlasan sehingga wanita bisa menjadi partner sejajar pria dalam semua pekerjaan, termasuk menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.

"Kami tidak pakai sanggul, tidak pakai kebaya juga di peringatan Kartini. Pakai APD saat bertugas seperti biasa. Tapi semangat dan jiwa Kartini tetap menyala di diri kami untuk menghadapi corona," tutur Yusia. []

Baca juga: 

Berita terkait
Kesederhanaan Peringatan di Museum Kartini Rembang
Peringatan Hari Kartini di Rembang dilakukan secara sederhana di tengah pandemi corona.
Senyum Kartini di Tengah Muram Pandemi Covid-19
Di tengah muram pandemi Covid-19, senyum terulas di bibir Hilda Agustini, dara berjiwa Kartini yang tak takut bermimpi setinggi bintang di langit.
Pesan Hari Kartini dari Perempuan di ICU RS Covid-19
Bersamaan dengan Hari Kartini yang jatuh pada hari ini, sebuah pesan datang dari perempuan di ICU penanganan pasien terinfeksi Covid-19.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.