SAR Yogyakarta Meragukan Jumlah Droping Air Bersih

SAR Yogyakarta meragukan jumlah droping air bersih yang sudah 750 tangki. Mereka menilai kebutuhan droping DIY hanya 31 juta liter sudah cukup.
Dampak kemarau panjang yang terjadi tahun ini membuat warga Kulon Progo mengalami krisis air bersih. (Foto: Tagar/Harun Susanto)

Yogyakarta - Komandan Search And Rescue (SAR) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Brotoseno mempertanyakan jumlah bantuan tangki air dalam menangani kekeringan di DIY. SAR DIY ragu Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY sejak September 2019 sudah menyuplai bantuan air bersih sebanyak 750 ribu tangki.

"Saya gak percaya September ini sudah menyuplai 750 ribu tangki air. Satu tangki itu 8.000 liter. Kalau misal 1.000 liter saja sudah 750 juta liter," katanya di Kantor DPD RI Perwakilan DIY, Senin, 2 Desember 2019.

Menurut dia jumlah droping air bersih di DIY yang dibutuhkan hanya 31 juta liter. "Lha kok ora rampung (belum selesai krisis airnya)," katanya.

Menurut Brotoseno manajemen pengelolaan air bukan persoalan sumber daya alam, tapi lebih pada sumber daya manusia. Dia mewanti wanti jangan sekali-kali lembaga resmi terkait menjadikan bencana sebagai industri. 

Kelembagaan terkait kebencanaan bukan lembaga proyek tapi lembaga kemanusian. "Bencana apa pun sebagai industri, itu pasti celaka," kata dia.

Lebih lanjut Brotoseno menyampaikan pentingnya pembuatan sumur bor dalam menangani kekeringan di DIY. Di musim kemarau 2019, kekeringan banyak melanda daerah di kabupaten Gunungkidul dan Kulon Progo.

Bencana apa pun sebagai industri, itu pasti celaka.

"Misalnya di Gunungkidul ada berapa kelurahan yang berpotensi kekeringan. Misalnya ada 400 dusun. Sebenarnya gampang satu dusun itu dibuatkan saja sumur bor," ungkap dia.

Ia mengatakan anggaran pembuatan sumur bor sekitar Rp 35 juta. "Tinggal nanti sambungan rumahnya itu swadaya, atau intansi yang terkait," katanya.

Anggota DPD RI Afnan Hadikusumo menyatakan suplai air untuk kebutuhan manusia pada dasarnya sudah cukup. Namun, persoalannya lebih pada manajemen pengelolaan air. "Air itu cukup, cuma manajemennya saja yang keliru," ujarnya.

Senator asal DIY ini menyebutkan manajemen pengelolaan bisa dilaksanakan dengan dua cara. Pertama, melalui pengeboran air sumur. kedua, dengan cara menangkap air hujan.

Afnan mengungkapkan lebih baik droping air bersih yang dilakukan BPBD DIY dialihkan untuk pembuatan sumur bor. "Kalau dihitung anggaran droping air itu sudah berapa miliar rupiah. Itu kalau digunakan untuk membuat sumur bor, sudah dapat banyak," katanya.

Ia juga menyarankan pembuatan sumur bor di pedesaan dapat menggunakan dana desa. Sementara untuk penampungan air hujan karena itu lebih besar anggarannya, dinas terkait bisa mengajukan ke pemerintah pusat. "Empat anggota DPD RI dari DIY nanti merekomendasikannya," ungkapnya. []

Baca Juga:

Berita terkait
Prambanan Didroping 186 Tangki Air Bersih
Meski sudah hujan di sejumlah daerah di Sleman, empat desa di Prambanan masih kekeringan. Mereka didroping 186 tangki air bersih.
Sudah Hujan, Droping Air Masih Berlanjut di Sleman
Kabupaten Sleman sudah diguyur hujan. Namun bukan berarti kekeringan berakhir. Droping air bersih tetap berlanjut di lima desa di daerah tersebut.
Droping 2,6 Juta Liter Air di DIY Masih Kurang
PMI Yogyakarta sampai saat ini sudah mendistribusikan air bersih sebanyak 2,6 juta liter, namun itu masih kurang, ini alasannya
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.