Senyum Kartini di Tengah Muram Pandemi Covid-19

Di tengah muram pandemi Covid-19, senyum terulas di bibir Hilda Agustini, dara berjiwa Kartini yang tak takut bermimpi setinggi bintang di langit.
Hilda Agustini (tengah, menunduk) menemani dua adiknya belajar di rumah pada masa wabah corona, Senin, 6 April 2020. (Foto: Tagar/Moh Jumri)

Lebak, Banten - Di tengah muram pandemi Covid-19, senyum terulas di bibir Hilda Agustini, dara berusia 17 tahun berjiwa Kartini yang tak takut bermimpi setinggi bintang di langit. Ia baru saja lulus sekolah menengah atas, dan siap melangkah ke depan, memutus rantai kemiskinan keluarga.

Keluarga Hilda tinggal di Desa Aweh, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Di sebuah rumah panggung, Hilda harus berbagi ruang dengan banyak saudara. Ia anak ke-9 dari 11 bersaudara. 

Hari itu, Senin, 6 April 2020, keluarga ini kedatangan tamu, bukan orang sembarangan, langsung Rektor Universitas Mercu Buana Profesor Ngadino Surip yang turun tangan.

Ngadino menjamin Hilda bisa kuliah di Universitas Mercu Buana Jakarta sampai lulus sarjana, tanpa harus pusing memikirkan biaya. 

Seulas senyum terukir di bibir Hilda. Senyum kelegaan juga samar membasuh wajah Sukanah yang sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. 

Beasiswa untuk Hilda tidak datang begitu saja jatuh dari langit. Sebelumnya, Hilda mengusahakannya. Tidak diam saja. Dalam dirinya tumbuh ketekunan belajar, sehingga tiga tahun duduk di bangku SMA 1 Rangkasbitung, nilai akademisnya rata-rata bagus. Ia dikenali guru. Ia pun menjaga hubungan baik dengan guru. 

Harapan kami, para penerima beasiswa nantinya kembali ke kampung, membangun daerah masing-masing, bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

Hilda AgustiniSukanah (kedua dari kiri), ibunda Hilda Agustini, menerima kunjungan Rektor Universitas Mercu Buana Jakarta Ngadino Surip (kiri), Senin, 6 April 2020. (Foto: Tagar/Moh Jumri)

Hilda bercerita pada awalnya ia ingin kuliah di Universitas Indonesia, tapi ia khawatir memikirkan biaya. Orang tuanya begitu miskin. Untuk makan saja sulit. Kadang hari ini bisa makan, besok entah bagaimana. Ibunya tidak selalu mendapat penghasilan setiap hari. Kadang mendapat bantuan dari pemerintah, kadang dapat uluran tangan tetangga. Hilda ingin membalik posisi, karena tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. 

Ia tidak mau menyerah pada keadaan, tidak kehabisan akal. Hilda kemudian menemui gurunya, berkonsultasi apa yang harus ia lakukan setelah lulus dari SMA. Gurunya yang baik hati itu kemudian mengusahakan beasiswa di Universitas Mercua Buana Jakarta untuk Hilda. 

“Saya memilih kampus yang duluan memberikan peluang untuk kuliah gratis yaitu UMB. Kalau kampus lain belum pasti gratis," kata Hilda. 

Ia berjanji akan menggunakan kesempatan tersebut sebaik-baiknya, membuat ibu dan gurunya bangga. 

Bagi Hilda, sekolah adalah perjuangan. Tiga tahun sekolah menengah atas, setiap hari ia berjalan kaki empat kilometer untuk mencapai sekolah.

“Setiap hari bangun jam lima pagi, karena tidak punya kendaraan, saya harus jalan kaki," katanya. Ia berharap saat kuliah di Universitas Mercu Buana nanti, kehidupan sehari-harinya juga diperhatikan pihak kampus.

Hilda menyadari hanya dengan pendidikan tinggi, bisa mengangkat derajat ekonomi keluarga. 

Kalau dengan biaya sendiri tentu saya tidak bisa menyekolahkan Hilda sampai lulus sarjana.

Hilda AgustiniSukanah (kedua dari kiri) secara simbolik menerima bantuan beasiswa dari Rektor Universitas Mercu Buana Jakarta Ngadino Surip (kiri) untuk putrinya, Hilda Agustini, Senin, 6 April 2020. (Foto: Tagar/Moh Jumri)

Sukanah bersyukur anaknya mendapatkan beasiswa dari Universitas Mercu Buana Jakarta. Ia mengatakan mendapat beasiswa merupakan impian Hilda sejak kecil. 

Ia bercerita, Hilda dari sekolah dasar sampai menengah atas, selalu menempati peringkat satu atau dua di kelas. 

“Kalau dengan biaya sendiri tentu saya tidak bisa menyekolahkan Hilda sampai lulus sarjana," kata Sukanah dengan mata berkaca-kaca.

Sukanah tahu betul sejak lama Hilda bercita-cita melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi, yaitu kuliah di Jakrta. “Anaknya pengin kuliah terus, padahal keluarga tidak mempunyai uang buat membiayainya."

***

Profesor Ngadino Surip mengatakan bantuan beasiswa diberikan kepada siswa-siswi berprestasi dari kelas 1 sampai 3 SMA, dari keluarga tidak mampu.

“Kami ingin keberadaan UMB bisa dirasakan masyarakat luas yang ada di Indonesia, juga di daerah Kabupaten Lebak," tutur Ngadino.

Nantinya, kata Ngadino, para siswa-siswi penerima beasiswa bisa memilih jurusan sesuai bakat dan minat. 

“Mereka berprestasi tetapi tidak mempunyai biaya. Yang seperti itu kita bantu dan fasilitasi," ucap pria berkacamata itu.

Harapan Hilda terkabul. Bukan hanya biaya kuliah yang ditanggung Universitas Mercu Buana. Para penerima beasiswa akan disediakan tempat tinggal dan makanan.

Ngadino mengatakan Universitas Mercu Buana fokus memperhatikan daerah-daerah pinggiran, termasuk Kabupaten Lebak yang baru saja menaikkan status daerah tertinggal menjadi daerah yang berkembang.

“Harapan kami, para penerima beasiswa nantinya kembali ke kampung, membangun daerah masing-masing, bermanfaat bagi keluarga dan masyarakat sekitar," ujar Ngadino.

Selain Hilda, ada empat pelajar lain di Lebak yang mendapatkan beasiswa di Universitas Mercu Buana. Ngadino berharap pada masa mendatang bisa memberikan beasiswa ke lebih banyak lagi siswa yang memang membutuhkan bantuan dan dukungan.

Seperti lembaga pendidikan pada umumnya, pada masa pandemi Covid-19 ini Universitas Mercu Buana juga menerapakan study from home, belajar dari rumah dengan menggunakan fasilitas daring. 

Hilda sementara libur. Sedangkan dua adiknya yang masih duduk di bangku sekolah dasar juga menjalani study from home

Hari itu Hilda duduk di teras rumah panggung, menemani dua adiknya yang sedang belajar. []

Baca cerita lain:

Berita terkait
10 Kutipan Inspiratif RA Kartini untuk Milenial
Banyak pesan abadi RA Kartini yang bisa dijadikan renungan dan motivasi untuk menjalani hidup, khususnya bagi para milenial. Berikut 10 kutipannya.
Sri Mulyani: Di Rumah Seperti Kartini dalam Pingitan
Kartini dipingit di rumah karena adat istiadat. Kita harus tinggal di rumah karena Covid-19. Kita dapat mencontoh semangat Kartini. Sri Mulyani.
Deretan Kartini Muda Indonesia di Bidang Teknologi
Berikut Tagar rangkumkan sederet tokoh Kartini muda di bidang Teknologi Indonesia.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.