Pemkab Blora Belum Akui Keraton Jipang

Disbudpar Blora belum menemukan data konkret terkait identitas Barik Barliyan sebagai Raja Jipang.
Kirab Budaya Keraton Djipang Cepu. (Foto: KeratonJipang.Blogspot/Tagar/Rendy Wibowo)

Rembang - Kehadiran Keraton Djipang yang berada di Desa Jipang, Kecamatan Cepo, Kabupaten Blora, Jawa Tengah ramai dibicarakan Netizen. Bahkan sempat disinggung Ganjar. Namun Pemkab Blora melalui Dinas kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) belum mengakui sepenuhnya Keraton Jipang.

Kepala Disbudpar Kabupaten Blora Slamet Pamuji mengatakan keberadaan Keraton Djipang statusnya masih belum jelas. Pasalnya selama ini belum ada data konkret terkait identitas Barik Barliyan sebagai Raja Jipang.

"Ini kan belum jelas Barik Barliyan ini dari mana asalnya. Kita juga belum mendapat data yang lengkap, dan kita juga tidak pernah dilapori berdirinya," kata dia saat dihubungi melalui selulernya, Jumat 17 Januari 2020.

Pamuji mengaku dulu saat pagelaran kirab budaya pertama yang digelar Keraton Djipang sekitar tahun 2016, Pemkab Blora sempat mendapat undangan untuk menghadiri acara tersebut. Karena dirasa belum ada komunikasi secara gamblang adanya Keraton Jipang, Pemkab Blora tidak menanggapinya dengan serius.

Ini kan belum jelas Barik Barliyan ini dari mana asalnya.

"Dulu camat setempat pernah laporan adanya kirab itu, karena statusnya masih belum jelas pak Bupati belum menanggapinya dengan serius," ujarnya.

Dia membeberkan Barik Barliyan sebenarnya bukan warga asli Blora melainkan warga yang memiliki rumah di Palembang. Barik Barliyan mengaku sebagai keturunan ke-15 dari Arya Mataram, adik kandung Arya Penangsang kemudian diangkat sebagai raja Djipang.

"Tempat tinggalnya kan di Sumatera, dia mengaku keturunan Arya Penangsang. Kemudia dia mau mengadakan semacam kirab budaya," terangnya.

Pada tahun 2019, Pemkab Blora kembali diundang untuk hadir dalam acara pagelaran budaya Keraton Djipang di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) di Jakarta. Karena dirasa belum ada komunikasi dengan baik terkait asal usul kejelasan Keraton Djipang, Pemkab Blora kembali memutuskan tidak hadir.

"Ini kok tidak begitu jelas, kita juga tidak pernah diajak bicara secara jelas tidak pernah Omongan, sehingga kita juga tidak hadir pada tahun 2019 di TMII," ungkapnya.

Pamuji mengungkapkan, tidak ada kegiatan rutin yang dilakukan di Keraton Djipang tersebut. Kegiatan yang dilakukan mereka hanya bersifat insidental, bahkan pengikut yang ada pada acara kirab budaya itu merupakan warga biasa seorang pecinta seni budaya yang diriasi untuk memeriahkan acara.

"Prinsipnya mereka itu hanya mengenang saja, bahwa dulu ada kerajaan Djipang di daerah Cepu itu saja," bebernya.

Sampai saat ini, lanjutnya, Kebudayaan Jipang sendiri juga belum tercatat di Disbudpar Blora. Meski keberadaan Keraton Jipang hanya untuk melestarikan budaya dan menjaga kearifan lokal berupa tradisi budaya yang bernama Adipaten Djipang yang pernah ada di Cepu.

"Sampai sekarang ini tidak pernah ada laporan jadi gelar acara sendiri dan jalan sendiri, tidak pernah berkoordinasi dengan Pemkab. Saya akan mencoba berkomunikasi dengan Barik Barliyan khususnya, maksud dan tujuannya seperti itu apa," ucapnya.

Sebelumnya Raja Keraton Jipang, Pangeran Raja Adipati (PRA) Barik Barliyan Surowiyoto ketika dikonfirmasi Tagar menceritakan, keratonnya sudah berdiri sejak 2014 dan sempat melakukan kirab budaya pada tahun 2016 dengan dukungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blora. 

Berdirinya kembali Keraton Jipang bukan untuk membuat sistem pemerintahan baru atau merugikan masyarakat seperti di Purworejo.

Diungkapkan, pendirian Keraton Jipang memiliki misi khusus. Barik menjelaskan, saat deklarasi keraton, pihaknya ingin memelihara dan melestarikan kebudayaan peninggalan leluhur, berupa kearifan lokal, tradisi dan budaya yang ada di masyarakat Cepu.

"Fungsi kami mengingatkan pada masyarakat dan Pemkab Blora bahwa kita punya aset budaya dan sejarah yang harus dilestarikan dan dimiliki," ujarnya.

Misi lain yang diemban pihaknya, yakni meluruskan sejarah Adipati Jipang di masa Kerajaaan Demak, Arya Penangsang. Baginya, Arya Penangsang bukanlah seorang pemberontak. Ia juga ingin mengangkat sejarah Kerajaan Jipang yang selama ini tak banyak ditulis.

"Kami mendirikan sebuah yayasan Keraton Jipang, agar para keturunan Arya Jipang atau Arya Panangsang bisa berkumpul kembali dan muncul di permukaan," tuturnya. []

Berita terkait
Keraton Jipang Blora, Ganjar: Tidak Disumpahin
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyatakan penanganan Keraton Jipang di Blora dengan Keraton Agung Sejagat di Puworejo beda. Kenapa?
Tanggapi Keraton Agung Sejagat, Yenny Wahid: Halu
Yenny Wahid tak heran dengan kemunculan Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
Pengakuan Mantan Lurah Korban Keraton Agung Sejagat
Sudadi, warga Kulon Progo menjadi korban Toto Santoso pendiri Keraton Agung Sejagat. Setor Rp 4,1 juta dapat jabatan mentereng yakni Maha Menteri.
0
Harga Emas Antam di Pegadaian, Rabu 22 Juni 2022
Harga emas Antam hari ini di Pegadaian, Rabu, 22 Juni 2022 untuk ukuran 1 gram mencapai Rp 1.034.000. Simak rincian harganya sebagai berikut.