Gunungkidul - Mbah Adi, 65 tahun, demikian dia biasa disapa. Hidup miskin dan sebatang kara di lereng bukit di Dusun Ketela, Desa Tegalrejo, Kecamatan Gedangsari, Kabupaten Gunungkidul, DI Yogyakarta.
Mbah Adi salah satu ribuan warga miskin di Gunungkidul. Rumahnya jauh dari permukiman warga lain. Dia tinggal seorang diri di sana. Kesehariannya, Mbah Adi mengumpulkan daun kelapa yang ada di sekitar rumahnya. Daun kelapa itu dikeringkan dan diambil lidinya. Lalu lidi diikat menjadi sapu lidi dan dia jual ke pasar.
Hasil penjualan sapu lidi yang tidak seberapa itu, dia gunakan untuk menyambung hidup sehari-hari. Sekedar untuk membeli beras seadanya.
Kehidupan Mbah Adi ini mengetuk hati Kolonel Inf Tugiman. Di tengah kesibukannya sebagai dosen di Fakultas Hukum, Universitas Pasundan Bandung, Jawa Barat, Tugiman meluangkan waktu pulang kampung di Gunungkidul. Lalu menyambangi rumah Mbah Adi sebuah gubug reyot dan berlantai tanah.
Tugiman merasa kagum dengan semangat hidup Mbah Adi. Tapi, juga prihatin dengan kemiskinan yang mendera Mbah Adi. "Saya salut dengan sosok Mbah Adi yang inspiratif. Dengan segala keterbatasan namun tetap memiliki semangat hidup yang luar biasa," kata Tugiman, Jumat 30 Agustus 2019.
Pria kelahiran Kedungpoh, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul ini mengatakan, Mbah Adi merupakan potret kemiskinan di Gunungkidul. "Pasti masih banyak Mbah Adi yang lain di luar sana dalam keterbatasan namun tetap punya semangat hidup yang tinggi," ujar Kabid Organisasi KONI Jawa Barat ini.
Pria yang disebut sebagai salah satu kandidat Bupati Gunungkidul ini mengajak semua pihak membantu meringankan beban warga miskin. "Ini menjadi tanggung jawab bersama, meringankan beban warga miskin syukur mengentaskan mereka dari kesulitan ekonomi," kata Tugiman.
Mbah Adi mengatakan, sudah lama hidup sendirian di rumah yang berada di lereng bukit di perbatasan Kecamatan Nglipar dan Gedangsari ini. Dua anaknya merantau ke Jakarta dan jarang pulang.
"Tiap hari mengumpulkan daun kelapa dijadikan sapu lidi dan menjualnya. Untuk beli beras," kata Mbah Adi. Untuk menjual sapu lidi juga butuh perjuangan ekstra, terlebih di usianya yang semakin menua. Rumahnya di lereng bukit, praktis akses jalannya susah dilalui. Mbah Adi berjalan di antara jalan terjal itu.
Kepala Dusun Ketela, Slamet, mengatakan warga desanya banyak yang dikategorikan miskin. "Mbah Adi hanya satu dari sekian warga dusun yang miskin. Bantuan dari Pak Tugiman sangat membantu meringankan beban mereka," kata Slamet.
Kol Inf Tugiman yang tercatat sebagai doktor Hukum Tatanegara Universitas Padjajaran saat mengunjungi Mbah Adi memberi bantuan sembako serta tempat tidur. Dia berharap semua pihak ikut peduli kepada mereka yang belum beruntung secara ekonomi.
Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah miskin di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DI Yogyakarta) dengan tingkat kemiskinan 17,12 persen. Angka yang jauh di atas angka kemiskinan nasional yang 9,41 persen.
Bahkan tiga kecamatan di Gunungkidul merupakan kecamatan termiskin di DIY yakni Kecamatan Saptosari, Tanjungsari dan Gedangsari. Ketiga kecamatan itu tingkat kemiskinanya di atas 60 persen. []