Semarang - Hampir genap empat hari Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah melakukan penyidikan terhadap kasus dugaan penipuan dan menimbulkan keresahan Keraton Agung Sejagat (KAS) di Purworejo. Usai menetapkan Fanni Aminadia 41 tahun dan Totok Santoso 42 tahun, sebagai tersangka, sejumlah fakta baru mulai terungkap.
Kapolda Jawa Tengah, Irjen Rykco Amelza Dahniel mengatakan, dari hasil periksaan diketahui bahwa otak dibalik pendirian KAS tak lain adalah Fanni. Perempuan yang mentasbihkan diri sebagai sang ratu dari KAS bergelar Kanjeng Ratu Dyah Gitarja ini merupakan perancang dari pernak-pernik kerajaan, mulai dari kostum, senjata hingga logo keraton.
"Peran Fanni selain perancang desain KAS, ia juga yang mempunyai ide pendirian KAS," ungkap Rycko di Semarang, Jumat 17 Januari 2020.
Kapolda Rycko juga menyebutkan, berdasar hasil pemeriksaan diketahui sebelum di Jawa Tengah, tepatnya di Purworejo, kerajaan yang sama juga sempat mau didirikan di Yogyakarta. "Kita tunggu hasil pemeriksaan lanjutannya bagaimana," sebut dia.
Peran Fanni selain perancang desain KAS, ia juga yang mempunyai ide pendirian KAS.
Rykco melanjutkan, KAS didirikan sekitar pertengahan tahun 2018 yang lalu. Namun kepastian tanggal dan bulannya belum bisa dipastikan. "Fanni Aminadia yang dinilai berbelit-belit dalam memberikan keterangan. Sedangkan Totok mudah diajak kooperatif," ungkap Rycko
Selain itu, Fanni hingga saat ini masih meyakini dirinya sebagai juru selamat dunia. Kepada penyidik ia mengaku menerima amanah sebagai ratu. Untuk itu, Polda Jawa Tengah bersama Pusat Kedokteran Kesehatan (Pusdokkes) Mabes Polri akan memeriksa kejiwaan sang ratu abal-abal ini.
"Besok Senin, 20 Januari 2020, akan kami periksa kejiwaan si ratu," ujar Rykco.
Sementara itu, hingga saat ini belum ada penjelasan maupun pernyataan resmi dari Fanni maupun Toto atas kasus yang menjeratnya. Semenjak ditangkap, ditetapkan sebagai tersangka hingga dijebloskan ke Lapas Wanita Bulu maupun Rutan Mapolda Jateng, belum ada kesempatan awak media mewawancarai keduanya.
Meski begitu, lewat sarana media sosial, Fanni menyampaikan surat terbuka kepada Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Polda Jawa Tengah. Lewat unggahan status di akun instagram (IG) @fanninadia, perempuan tersebut menyampaikan kegundahannya.
Ia merasa penangkapannya terkesan seperti pelaku teroris dan tak diberi ruang untuk klarifikasi. Dalam hal ini, Fanni tak terima dijadikan tersangka karena menyebarkan berita hoaks. Tapi ada yang janggal dalam penyebutan Gubernur Ganjar. Ia salah menulis nama dengan sebutan Pak Ginanjar, meski di akhir unggahan sudah benar mencantumkan #ganjarpranowo.
"Sugeng siang Pak Ginanjar, prinsipnya kami sangat menyambut baik bahkan menunggu agar diskusi dan diuji secara akademisi sejarah ini bisa terealisasi. Tapi pelintiran berita dan penggalan dokumentasi ternyata mampu merubah makna dari pernyataan kami."
Di dalam akun IG tersebut juga terdapat foto-foto Fanni yang juga aktif di salah satu organisasi masyarakat di Jakarta. Ia menunjukan bahwa dirinya juga pernah aktif di dunia perfilman dan model di Toedjoeh Management.
Ratusan postingan mulai dari aktivitas pribadi, sosial, bisnis, aksi sosial hingga hal berbau ajaran kejawen dan Keraton Agung Sejagat dapat dilihat dalam akun tersebut. []
Baca juga:
- Keraton Baru di Blora, Ini Penjelasan Raja Jipang
- Keraton Jipang Blora, Ganjar: Tidak Disumpahin
- Pemkab Blora Belum Akui Keraton Jipang